Anda di halaman 1dari 13

FARMASI

SOSIAL
(Social Pharma
cy)

Jamaludin Al J Ef
Pengertian Farmasi
 Farmasi adalah suatu profesi yang berkaitan dengan
kesehatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
kesehatan dan kimia.
 Farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang
meliputi kegiatan-kegiatan di bidang penemuan,
pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, dan
distribusi obat.
 Dalam ilmu farmasi ada empat bidang yang dipelajari,
yaitu farmasi klinik, farmasi industri, farmasi sains, dan
farmasi obat tradisional. Kemampuan penunjang yang
harus dimiliki adalah senang dan familiar dengan fisika,
kimia, biologi, dan matematika; ketelitian dan
kecermatan; hapalan dan kemampuan analisa; dan
suka bekerjadi laboraturium.
Latar Belakang
 Perubahan orientasi praktek kefarmasian dari product
oriented ke patient oriented menuntut adaptasi dari
perguruan tinggi dan apoteker yang telah bekerja untuk
terus berbenah dan melengkapi diri agar mampu
berperan maksimal dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Perubahan orientasi ini
mengharuskan apoteker untuk memiliki peran yang lebih
luas dari hulu ke hilir mulai dari pembuatan, pengawasan,
penyerahan hingga pemastian bahwa obat yang akan
digunakan oleh pasien memenuhi prinsip-prinsip
rasionalitas. Hal ini berarti bahwa apoteker wajib
berinteraksi dengan pasien dalam rangka memberikan
informasi yang tepat terhadap obat yang akan
digunakan oleh pasien. Untuk menjalankan peran ini
maka setiap apoteker tidak hanya dilengkapi dengan
ilmu-ilmu alam (natural sciences), analisis farmasi, dan
teknologi farmasi tetapi lebih dari itu, apoteker juga
diwajibkan menguasai farmasi klinik dan farmasi sosial.
Sejarah dan Pengertian

 Di Eropa dan Amerika kesadaran untuk memperkaya


kurikulum apoteker dengan aspek-aspek farmasi sosial
telah dimulai pada tahun 80-an. Hal ini didasarkan pada
fakta bahwa pengetahuan-pengetahuan dasar farmasi
dirasakan tidak cukup mendukung orientasi apoteker yang
telah mengarah pada pasien. Peran baru ini
menyebabkan apoteker akan berada pada lingkungan
praktek baru yang menuntut interaksi dengan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu, apoteker harus
dilengkapi dengan kemampuan yang dapat
memaksimalkan peran apoteker dalam lingkungan sosial
ini. Disinilah farmasi sosial muncul sebagai isu utama untuk
menjawab tantangan ini.
 Pada awalnya, sekitar dua dekade lalu, farmasi
sosial disinonimkan dengan farmakoepidemologi
dan disitribusi sosial/demografi penggunaan obat.
Tetapi saat ini, cakupan farmasi sosial menjadi
lebih luas dan tidak hanya dibatasi oleh
pemetaan distribusi obat pada sebuah populasi.
 Untuk mencapai hasil yang optimum dalam
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care)
apoteker harus memiliki pemahaman mengenai
aspek psikologi dan perilaku (behaviour) dari
pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Konsep
ilmu psikologi dan prilaku inilah yang menjadi
konsep fundamental dari ilmu farmasi sosial.
 Dalam farmasi sosial, pengobatan dilihat dari
persepektif sains, sosial dan humanistik. Farmasi sosial
mencakup semua faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi penggunaan obat seperti
kepercayaan pasien terhadap obat, regulasi,
kebijakan, perilaku, informasi obat, dan etik. Bahkan
Schafer, dkk (1992) memberikan pengertian yang
lebih luas dengan merumuskan farmasi sosial
sebagai berikut :
 “The endeavor to integrate drugs into a broader
perspective and to include legal, ethical, economic,
political, social, communicative, and psychological
aspects into their evaluation in order to contribute to
the safe and rational use of drugs”
 Upaya ini untuk mengintegrasikan obat ke
dalam perspektif yang lebih luas dan
mencakup, etika, ekonomi, aspek politik,
sosial, komunikatif, dan psikologis hukum
dalam evaluasi mereka untuk
berkontribusi pada penggunaan yang
aman dan obat rasional
Posisi Farmasi sosial dalam Ilmu
Farmasi

 Untukmenjelaskan dimana dan bagaimana


kedudukan farmasi sosial dalam rumpun kelimuan
bagan yang dapat diambil adalah yang
disediakan oleh Sorensen dkk (2003).
 Dalam bagan ini diilustrasikan bahwa farmasi klinik menjadi jembatan
yang overlap sekaligus menghubungkan antara ilmu alam dan farmasi
sosial. Dalam bagan ini juga diketahui bahwa farmasi sosial memiliki
hubungan yang erat dengan praktek kefarmasian. Dan juga dapat
dikatakan farmasi sosial menjadi penyempurna ilmu kefarmasian.
 Pengetahuan yang berasal dari farmasi sosial dapat membantu
pengembangan kemampuan personal dan interpersonal apoteker
sehingga mampu memberikan komunikasi dan konseling yang efektif
dalam rangka meningkatkan kualitas pengobatan. Farmasi sosial juga
diharapkan dapat membantu apoteker dalam meningkatkan
profesionalisme dan kualitas kepemimpinannya.
 Dalam bagan ini diilustrasikan bahwa farmasi klinik menjadi jembatan
yang overlap sekaligus menghubungkan antara ilmu alam dan farmasi
sosial. Dalam bagan ini juga diketahui bahwa farmasi sosial memiliki
hubungan yang erat dengan praktek kefarmasian. Dan juga dapat
dikatakan farmasi sosial menjadi penyempurna ilmu kefarmasian.
 Pengetahuan yang berasal dari farmasi sosial dapat membantu
pengembangan kemampuan personal dan interpersonal apoteker
sehingga mampu memberikan komunikasi dan konseling yang efektif
dalam rangka meningkatkan kualitas pengobatan. Farmasi sosial juga
diharapkan dapat membantu apoteker dalam meningkatkan
profesionalisme dan kualitas kepemimpinannya.
Sillabus dan Ruang Lingkup
Penelitian Farmasi Sosial

 Sillabus Farmasi Sosial


 Dalam kurikulum PTF, farmasi sosial dapat disajikan dalam
sebuah mata kuliah atau dalam bentuk beberapa mata
kuliah tergantung pada kebutuhan dan kondisi dunia
kefarmasian di negara/daerah PTF tersebut berada.
Umumnya farmasi sosial mencakup farmakoekonomi,
farmakovigilance/farmakoepidemologi, statistik farmasi,
farmakoinformatik, ilmu kesehatan masyarakat, komunikasi,
administrasi farmasi, manajemen farmasi, marketing,
penilaian kualitas hidup, aspek sosiobehavioral dalam
dunia kesehatan dan farmasi, Good Pharmacy Practice in
Community and Hospital Pharmacy Settings, Good
Pharmacy Education Practice, dan promosi kesehatan.
Ruang lingkup penelitian
 Penelitian dalam farmasi sosial dihubungkan dengan
bidang yang lebih luas yang dikenal dengan penelitian
pelayanan kesehatan (health services reserach).
Hubungan ini memperlihatkan bahwa bidang aplikasi
penelitian farmasi sosial menekankan pada pemahaman
dan peningkatan kualitas praktek kefarmasian dan
penggunaan obat. Penelitian dibidang ini sangat penting
karena seperti yang diketahui bersama bahwa praktek
kefarmasian harus didasarkan pada bukti ilmiah (evidence-
based) dan menggunakan cara-cara terbaik sehingga
praktek kefarmasian harus selalu dievaluasi dan hasil
evaluasinya harus segera diimplementasikan. Hasil dari
penelitian ini juga dapat dijadikan dasar oleh penentu
kebijakan dalam menetapkan regulasi yang terkait
dengan pelayanan kesehatan.
 Penelitian dibidang farmasi sosial dapat dilakukan
secara kuantitatif (survei) dan kualitatif seperti
wawancara, diskusi, dan pengamatan/observasi.
 Beberapa ruang lingkup penelitian farmasi sosial
sebagai berikut :
 Farmakoepidemologi, farmakoekonomi,
penelitian dibidang kebijakan dan pelayanan
kesehatan, bioetik dan aspek sosiobehavioral
penggunaan obat, pharmaceutical
marketing, drug financing & quality of life studies,
interaksi apoteker dan tenaga kesehatan lain.

Anda mungkin juga menyukai