Anda di halaman 1dari 82

amran@chem.itb.ac.

id
amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR METODA KROMATOGRAFI

dari ekstraksi ke kromatografi


penggolongan kromatografi
teori dan besaran dasar kromatografi
• besaran retensi
• teori dasar proses kromatografi

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI

Pada ekstraksi terdapat dua fasa


(fasa bawah & fasa atas)

Pada kromatografi juga terdapat dua fasa


(fasa diam & fasa gerak)

Ada analogi antara kedua teknik pemisahan


ini

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI

Pada sistem dua fasa (bifasa) seperti ini,


komponen akan terdistribusi/terpartisi
diantara kedua fasa tersebut dengan jumlah
yang tertentu.

Hukum Distribusi Nernst


A KD = [A]1 / [A]2
dimana:
A KD = koefisien distribusi
[A]1 = konsentrasi komponen A pada fasa 1
[A]2 = konsentrasi komponen A pada fasa 1

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI

fasa atas dipindahkan

pelarut baru

PROSES EKSTRAKSI COUNTER CURRENT CRAIG

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
jumlah masing-masing komponen dalam setiap tabung setelah lima
kali pemindahan dapat digambarkan sebagai berikut :

12.500 25.000 12.50


KD(A) = 1, KD(B) = 3, 4.688 28.125 42.188
A0 = 100, B0 = 100 12.500 25.000 12.500
1.562 9.375 14.062
Tabung : 1 2 3 4 5
[A]or 50.000 6.250 18.750 18.75 6.250
[B]
g
or 75.000 1.170 10.550 31.640 31.640
g
[A]air 50.000 6.250 18.750 18.750 6.250
[B]air 25.000 0.390 3.520 10.550 10.550

25.000 25.000 3.125 12.500 18.750 12.500 3.125


18.750 56.250 0.290 3.520 15.825 31.640 23.730
25.000 25.000 3.125 12.500 18.750 12.500 3.125
6.250 18.750 0.100 1.170 5.275 10.550 7.910

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
Jumlah masing-masing komponen dalam fasa organik setelah lima kali
pemindahan dapat digambarkan sebagai berikut :

35
30
25
20
15
10
5
0
[B]org
1 2 3 [A]org
4 5

1 2 3 4 5

[A]org 3.125 12.5 18.75 12.5 3.125


[B]org 0.29 3.52 15.825 31.64 23.73

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI

Jika jumlah tabung (jumlah pemindahan) diperbesar maka :

n=6 n = 25 n = 100
Semakin banyak jumlah tabung, komponen semakin terpisah
Puncak semakin melebar dan memendek
Kurva di atas sama dengan kromatogram yang diperoleh pada
metoda kromatografi

amran@chem.itb.ac.id
DARI EKSTRAKSI KE KROMATOGRAFI
Perbedaan antaraksi atau afinitas antara komponen kompo-
nen campuran tersebut dengan kedua fasa akan menyebab-
kan komponen-komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda-beda melalui kolom.
Dan seperti halnya pada ekstraksi countercurrent, perbedaan
kecepatan migrasi (differential migration) dari molekul mo-
lekul komponen akhirnya akan menyebabkan komponen-
komponen terpisah satu sama lainnya.

amran@chem.itb.ac.id
PENGGOLONGAN METODA KROMATOGRAFI

Jenis Mekanisme
Fasa gerak Fasa diam
Kromatografi distribusi/partisi
Adsorpsi pada permukaan
Cairan (L) Padat (S) Krom. CP (LSC)
zat padat
Reaksi penukaran ion
Cairan (L) Padat (S) Krom. CP (LSC)
(kromatografi penukar ion)
Distribusi akibat perbedaan
Cairan (L) Cairan (L) Krom. CC (LLC) kelarutan komponen di
dalam kedua fasa cair
Adsorpsi pada permukaan
Gas (G) Padat (S) Krom. GP (GSC)
zat padat
Partisi (distribusi) yang di-
tentukan oleh tekanan uap
Gas (G) Cairan (L) Krom. GC (GLC)
parsial komponen dalam fa-
sa diam yang cair

amran@chem.itb.ac.id
PENGGOLONGAN METODA KROMATOGRAFI

Partisi/distribusi komponen antara fasa diam dan fasa mobil

• kromatografi cair - cair


cairan A
Xterlarut dalam A  Xterlarut dalam B
cairan B

• kromatografi gas - cair


gas A Xgas  Xterlarut dalam B

cairan B kecenderungan X kecenderungan X


menguap melarut
• kromatografi gas - padat
gas A Xterdesorpsi dari A  Xteradsorpsil pada B
kecenderungan X
padatan B menguap

amran@chem.itb.ac.id
kromatografi adsorpsi kromatografi partisi

kromatografi penukar ion kromatografi eksklusi

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI

Waktu Retensi (Waktu Tambat), tR

tR

tO

injeksi
waktu
PROFIL KROMATOGRAM SUATU ANALIT

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI

• VOLUME RETENSI, VR

VR = tR x m

m  kecepatan linier fasa gerak

• FAKTOR KAPASITAS, k’

Cs Vs Vs tR  t0 
k'  K 
Cm V m Vm t0

Cs : konsentrasi analit dalam fasa diam Vs : volume fasa diam


Cm : konsentrasi analit dalam fasa gerak Vm : volume fasa gerak

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI

SELEKTIFITAS, a

a = k’2 / k’1
Merupakan ukuran daya pisah suatu kolom, digunakan mengkarakterisasi
jarak yang memisahkan dua puncak berdekatan

SELEKTIFITAS MAKIN BAIK

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI

KOEFISIEN PARTISI/DISTRIBUSI (K)


WAKTU RETENSI (tR)
FAKTOR KAPASITAS (k’)
SELEKTIFITAS (a)

SIMULATION

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DAN BESARAN DASAR KROMATOGRAFI

Terdapat dua teori yang telah dikemukakan mengenai proses kroma-


tografi elusi yang bertujuan untuk lebih memahami apa yang terjadi
pada proses tersebut, sehingga dapat diramalkan kondisi-kondisi ba-
gaimana yang harus dipenuhi agar pemisahan dua atau lebih kompo-
nen dapat berlangsung dengan baik.

Martin & Synge


• TEORI PELAT (PLATE THEORY)

Van Deemter
• TEORI KECEPATAN (RATE THEORY)

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

TEORI PELAT

Didasarkan pada model ekstraksi counter-current Craig

• Jumlah tabung pada ekstraksi Craig dianalogikan dengan suatu pelat


imajiner yang disebut pelat teori seperti yang telah dikenal pada tek-
nik destilasi.
• Makin banyak jumlah pelat teoritis (jumlah tabung makin banyak)
maka pemisahan akan semakin fisien.
• Tebal dari pelat teoritis ini disebut Tinggi Ekivalen Pelat Teoritis atau
Height Equivalent of Theoritical Plate, HETP.

Jumlah pelat teoritis (N) dan HETP mencerminkan efisiensi dari kolom.

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

HETP = L / N

tR 2 tR 2
N = 16 atau N = 5,54
w d

L : Panjang Kolom
N : Jumlah Pelat Teoritis
tR : Waktu Retensi
w : Lebar alas puncak
d : Lebar pada setengah tinggi puncak

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Dalam hal tertentu,


jauh lebih mudah mengukur d
d
dari pada w

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Karena N mencerminkan jumlah kesetimbangan yang terjadi di dalam


suatu proses kromatografi, maka HETP merupakan ukuran kemampuan
kolom untuk memisahkan komponen-komponen dari campurannya.
Besaran yang digunakan untuk mencerminkan daya pisah suatu kolom
atau resolusi adalah Rs

Rs = 2 DtR / (wA + wB)

Resolusi bergantung pada faktor kapasitas (k’), selektifitas (a) dan jumlah
pelat teoritis (N)

Rs = ¼ {(a-1)/a} {k’/(k’-1)} N

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

JUMLAH PELAT TEORITIS (N)


TINGGI EKIVALEN PELAT TEORITIS (HETP)
RESOLUSI (Rs)

SIMULATION

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
BESARAN PERCOBAAN

Besaran Notasi Sumber


Waktu mati t0 kromatogram
Waktu retensi tR kromatogram
Waktu retensi tereduksi (tR)’ (tR-t0)
Lebar alas puncak w kromatogram
Panjang kolom L pengukuran
Laju alir F pengukuran
Volume fasa diam VS
Konsentrasi C

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
Teori pelat mampu menjelaskan proses yang terjadi pada kromatografi,
namun tidak dapat memberikan petunjuk secara bagaimana kondisi kon-
disi percobaan kromatografi harus diatur supaya diperoleh nilai HETP
yang kecil agar didapatkan efisiensi kolom yang optimal.

Untuk memberikan pengertian yang lebih baik mengenai faktor-faktor


percobaan yang mempengaruhi kerja dan efisiensi kolom dilakukan
pendekatan yang dikenal dengan teori kecepatan (rate theory) yang
dipelopori oleh van Deemter dan kawan-kawan.
Perbedaan pokok antara pendekatan ini teori pelat adalah bahwa teori ini
memandang proses-proses yang terjadi di dalam kolom tidak atas dasar
kesetimbangan, melainkan atas dasar aspek-aspek kinetika yang menyang-
kut partisi komponen di dalam kolom. Yakni kondisi-kondisi yang sesuai
dengan kenyataan, di mana fasa gerak mengalir terus menerus atau
kontinu.

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

PERSAMAAN VAN DEEMTER

HETP = A + B/m + Cm
m : kecepatan linier fasa gerak

A = diffusi Eddy
B = diffusi Longitudional
C = koefisien transfer massa

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Diffusi Eddy

Suku A atau suku difusi Eddy mencerminkan neka-alur dari isi


kolom. Fasa gerak dan komponen dapat bergerak melalui banyak
jalur diantara butiran-butiran isi kolom

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Diffusi Longitudional

merupakan gaya-gaya difusi molekul yang menyebabkan mole-


kul molekul bergerak atau berdifusi dari bagian tengah pita ke
kedua tepi pita

diffusi semakin besar

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Koefisien transfer massa


merupakan cerminan dari partisi komponen antara fasa diam
dan fasa gerak

amran@chem.itb.ac.id
HETP TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

Cm
B/m

A
KECEPATAN LINIER FASA GERAK

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI

a > 1
N kecil
Rs < 1

a > 1
a > 1 k’ besar
N besar Rs > 1
Rs > 1

amran@chem.itb.ac.id
TEORI DASAR PROSES KROMATOGRAFI
kesetimbangan distribusi/partisi
fasa diam

simetris
tailing
fronting

fasa gerak

amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR

komponen-komponen suatu cuplikan yang berupa uap di


fraksionasi sebagai hasil distribusi atau partisi komponen-
komponen tersebut antara fasa gerak yang berupa gas dan
fasa diam yang berada dalam kolom.

Berdasarkan wujud fasa diam,


• kromatografi gas-padat (gas-solid chromatography) dengan
fasa diam padatan
• kromatografi gas-cair (gas-liquid chromatography) dengan
fasa diam cairan

amran@chem.itb.ac.id
PENGANTAR

Pada kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan


didasarkan atas fenomena adsorpsi (penyerapan) pada
permukaan zat padat yang berfungsi sebagai fasa diam

Pada kromatografi gas-cair, partisi komponen cuplikan dida-


sarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada fasa
cair tersebut, jadi bergantung pada kesetimbangan gas-cair
yang terjadi di dalam kolom

amran@chem.itb.ac.id
KOMPONEN UTAMA PERALATAN GC

Injektor Detektor

Gas inlet Detektor


Amplifier

Kolom
Pengatur
laju dan
tekanan
Oven

Terminal pengolah data

amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)

• Harus bersifat inert, kering dan bebas dari oksigen.


Nitrogen, hidrogen dan helium merupakan gas pembawa yang umum
digunakan.
• Pemilihannya bergantung pada jenis fasa diam serta jenis detektor yang
digunakan.
Helium misalnya, sangat baik untuk pemisahan yang menggunakan
detektor daya hantar panas.
• Tingkat kemurnian 99,99% bahkan hingga 99,999% (disebut sebagai
tingkat kemurnian 99999, ditandai dengan 5 buah angka sembilan).
Adanya uap air, oksigen, sejumlah kecil hidrokarbon dapat menyebab-
kan bereaksinya gas pembawa dengan komponen yang dipisahkan.
Adanya pengotor pada gas pembawa juga dapat merusak gerbang
injeksi dan kolom serta dapat menurunkan kinerja dari detektor.

amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)

regulator
Perlu pemurnian lanjut
filter menggunakan penyerap
(filter)
silinder gas

uap air gunakan penyaring molekul


hidrokarbon gunakan serbuk arang/karbon
oksigen gunakan oksigen trap

amran@chem.itb.ac.id
GAS PEMBAWA (CARRIER GAS)
PENGUKURAN LAJU ALIR

dapat dilakukan dengan menggunakan “bubble meter”, “rotameter”


atau dengan “flow meter elektronik/digital”

amran@chem.itb.ac.id
OVEN

Temperatur kolom harus dikontrol dengan akurat, karenanya kolom


ditempatkan dalam suatu pemanas/oven yang temperaturnya dapat
dikontrol dengan mudah dan tepat.

Oven yang baik :


 Cukup luas untuk pemasangan kolom
 Suhu dapat dikontrol dengan mudah dan akurat
 Respon suhu cepat dan akurat
 Dapat terjadi pendinginan yang cepat pada akhir analisis

amran@chem.itb.ac.id
syringe
GERBANG INJEKSI

gas pembawa

blok pemanas
glass wool
liner

kolom

amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI
Umumnya dilakukan dengan menggunakan micro-syringe

Atau dengan menggunakan injektor automatis

amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE

Cara yang baik harus mampu :


• menghasilkan luas puncak kromartografi yang boleh
ulang
• memberikan diskriminasi massa yang rendah
• tak terkontaminasi dengan penyuntikan sebelumnya
• memberikan bentuk puncak yang baik

amran@chem.itb.ac.id
TEKNIK INJEKSI MENGGUNAKAN SYRINGE
Agar diperoleh hasil yang baik, injeksi harus dilakukan dengan cepat

Injeksi dilakukan dengan lambat

Injeksi dilakukan dengan cepat

amran@chem.itb.ac.id
CARA MEMBERSIHKAN SYRINGE

Untuk menghindari terjadinya kontaminasi cuplikan, syringe harus


dibersihkan dengan baik sebelum digunakan.
Bilas berulang kali menggunakan pelarut yang sesuai seperti
aseton atau diklorometana.
Pembilasan ini terutama harus diperhatikan jika konsentrasi cuplikan
yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan yang sangat
besar.
Penggunaan ultrasonic-bath juga sangat dianjurkan untuk pencuian
syringe.
Biasakanlah membilas syringe segera setelah menggunakannya agar
tak terjadi kontaminasi akibat sisa yang mengering dalam syringe

amran@chem.itb.ac.id
CARA MENGISI SYRINGE

sample

sample+udara

udara+sample+udara

pelarut+udara+sample+udara

amran@chem.itb.ac.id
KOREKSI VOLUME INJEKSI

isi syringe dengan sample

baca volume sample

suntikkan dengan cepat, cabut syringe

tarik kembali piston syringe, baca volume tertinggal

perkurangkan pembacaan awal dengan akhir

amran@chem.itb.ac.id
KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS
Cuplikan gas selain dapat diinjeksikan menggunakan syringe khusus
untuk gas, juga dapat diinjeksikan dengan menggunakan katup injeksi
Katup injeksi mampu memberikan presisi yang lebih baik.

amran@chem.itb.ac.id
KATUP INJEKSI CUPLIKAN GAS

cuplikan
LOAD INJECT
gas pembawa

kolom

Volume yang diinjeksikan akan bergantung pada


volume “sample loop” yang digunakan

amran@chem.itb.ac.id
KOLOM

• Jantung dari pemisahan dengan kromatografi


• Berbagai macam bahan telah digunakan sebagai fasa diam
• Dapat diklasifikasi berdasarkan diameter dan jenis fasa diamnya

Kolom konvensional :
1/8 – ¼” OD, stainless steel atau gelas dengan panjang 6 – 20 feet
Kolom preparatif :
> ¼” OD, dengan panjang > 10 feet
Kolom kapiler :
0.1 – 0.5 mm ID, dengan panjang 10 – 100 m

amran@chem.itb.ac.id
COLUMNS

OPEN TUBULAR
PACKED
(CAPILLARY)

NON-POROUS COATED WITH


POROUS POROUS LAYER
PACKING

PACKED WITH
POROUS LAYER BOUND PHASE
LIQUID
PACKED
LIQUID COATED
PACKED WALL
CAPILLARY

amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
Penampang lintang kolom

packed Open tube (capillary)

Porous Wall
Layer Coated
Open Open
bead column
Tube Tube
porous layer
conventional

amran@chem.itb.ac.id
KOLOM

Zat padat pendukung ideal adalah yang;


(a). bulat, merata, kecil (20-40m) dengan kekuatan mekanis yang
baik,
(b). inert pada suhu tinggi,
(c). mudah dibasahi oleh fasa cair dan membentuk lapisan merata.

Fasa diam yang ideal adalah fasa diam (cairan) yang;


(a). tidak mudah menguap (td. > 200oC) atau lebih tinggi dari suhu
operasi kolom,
(b). mempunyai kestabilan termik yang tinggi,
(c). inert secara kimia.

amran@chem.itb.ac.id
KOLOM
contoh berbagai kolom

¼” packed

fused silica capillary

SS capillary
1/8” packed

amran@chem.itb.ac.id
PEMILIHAN KOLOM

Pertimbangan pertama dalam memilih kolom adalah


memilih produsen/merek yang benar dengan
mempertimbangkan : konsistensi dari kualitas yang
tinggi dalam memproduksi kolom.

Pertimbangan kedua, memilih kolom yang ideal untuk


suatu analisis yang spesifik yaitu meliputi,
- pemilihan fasa diam yang benar
- diameter dalam dari kolom
- tebal lapisan film fasa diam
- panjang kolom

amran@chem.itb.ac.id
KEPOLARAN FASA DIAM

Kepolaran menunjukkan bagaimana komponen-komponen contoh


beriteraksi dengan fasa diam.
• Fasa non-polar memisahkan komponen-komponen terutama ber-
dasarkan titik didih.
• Fasa sedikit polar (intermediately polar phase) meretensi komponen
komponen berdasarkan titik didih dan interaksi dipol terinduksi atau
melalui ikatan hidrogen.
• Fasa polar dan sangat polar meretensi lebih kuat senyawa polar di-
banding senyawa non-polar akibat interaksi dipol-dipol antara gugus
fungsi dari komponen dengan fasa diam

amran@chem.itb.ac.id
KEPOLARAN RELATIF FASA DIAM
0 SQUALANE
SE-30
APIEZON
OV-1
SE-52

KEPOLARAN RELATIF
OV-101
DEXIL-380
OV-17
1
OV-25
OV-210
OV-225
2
CARBOWAX-20M

CARBOWAX-1500
3

DGES

amran@chem.itb.ac.id
KESTABILAN TERMAL FASA DIAM
Jika polaritas kolom meningkat maka kestabilan thermal menurun.
Kestabilan thermal yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan
fasa yang berikatan silang terimmobilisasi. Namun ikatan silang
selain merubah sifat fisik juga dapat merubah sifat kimia dari fasa
diam

KAPASITAS KOLOM
Jika diameter dalam dari kolom membesar maka kapasitas suatu
kolom juga akan membesar, namun daya pisah akan menurun.
Untuk pemisahan campuran yang sangat rumit, diameter yang sempit
akan memberikan hasil yang baik.
Jika konsentrasi komponen dalam contoh sangat bervariasi maka
kolom dengan diameter besar harus digunakan untuk memperbesar
kapasitas kolom

amran@chem.itb.ac.id
KETEBALAN LAPISAN FASA DIAM

Lapisan tipis  retensi kecil


 untuk senyawa bertitik didih tinggi

Lapisan tebal  retensi besar


 untuk senyawa bertitik didih rendah

amran@chem.itb.ac.id
PANJANG KOLOM

Elusi isothermal  N dan waktu analisis proporsional


dengan L
Panjang kolom membesar  Resolusi membaik

Resolusi  N,
jika L diperpanjang 2 x lipat  Rs naik 40%
! tetapi waktu analisis naik dua kali lipat.

amran@chem.itb.ac.id
TEMPERATUR KOLOM
Isothermal  Temperatur kolom dibuat tetap selama analisis

Dengan teknik ini tak mungkin memisahkan campuran komponen dengan


titik didih/sifat fisiko kimia yang sangat bervariasi

Pada suhu rendah, komponen-komponen bertitik didih rendah mungkin


dapat terpisah dengan baik, tetapi yang bertitik didih tinggi akan teretensi
dengan kuat pada kolom.

Pada suhu tinggi, komponen-komponen dengan titik didih tinggi mungkin


terpisah dengan baik dengan waktu retensi yang tidak terlalu besar, tetapi
Komponen-komponen bertitik didih rendah tidak akan terpisah dan terelusi
pada awal pemisahan (didekat waktu mati dari kolom)

“DIPERLUKAN TEMPERATUR TERPROGRAM DALAM HAL INI”

amran@chem.itb.ac.id
TEMPERATUR KOLOM
Suhu Terprogram  Temperatur berubah selama analisis

Isotermal.
Komponen tak terpisah dengan baik.
Beberapa komponen terelusi pada saat yang
sama.
Puncak yang terakhir menunjukkan adanya
pelebaran puncak

Temperatur terprogram
Komponen terpisah dengan sempurna.
Tidak ditemui adanya pelebaran puncak
kromatogram.

amran@chem.itb.ac.id
JIKA TIDAK UNTUK KEPERLUAN KHUSUS ATAU
BUKAN UNTUK PENGEMBANGAN SUATU METODA BARU

PEMILIHAN KOLOM DAPAT DILAKUKAN MELALUI


BERBAGAI INFORMASI YANG TELAH TERSEDIA,

• KATALOG PRODUK GC
• BASIS DATA ELEKTRONIK
• APPLICATION NOTE
• JOURNAL ILMIAH

CONTOH PENGGUNAAN BASIS DATA ELEKTRONIK

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR

R
b
Kepekaan, dR/dQ

dR Batas deteksi

dQ Daerah Linier
a
Q

amran@chem.itb.ac.id
KEPEKAAN DAN DAERAH LINIER DETEKTOR

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)

R1 R2

R3 R4
R5
A
R6
RANGKAIAN DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)

dari kolom gas pembawa


murni
R1 R2

Rangkaian tahanan peka temperatur (R1 dan R2) pada TCD

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR DAYA HANTAR TERMAL (TCD)

Gas Daya Hantar Kalor


Hidrogen (H2) 44,5
Helium (He) 36,0
Neon (Ne) 11,6
Metana (CH4) 8,18
Oksigen (O2) 6,35
Nitrogen (N2) 6,24
Karbon Dioksida (CO2) 3,96
Metanol (CH3OH) 3,68

DAYA HANTAR KALOR BEBERAPA JENIS GAS

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)

kolektor pemantik nyala

udara

recorder
hidrogen amplifier

kolom

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)

Dibandingkan dengan TCD, detektor ini mempunyai beberapa


keunggulan seperti :
• kepekaannya yang lebih besar,
• waktu tanggap yang lebih singkat,
• cukup stabil dan tak peka terhadap suhu (hingga 400oC),
• memberikan respon yang linier pada rentang konsentrasi yang
cukup lebar (106) dan,
• memberi respon terhadap hampir semua senyawa organik.

tak memberi respon pada senyawa-senyawa anorganik seperti air,


nitrogen, oksigen, CO, CO2, gas-gas mulia dan sebagian senyawa
organik seperti asam format, karbon disulfida dan formaldehida.

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR IONISASI NYALA (FID)
merupakan detektor yang peka terhadap aliran massa

butana
asam pentanoat

propana
asam butanoat
asam propionat

etana
asam asetat

metana
asam format

amran@chem.itb.ac.id
Detektor TCD dan FID pada suatu kromatograf

amran@chem.itb.ac.id
Respon TCD dan FID untuk cuplikan yang sama

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR PENANGKAP ELEKTRON (ECD)

anode purge
pembuangan
anoda (+)
sumber elektron
b (63 Ni) N2  N2+ + e-

gas makeup

kolom

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR NITROGEN FOSFOR (NPD)

kolektor
(anoda, -ve)
rubidium
katoda, +ve
udara
hidrogen

kolom

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR FOTOMETRI NYALA (FPD)

zona tabung
emisi pengganda
foton

udara filter
hidrogen

kolom

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR FOTOIONISASI (PID)

lampu UV

elektroda
polarisasi insulator
ruang reaksi
elektroda
kolektor

kolom

amran@chem.itb.ac.id
DETEKTOR EMISI ATOM (AED)

170 N, P, S, C

250 Si, Hg, P, C

450
495 Br, Cl, H
generator 658 H, O
gelombang mikro 690 F
740 N
He 777 O

kolom
diode
array
plasma

amran@chem.itb.ac.id
ELECTROLYTIC CONDUCTIVITY DETECTOR (ELCD)

pelarut

reaktor

gas pereaksi

kolom

amran@chem.itb.ac.id
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id
amran@chem.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai