Anda di halaman 1dari 40

HG 5 - CL 2

DE STHI ANI N ABI L AH (1 9 0 6 2 8 7 7 3 6 )


JI L AN SALSHAB I L L A MUT AQI N (1 9 0 6 3 5 0 0 4 2 )
P UTRI RI ZKI AME L I A (1 9 0 6 2 9 4 8 4 2 )
RI Z AL K HOI RUL H UDA (1 9 0 6 3 7 3 0 4 6 )
Konflik
Konflik dalam kolaborasi merupaan
ekspresi pertentangan, kebutuhan,
Definisi dorongan, keinginan, atau tuntutan
internal maupun eksternal dari anggota
konflik yang berbeda dalam tim. (Greer et al.,
2012)
Tipe konflik
Konflik Tugas Konflik Relasi Konflik Proses

Konflik tugas Konflik ini Konflik proses


merupakan tipe merupakan tipe merupakan tipe
konflik yang terkait konflik terkait pribadi konflik terkait isu
muatan dan luaran anggota tim logistik suatu
dari tugas yang penugasan,
diselesaikan oleh tim

(Greer et al., 2012)


Tahapan
Manejemen
konflik
Melakukan
Kesepakatan Persiapan Pembicaraan

• Tahap ini dimulai


•pihak yang • Pihak yang dengan
berkonflik berkonflik harus menetapkan
menyepakati mengetahui aturan dasar
bahwa konflik sebab dan jenis kemudian
perlu diselesaikan konflik dengan dilanjutkan
dengan mengumpulkan dengan
mempertimbangk data terkait penyampaian
an keuntungan konflik yang pendapat dari
dan kerugian. terjadi pihak yang
beronflik
Gaya manajemen
konflik
Gaya Menghindar Gaya ini tidak berusaha untuk menyelesaikan konflik, melainkan
(Avoiding) menghindar dari konflik.

Gaya Bersaing Gaya ini mengedepankan keinginan untuk menang sendiri dan tidak
(Competing) mementingkan orang lain.

Gaya Akomodasi Gaya ini memuaskan keinginan pihak lain yang berkonflik dan
(Accommodating) mengesampingkan keinginan pribadi.

Gaya Kompromi mengusahakan solusi yang dapat diterima kedua belah pihak,
(Compromising) meskipun tidak sepenuhnya memuaskan keduannya.

mengusahakan kerja sama dengan pihak lain yang dapat


Gaya Kolaborasi
memuaskan kedua belah pihak dalam mencapai penyelesaian
(Collaborating)
masalah  butuh waktu lama
Konflik dapat dicegah dengan beberapa cara, yaitu
(Harolds dan Wood, 2006: Andrew, 1999: Ramsay, 2001) :
1. Menyertakan semua anggota tim dalam tahap
perencanaan.
2. Membuat panduan yang berisi pembagian kerja
anggota tim.
3. Menyelesaikan setiap masalah dan
menginformasikannya kepada anggota tim.
Pencegahan 4. Terdapat komunikasi antar pimpinan dan anggota tim
5. Menjadwalkan pertemuan rutin.
Konflik 6. Melakukan pelatihan kerja sama tim, komunikasi
efektif, dan keterampilan pengelolaan masalah.
7. Mempertimbangkan perubahan anggota tim.
8. Memilih media interaksi yang tepat untuk seluruh tim
9. Menyediakan kesempatan untuk mendapat umpan
balik dan refleksi diri.
10.Menerapkan pola kepemimpinan untuk menimbulkan
optimisme dan kerja sama tim
Manajemen
Kemarahan
Hindari Kemarahan
• mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan
kemarahan dan mengindarinya
Redakan tanda-tanda fisik kemarahan yang terjadi
• menarik nafas panjang untuk meredakan kemarahan
Berpikir logis
Mengelola • pemyebab kemarahan perlu dianalisis secara lebih
logis.
Kemarahan Ekspresikan perasaan secara efektif dan sesuai
Diri Sendiri • mengetahui perasaan yang muncul
Temukan solusi dari masalah yang menyebabkan
kemarahan
• Solusi bisa ditemukan apabila penyebabnya telah
diketahui
Let go
• Biarkan masalah yang meyebabkan kemarahan tidak
mengganggu pikiran
Mulai dari diri sendiri
• dimulai dengan mengetahui perasaaan kita saat
itu

Kumpulkan informasi
• kita harus mencari tahu penyebab kemarahan
yang terjadi.
Mengelola Jadwalkan pertemuan
Kemarahan • Sebaiknya tidak dilakukan pertemuan saat
Orang Lain kemarahan baru

Engage with the person


• Kita harus mempersiapkan diri untuk menjadi
pendengar aktif

Evaluasi dan ambil sikap


• cari penyelesaian masalah yang mendasari
kemarahan.
Komunikasi
Interprofesi
Definisi Komunikasi Interprofesi

Pengirim
Komunikasi Interprofesi :
Komunikasi yang terjadi
Pesan
antarprofesi kesehatan
dalam rangka kolaborasi.
Penerima
Jenis Komunikasi Interprofesi

terjadi secara langsung dan


Komunikasi merujuk pada tindakan
synchronous komunikasi antarindividu pada
Berdasarkan waktu yang bersamaan.
waktu
keberlangsun
gannya Komunikasi terjadi secara tidak langsung
dan merujuk pada tindakan
asynchronou komunikasi yang terjadi di
s waktu yang berbeda.
Jenis Komunikasi Interprofesi
menekankan pada
Komunikasi penggunaan Bahasa atau
verbal kata secara lisan maupun
tertulis.
menurut
bentuknya
meliputi penampilan, gaya
Komunikasi berjalan, gerak-gerik tubuh,
nonverbal ekspresi wajah, kontak mata
dan sebagainya
Berbagai jenis kegagalan komunikasi yang
mengurangi mutu pelayanan kesehatan,
antara lain :
Kegagalan 1. Komunikasi yang terlambat

Komunikasi 2. Komunikasi yang gagal melakukan


rujukan dengan tepat
Interprofesi 3. Komunikasi yang tidak lengkap dan
tidak akurat
4. Komunikasi yang tujuannya tidak
tercapai
1. Hambatan utama dalam komunikasi
interprofesi adalah adanya perbedaan
latar belakang dan budaya profesi
2. Gender bias juga berpotensi
Hambatan mengganggu efektivitas komunikasi
interprofesi
dalam 3. Hierarki menjadi salah satu faktor
Komunikasi penghambat komunikasi interprofesi
4. Perbedaan Bahasa dan jargon juga
Interprofesi seringkali menjadi penghambat
komunikasi di layanan kesehatan
5. Individu yang memiliki keraguan untuk
mengungkapkan pendapat atau
individu yang terlalu dominan membuat
komunikasi tidak berjalan efektif
6. Hambata fisik dapat mengurangi
efektivitas suatu komunikasi,
Hambatan misalnya pendengaran dan
penglihatan yang kurang baik,
dalam dan kondisi kesehatan yang
kurang optimal
Komunikasi
7. Hambatan dari lingkungan,
Interprofesi misalnya sarana dan prasarana
komunikasi yang kurang
memadai
Untuk mencapai komunikasi interprofesi yang efektif, setiap anggota tim
sebaiknya memiliki beberapa kemampuan, yaitu :
1. Menyampaikan pendapat secara asertif namun tetap terbuka terhadap
pandangan individu lain
2. Mendengar dengan aktif, yaitu teknik komunikasi untuk memahami,
menafsirkan dan mengevaluasi apa yang ia dengar dengan memerhatikan
dan mendengarkan setiap perkataan atau pendapat orang lain
3. Mampu percaya dan menghargai orang lain dari berbagai profesi
4. Memberi dan menerima umpan balik
5. Mengambil keputusan dengan proses yang tepat dengan memerhatikan
pandangan dari setiap anggota tim untuk memperkaya keputusan tim
6. Menerapkan manajemen konflik yang sesuai

Membangun Komunikasi Interprofesi yang Efektif


LEADERSHIP
A. Definisi
Kepemimpinan (leadership) sangat penting dalam kolaborasi interprofesi kesehatan.
Pada awalnya dikemukakan oleh McGrath 1962 “kepemimpinan perlu memenuhi kebutuhan
anggota tim agar anggota bisa melaksanakan tugasnya, berkontribusi, dan mencapai tujuan tim
secara keseluruhan.” (Zaccaro et al., 2001)
Kepemimpinan melebihi kedudukan manajemen karena selain focus pada pencapaian tujuan
organisasi, kepemimpinan juga mempengaruhi anggotanya dari segala sisi (Whitehead et al., 2009)
Secara tradisional, kepemimpinan adalah perilaku dari individu dengan posisi tertinggi. Individu
yang dianggap bertanggung jawab untuk menyediakan struktur, sumber daya, dan motivasi untuk
seluruh anggota tim dan mengarahkan tim untuk merumuskan tujuan tim yang sesuai dengan
kebutuhan. (Bass dan Bass, 2008)
Clinical Leadership
Profesi kesehatan mengambil peran kepemimpinan :

Menggunakan
Mempromosikan
pengalaman
Mempersiapkan Menginspirasi visi misi yang
klinis dan
harus dijaga
keterampilan

Tujuan : memastikan tercapainya pemenuhan kebutuhan


pasien dan pelayanan kesehatan
Peran
Peran kepemimpinan terjadi di berbagai sistem, level
organisasi dan tatanan klinis, serta dilakukan oleh berbagai
profesi kesehatan sesuai kemampuan dan kebutuhan (Jonas
et al., 2011)

Adanya korelasi antara memimpin (leading) dengan


mengelola (managing) karena saling mengisi dalam proses
kepemimpinan. Tanpa kepemimpinan yang baik, dapat
kehilangan visi misi dan semangat. tanpa skill managing yang
baik, maka tidak dapat berjalan dengan baik. (Long, 2011)
Kompetensi Pemimpin

Menurut Whitehead et al., 2009

Kemampuan untuk Kemampuan untuk


Beradaptasi dengan
mendiagnosis atau berkomunikasi yang
lingkungan dan
memahami situasi menjadi bekal dalam
sumber daya
yang ingin mempengaruhi
pendukung
dipengaruhi anggota
Atribut Pemimpin

Pengelolaan Kesadaran Keterampilan


Mawas diri
diri sosial sosial
B. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan di masa sekarang tidak bergantung kepada siapa yang menjadi
pemimpin, tetapi lebih kepada apa yang dilakukan oleh pemimpin.

Konsep gaya kepemimpinan dilandasi oleh proses pengambilan keputusan seorang


pemimpin dan focus perhatian kepemimpinan. (Swanwick, 2011).

Seringkali disesuaikan dengan karakteristik tim, latar belakang dari sang pemimpin,
dan bentuk tugas.
Gaya Kepemimpinan

Directing Coaching

Supporting Delegating
Kepemimpinan Efektif
Kematangan dari pemimpin diperlukan karena kepemimpinan kolaboratif melibatkan banyak
pihak dengan latar belakang yang beragam.
Adanya kekuatan yang berasal dari inisiatif pemimpin, rekam jejak individu dan organisasi,
keahlian, dan akuntabilitas dalam organisasi perlu senantiasa dimanfaatkan oleh seorang
pemimpin sebaik mungkin. (McKimm, 2011)
Kekuatan dapat dicapai dengan cara ‘gained through giving’ kepada anggota tim kolaboratif,
termasuk memberi hal penting untuk diselesaikan, diskresi dan otonomi, rekognisi yang
tepat, dan hubungan serta interaksi yang sehat. (Kanter, 1982)
C. Kepemimpinan
Transformasional
Gabungan dari 4I: Idealised influence, inspirational
motivation, intellectual motivation, individual
consideration.

Kepemimpinan transformatif memungkinkan


adaptasi dalam lingkungan yang kompleks
seperti pelayanan kesehatan.

Tujuan utamanya untuk meningkakan


kemampuan seluruh anggota tim.
D. Kepempinan dalam Kolaborasi
Interprofesi Kesehatan
Merupakan kepemimpinan yang transformatif, situasional, terdistribusi,
dan berlandaskan nilai-nilai.
Berkarakteristik peningkatan kerja sama dalam kepemimpinan di tatanan
pelayanan dengan cara yang inovatif.
Memastikan bahwa semua pihak ikut ambil bagian dalam proses
pengambilan dan pelaksanaan keputusan.
Kepentingan untuk melayani menjadi motivasi terbesar daripada
keinginan suatu individu untuk memimpin.
Kepempinan dalam Kolaborasi
Interprofesi Kesehatan
Pendekatan yang dilakukan berupa shared leadership yakni
kepemimpinan yang mendistribusikan tanggung jawab untuk
mengoptimalkan kolaborasi.
Implementasi bentuk kepemimpinan dalam kolaborasi interprofesi
kesehatan berupa Alur Klinis Terintegrasi yang melibatkan asuhan
berbagai profesi kesehatan.
Karakteristik MEMILIKI PENGETAHUAN
DAN KETERAMPILAN
MEMPUNYAI RASA
PERCAYA TERHADAP
MEMBUAT KEPUTUSAN
SECARA MANDIRI
Kolaborasi KHUSUS DAN DASAR
KOMPETENSI
PERAN DAN TANGGUNG
JAWAB
DENGAN TUJUAN YANG
SAMA

yang efektif
(Bosch dan
Mansell,2015)

KETERGANTUNGAN SATU KEPEMIMPINAN KOLEKTIF


DENGAN YANG LAINNYA
E. Dinamika kepemimpinan kolaboratif

Pemimpin Pemimpin Pemimpin Pemimpin


formal informal internal eksternal

pemimpin yang pemimpin yang


memiliki posisi
tidak memiliki posisi sangat terintegrasi tidak ikut serta
tertentu yang
khusus, tetapi dalam sebuah tim dalam
biasanya memiliki
dapat membantu dalam pelaksanaan tim,
akses terhadap
pemimpin formal menjalankan melakukan
sumber daya yang
fungsinya sehari- evaluasi dalam
ada
hari peforma tim
F. Kegagalan dalam Kepemimpinan

rasa tidak kendala


stereotyping
percaya dalam
antarprofesi.
antaranggota berkomunikasi.
Menghindari
Adanya
komunikasi
Terlalu cepat perencanaan
Mengabaikan Menghindari dan enggan
ingin strategis
budaya konflik yang memperbaiki
mencapai tanpa
organisasi ada masalah
tujuan perencanaan
secara
operasional
bersama

Penyebab adanya kegagalan kepemimpinan menurut Grigsby


Mengapa terjadi perubahan?
1. globalisasi
meningkatnya keahlian anggota tim
G. Manajemen 2.
3. peningkatan kebutuhan masyarakat
Perubahan 4. peningkatan peran masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan
5. perubahan struktur organisasi
6. peningkatan peran terhadap manajemen
risiko
G. Manajemen Perubahan
● Menutut Kotter (2002), terdapat delapan langkah inti dalam manajemen
perubahan yaitu
a. meningkatkan urgensi terhadap perubahan,
b. membentuk tim pengarah,
c. menetapkan visi secara tepat,
d. mengomunikasikan visi dan perubahan,
e. memperkuat langkah untuk perubahan,
f. menciptakan kemenangan/hasil jangka pendek,
g. melakukan perbaikan berkelanjutan
h. mengintegrasikan perubahan dalam organisasi.
Referensi
• Daswati. Implementasi peran kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan menuju kesuksesan
organisasi. ACADEMICA Fisip Untad [Internet]. 2014 [cited 14 February 2020];4(1). Available
from: https://media.neliti.com/media/publications/28515-ID-implementasi-peran-
kepemimpinan-dengan-gaya-kepemimpinan-menuju-kesuksesan-organ.pdf
• Pugh D. Change management. Los Angeles: Sage; 2009.
• Salutondok Y, Soegoto A. Pengaruh kepemimpinan, motivasi, kondisi kerja dan disiplin
terhadap kinerja pegawai di kantor sekretariat dprd di sorong. EMBA [Internet]. 2015 [cited 14
February 2020];3(3):851. Available from: https://media.neliti.com/media/publications/2747-ID-
pengaruh-kepemimpinan-motivasi-kondisi-kerja-dan-disiplin-terhadap-kinerja-pegaw.pdf
Referensi
• Septyan F, Al-Musadieq M, Mukzam M. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasial
terhadap motivasi dan kinerja. Jurnal Administrasi Bisni [Internet]. 2017 [cited 14
February 2020];53(1). Available from: http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

• Soemantri, D., Sari, S., Ayubi, D. (2019). Buku Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan.
Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai