KROMATOGRAFI
KROMATOGRAFI
id
amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR METODA KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
pelarut baru
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
jumlah masing-masing komponen dalam setiap tabung setelah lima
kali pemindahan dapat digambarkan sebagai berikut :
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
Jumlah masing-masing komponen dalam fasa organik setelah lima kali
pemindahan dapat digambarkan sebagai berikut :
35
30
25
20
15
10
5
0
[B]org
1 2 3 [A]org
4 5
1 2 3 4 5
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
n=6 n = 25 n = 100
Semakin banyak jumlah tabung, komponen semakin terpisah
Puncak semakin melebar dan memendek
Kurva di atas sama dengan kromatogram yang diperoleh pada
metoda kromatografi
amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
Perbedaan antaraksi atau afinitas antara komponen kompo-
nen campuran tersebut dengan kedua fasa akan menyebab-
kan komponen-komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda melalui kolom.
Dan seperti halnya pada ekstraksi countercurrent, perbedaan
kecepatan migrasi (differential migration) dari molekul mo-
lekul komponen akhirnya akan menyebabkan komponen-
komponen terpisah satu sama lainnya.
amran@chem.itb.ac.id
PENGGOLONGAN METODA KROMATOGRAFI
Jenis Mekanisme
Fasa gerak Fasa diam
Kromatografi distribusi/partisi
Adsorpsi pada permukaan
Cairan (L) Padat (S) Krom. CP (LSC)
zat padat
Reaksi penukaran ion
Cairan (L) Padat (S) Krom. CP (LSC)
(kromatografi penukar ion)
Distribusi akibat perbedaan
Cairan (L) Cairan (L) Krom. CC (LLC) kelarutan komponen di
dalam kedua fasa cair
Adsorpsi pada permukaan
Gas (G) Padat (S) Krom. GP (GSC)
zat padat
Partisi (distribusi) yang di-
tentukan oleh tekanan uap
Gas (G) Cairan (L) Krom. GC (GLC)
parsial komponen dalam fa-
sa diam yang cair
amran@chem.itb.ac.id
PENGGOLONGAN METODA KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
kromatografi adsorpsi kromatografi partisi
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI
tR
tO
injeksi
waktu
PROFIL KROMATOGRAM SUATU ANALIT
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI
• VOLUME RETENSI, VR
VR = tR x m
• FAKTOR KAPASITAS, k’
Cs Vs Vs tR t0
k' K
Cm V m Vm t0
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI
SELEKTIFITAS, a
a = k’2 / k’1
Merupakan ukuran daya pisah suatu kolom, digunakan mengkarakterisasi
jarak yang memisahkan dua puncak berdekatan
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI
SIMULATION
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI
Van Deemter
• TEORI KECEPATAN (RATE THEORY)
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
TEORI PELAT
Jumlah pelat teoritis (N) dan HETP mencerminkan efisiensi dari kolom.
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
HETP = L / N
tR 2 tR 2
N = 16 atau N = 5,54
w d
L : Panjang Kolom
N : Jumlah Pelat Teoritis
tR : Waktu Retensi
w : Lebar alas puncak
d : Lebar pada setengah tinggi puncak
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Resolusi bergantung pada faktor kapasitas (k’), selektifitas (a) dan jumlah
pelat teoritis (N)
Rs = ¼ {(a-1)/a} {k’/(k’-1)} N
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
SIMULATION
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
BESARAN PERCOBAAN
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Teori pelat mampu menjelaskan proses yang terjadi pada kromatografi,
namun tidak dapat memberikan petunjuk secara bagaimana kondisi kon-
disi percobaan kromatografi harus diatur supaya diperoleh nilai HETP
yang kecil agar didapatkan efisiensi kolom yang optimal.
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
HETP = A + B/m + Cm
m : kecepatan linier fasa gerak
A = diffusi Eddy
B = diffusi Longitudional
C = koefisien transfer massa
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Diffusi Eddy
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Diffusi Longitudional
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
amran@chem.itb.ac.id
HETP TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Cm
B/m
A
KECEPATAN LINIER FASA GERAK
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
a > 1
N kecil
Rs < 1
a > 1
a > 1 k’ besar
N besar Rs > 1
Rs > 1
amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
kesetimbangan distribusi/partisi
fasa diam
simetris
tailing
fronting
fasa gerak
amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR
amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR
amran@chem.itb.ac.id
KOMPONEN UTAMA PERALATAN GC
Injektor Detektor
Kolom
Pengatur
laju dan
tekanan
Oven
amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)
amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)
regulator
Perlu pemurnian lanjut
filter menggunakan penyerap
(filter)
silinder gas
amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)
PENGUKURAN LAJU ALIR
amran@chem.itb.ac.id
OVEN
amran@chem.itb.ac.id
syringe
GERBANG INJEKSI
gas pembawa
blok pemanas
glass wool
liner
kolom
amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI
Umumnya dilakukan dengan menggunakan micro-syringe
amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE
amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE
Agar diperoleh hasil yang baik, injeksi harus dilakukan dengan cepat
amran@chem.itb.ac.id
CARA MEMBERSIHKAN SYRINGE
amran@chem.itb.ac.id
CARA MENGISI SYRINGE
sample
sample+udara
udara+sample+udara
pelarut+udara+sample+udara
amran@chem.itb.ac.id
KOREKSI VOLUME INJEKSI
amran@chem.itb.ac.id
KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS
Cuplikan gas selain dapat diinjeksikan menggunakan syringe khusus
untuk gas, juga dapat diinjeksikan dengan menggunakan katup injeksi
Katup injeksi mampu memberikan presisi yang lebih baik.
amran@chem.itb.ac.id
KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS
cuplikan
LOAD INJECT
gas pembawa
kolom
amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
Kolom konvensional :
1/8 – ¼” OD, stainless steel atau gelas dengan panjang 6 – 20 feet
Kolom preparatif :
> ¼” OD, dengan panjang > 10 feet
Kolom kapiler :
0.1 – 0.5 mm ID, dengan panjang 10 – 100 m
amran@chem.itb.ac.id
COLUMNS
OPEN TUBULAR
PACKED
(CAPILLARY)
PACKED WITH
POROUS LAYER BOUND PHASE
LIQUID
PACKED
LIQUID COATED
PACKED WALL
CAPILLARY
amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
Penampang lintang kolom
Porous Wall
Layer Coated
Open Open
bead column
Tube Tube
porous layer
conventional
amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
contoh berbagai kolom
¼” packed
SS capillary
1/8” packed
amran@chem.itb.ac.id
PEMILIHAN KOLOM
amran@chem.itb.ac.id
KEPOLARAN FASA DIAM
amran@chem.itb.ac.id
KEPOLARAN RELATIF FASA DIAM
0 SQUALANE
SE-30
APIEZON
OV-1
SE-52
KEPOLARAN RELATIF
OV-101
DEXIL-380
OV-17
1
OV-25
OV-210
OV-225
2
CARBOWAX-20M
CARBOWAX-1500
3
DGES
amran@chem.itb.ac.id
KESTABILAN TERMAL FASA DIAM
Jika polaritas kolom meningkat maka kestabilan thermal menurun.
Kestabilan thermal yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan
fasa yang berikatan silang terimmobilisasi. Namun ikatan silang
selain merubah sifat fisik juga dapat merubah sifat kimia dari fasa
diam
KAPASITAS KOLOM
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu
kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun.
Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang sempit
akan memberikan hasil yang baik.
Jika konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka
kolom dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar
kapasitas kolom
amran@chem.itb.ac.id
KETEBALAN LAPISAN FASA DIAM
amran@chem.itb.ac.id
PANJANG KOLOM
Resolusi N,
jika L diperpanjang 2 x lipat Rs naik 40%
! tetapi waktu analisis naik dua kali lipat.
amran@chem.itb.ac.id
TEMPERATUR KOLOM
Isothermal Temperatur kolom dibuat tetap selama analisis
amran@chem.itb.ac.id
TEMPERATUR KOLOM
Suhu Terprogram Temperatur berubah selama analisis
Isotermal.
Komponen tak terpisah dengan baik.
Beberapa komponen terelusi pada saat yang
sama.
Puncak yang terakhir menunjukkan adanya
pelebaran puncak
Temperatur terprogram
Komponen terpisah dengan sempurna.
Tidak ditemui adanya pelebaran puncak
kromatogram.
amran@chem.itb.ac.id
JIKA TIDAK UNTUK KEPERLUAN KHUSUS ATAU
BUKAN UNTUK PENGEMBANGAN SUATU METODA BARU
• KATALOG PRODUK GC
• BASIS DATA ELEKTRONIK
• APPLICATION NOTE
• JOURNAL ILMIAH
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR
R
b
Kepekaan, dR/dQ
dR Batas deteksi
dQ Daerah Linier
a
Q
amran@chem.itb.ac.id
KEPEKAAN DAN DAERAH LINIER DETEKTOR
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)
R1 R2
R3 R4
R5
A
R6
RANGKAIAN DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)
udara
recorder
hidrogen amplifier
kolom
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)
merupakan detektor yang peka terhadap aliran massa
butana
asam pentanoat
propana
asam butanoat
asam propionat
etana
asam asetat
metana
asam format
amran@chem.itb.ac.id
Detektor TCD dan FID pada suatu kromatograf
amran@chem.itb.ac.id
Respon TCD dan FID untuk cuplikan yang sama
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR PENANGKAP ELEKTRON (ECD)
anode purge
pembuangan
anoda (+)
sumber elektron
b (63 Ni) N2 N2+ + e-
gas makeup
kolom
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR NITROGEN FOSFOR (NPD)
kolektor
(anoda, -ve)
rubidium
katoda, +ve
udara
hidrogen
kolom
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR FOTOMETRI NYALA (FPD)
zona tabung
emisi pengganda
foton
udara filter
hidrogen
kolom
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR FOTOIONISASI (PID)
lampu UV
elektroda
polarisasi insulator
ruang reaksi
elektroda
kolektor
kolom
amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR EMISI ATOM (AED)
170 N, P, S, C
450
495 Br, Cl, H
generator 658 H, O
gelombang mikro 690 F
740 N
He 777 O
kolom
diode
array
plasma
amran@chem.itb.ac.id
ELECTROLYTIC CONDUCTIVITY DETECTOR (ELCD)
pelarut
reaktor
gas pereaksi
kolom
amran@chem.itb.ac.id
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF
amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id