KGD
KGD
• Bahas intoksikasi
– Klasifikasi
– Tanda gejala
– Pemeriksaan penunjang
– Tatalaksana
• Primer
• sekunder
Nama Mekanisme Perkiraan Tanda dan Terapi
zat keracunan dosis gejala
toksik
Barbiturat •Depresi aktivitas neuron 5-10x dosis •Reflek kurang •Bilas lambung
(fenobarbi di otak hipnotik •Dpresi wakau >4 jam
tal) •Diperantarai oleh Oral fatal pernafasan •Tinggalkan
peningkatan hambatan fenobarbita •Kma 30g larutan
GABA l 6-10 g •Syok MgSO4 dalam
•Hipotensi akibat dosis •Pupil kecil usus
tinggi disebabkan oleh pada akhirnya •Beri bubuk
depresi tonus simpatis dilatasi kopi
sentral dan kontraktilitas
jantung
Warfarin/ •Akibat terapi jangka Dosis •Perdarahan •Vit K 50 mg
derivat panjang bahaya 1-2 kulit dan muksa IM atau 3x 50
dikumarol •Interaksi obat mg/KgBB mg oral /hari
(racun lain(alopurinol, simetidin, untuk 6 •Fitomenadion
tikus) AINS, kuinidin, salisilat hari jauh lebih
atau sulfonamid) dengan poten dan
warfarin bermanfaat
•Aglutinasi berat fatal
Nama Mekanisme Perkiraan Tanda dan Terapi
zat keracunan dosis gejala
toksik
Natrium •Ganggu proses metabolik 2-5 g •Kolik usus •Infus glukosa 5
fluorida selular •Muntah % dari CaCl2
(racun •Ikatan dengan kalsium •Diare 10% IV (bisa
hipokalsemia sistemik dan •Kejang diulangi)
kecoa)
hambat reaksi jaringan saraf tetaniform •Simtomatik,
dan otot yang diperantari (chovstek’s sign) berikan Al
oleh kalsium •Paralisis hidroksida gel
pernafasan oral
Patomekanisme Kelainan patologik pada -OP (irreversible inhibitor of -Kolinesterase inhibitor -larut lemakm terserap
saluran pernapasan : asetilkolinesterase) reversible dengan baik dan bila kena kulit
- Hiperemis asetilkolinesterase inaktif stabil - lebih ringan dan lebih 1-% akan terserap
- Edema paru - kolinesterase penghambat singkat waktunya - tidak dapat dicuci dan akan
- jaringan hemoragik asetilkolin -Tidak dapat menembus terserap pelan-pelan dalam
- Nekrosis jaringan paru dan - asetilkolin neurotransmitter saraf tidak tampak efek sentral waktu yang lama
salurannya pusat (saraf pusat napas dan KV) dan bioakumulasi
- sumbatan pembulu darah perifer (nikotinik dan muskarinik) - mengubah proses
- necrotizing broncho- -Kolinesterase inaktif penumpukan elektrofisiologik dan enzimatik
pneumonia asetilkolin konduksi saraf >>> membran sel hubungan
- Alveolar kolaps hipoksia, komtraksi otot >>> saraf yang abnormal
sianosis
Tanda dan -Pernapasan : batuk, edema - SLUD : Salivasi, lakrimasi, Urinasi, -Gejala klinis timbul sangat Dominan gejala saraf :
Gejala paru, pneumonitis, diare ceoat karena mudahnya zat -Kejang
pneumonia -Miosis terserap melalui kulit -Tremor
- saraf pusat : letargi, koma, - Penyempitan bronkus -Gejala mirip keracunan OP -Kesulitan koordinassi
semikoma. - bradikardi - AV block kecuali tanpa tanda-tanda -Lemah
- Pencernaan : mual, - kejang otot sentral -Kesulitan bicara
kembung, sakit perut - Kebingungan, gelisah, koma -Perubahan mental
-Demam dan gejala-gejala - Depresi pusat pernapasan dan KV
lain -Dosis tinggi : efek nikotinik dan
sentral > nyata
-Dosis rendah efek muskarinik
mencolok
- Takikardi dan Hipertensi
kercaunan berat
Tatalaksana -Eleminasi racun -Atropin : -Atropin : dosis sama dengan -Suportif dan simptomatis
- Antibiotik dosis awal : 0,05 mg/kgbb keracunan OP biasanya
- kortikosteroid dosis pemeliharaan : 0,02 – 0,5 diperlukan jumlah yang lebih
-O2 dan perbaikan ventilasi mg/kgbb rendah
- Pralidoksim ANTIDOTUM , aktifin - prolidoksim tidak
Keracunan Makanan
KLASIFIKASI ETIOLOGI GEJALA PEMERIKSAAN TERAPI
EFEK LAIN
• Hepatitis C,hepatitis B, HIV jarum suntik
• Emboli heroin + (kafein, gula, benzokain), karena
kelarutannya jika dicampur akan sangat jelek dan dapat
menyumbat vena.
• Sakaw (withdrawal) nyeri, pusing, mual, muntah, dan
craving
Heroin Withdrawal’s Symtoms
http://heroin-drug.com/
Short & Long Term Effects Heroin
http://www.neurosoup.com/heroin_sh
orttermeffects.jpg
PEMERIKSAAN
PEMAKAI NAPZA
1. F I S I K
- Berat badan turun drastis.
- Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir
kehitam-hitaman.
- Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas
gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan.
Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas
suntikan.
- Buang air besar dan kecil kurang lancar.
- Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
2. E M O S I
- Sangat sensitif dan cepat bosan.
- Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap
membangkang.
- Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang
atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau
orang di sekitarnya.
- Nafsu makan tidak menentu.
3. P E R I L A K U
- Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-
tugas rutinnya.
- Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
- Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga,
pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
- Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat
pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di
rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga
miliknya, banyak yang hilang.
- Selalu kehabisan uang.
- Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur,
kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau
tempat-tempat sepi lainnya.
- Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka
jadi malas mandi.
- Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya
terjadi pada saat gejala “putus zat”.
- Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak
manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang
untuk beli obat.
- Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam
alasan.
COCCAINE
Kokain
• Tersedia dlm berbagai bentuk, yg sring
digunakan adalah bentuk serbuk yg dipakai dg
cara dihirup atau disuntikan.
• Kokain adalah stimulan SSP yg dapat
meningkatkan denyut jantung, midriasis,
meningkatkan kewaspadaan dan menunda
kelelahan.
• Termasuk perangsang sistem saraf simpatik
Efek kokain dosis normal
• Mengurangi napsu makan
• Meningkatkan denyut jantung
• Euforia
• Pupil melebar dan pandangan kabur
• Agitasi
• Kewaspadaan dan rasa percaya diri meningkat
• Dorongan sex meningkat
Efek dosis tinggi
• Selain efek pd dosis normal, dapat timbul efek
sakit kepala, gelisah, agresif, hilang konsetrasi,
gangguan jantung, penurunan libido, dan
hilang motivasi
Efek penggunaan jangka panjang
• Menimbulkan ketergantungan baik psikis
maupun fisik atau bahkan gangguan jiwa
(paranoid, agitasi, dan halusinasi)
• Putus obat depresi yg sangat dalam, ingin
bunuh diri, muntah, kelelahan, perasaan
sangat lapar, gangguan tidur, nyeri otot dan
craving
Penatalaksanaan (kokain)
• Tindakan penanggulangan
– Perhatikan pernapasan
– Karbon aktif (hambat absorbsi), lalu usahakan
muntah
– Atasi konvulsi dengan diazepam
Opioid
• Umumnya digunakan untuk mengatasi nyeri
melalui mekanisme efek depresi pada otak.
• Morfin sering digunakan (medis) pada nyeri
dada, edema paru, dan untuk mengatasi rasa
sakit berlebihan pada keganasan.
Farmakokinetika Keterangan
Absorpsi Diserap dengan baik dari daerah subkutan dan intramuskuler, permukaan
mukosa hidung atau mulut.
Distribusi • Terikat pada protein plasma dengan afinitas berbeda-beda
• Konsentrasi tinggi pada jaringan yang perfusinya besar otak, paru,
hati, ginjal, dan limpa.
• Konsentrasi obat di otot skelet mungkin rendah merupakan
cadangan obat utama krn timbunannya besar.
• Penimbunan pada jaringan lemak setelah sering diberikan opioid
lipopilik deng an dosis tinggi yang metabolismenya lambat seperti
fentanyl.
• Sawar darah otak konsentrasi di otak relatif lebih rendah
• Agen amfoterik (mis: morfin) lebih sulit menuju otak
• Heroin & codeine lebih mudah menembus sawar darah otak.
Metabolisme • Opioid diubah sebagian besar menjadi metabolit polar diekskresikan
dengan segera oleh ginjal.
• Heroin dihidrolisis oleh hati 6 monoacetyl morphine morphine
terkonjugasi dengan as.glukuronat morphine 3 monoglucoronide
dan morphine 6 monoglucoronide (larut air)
Ekskresi • Metabolit polar opioid terutama diekskresikan lewat urine.
• Konjugat glukoronide ditemukan dalam empedu (hanya sebagian
kecil)
RESEPTOR OPIOID
• Reseptor opioid yang terdapat didalam susunan saraf pusat
sama baiknya dengan yang ada disepanjang jaringan perifer
• Reseptor – reseptor ini normalnya distimulasi oleh peptida
endogen (endorphins, enkephalins, dan dynorphins)
diproduksi untuk merespon rangsangan yang berbahaya
• Mu (µ) (agonis morphine) / OP3/ MOR (morphine opioid
receptors)
Ditemukan di batang otak, dan thalamus medial
Analgesia supraspinal, depresi pernapasan, euphoria, sedasi,
mengurangi motilitas gastrointestinal, ketergantungan fisik.
Mu1 : analgesia, euphoria, hipotermia
Mu2 : bradikardi, depresi napas, miosis, euforia, penurunan
kontraksi usus dan ketergantungan fisik
• Kappa (κ) (agonis ketocyklazocine)/ OP2/ KOR (kappa opioid
receptors)
Dijumpai didaerah limbik, area diensephalon, batang otak, dan
spinal cord
Spinal analgesik, depresi napas dan miosis, hipotermia
• Delta (δ) (agonis delta-alanine-delta-leucine-enkephalin)/
op1 dan dor (delta opioid receptors)
Lokasinya luas di otak
Efeknya belum deketahui dengan baik
Depresi napas, disporia, halusinasi, vasomotor stimluasi
• Sigma (σ) (agonis n-allylnormetazocine)
Inhibisi otot, spinal analgesik
Efek psykomimetik, dysphoria, dan stres- depresi
Gejala Klinis
• Simpan sampel urin untuk pemeriksaan urin dan lakukan foto dada.
• Pertimbangkan pemasangan ETT
• Pasien dirawat dan dikonsultasikan ke Tim Narkoba Bagian
Ilmu Penyakit Dalam untuk penilaian keadaan klinis dan
rencana rehabilitasi.
http://3.bp.blogspot.com/_nUXhK5puiM0/S3fbI6l6yjI/AAAAAAAABIg/5bWrf_NvKuY/s400/781px-Effects_of_metamphetamine.png
Tatalaksana Amphetamine Toxicity
Ekstasi
• Nama jalanan dari 3,4 metilen dioksi
metamfetamin (MDMA)
• Mempunyai efek stimulan spt amfetamin
• Mempunya efek halusinogen seperti lisergid
acid diethylamine (LSD)
• Efek ekstasi
– Segera setelah meminum ekstasi :
• Mual dan muntah
• Tubuh terasa panas
• Jantung berdebar
• Ketegangan otot terutama rahang
• Midriasis
• Bingung atau panik
Efek diatas hilang setelah 1 jam bersamaan
dengan tercapainya keseimbangan antara absorbsi dan
eliminasi (plateu)
– Setelah efek diatas:
• Euphoria
• Sensasi terhadap sinar, suara, sentuhan meningkat
• Meningkatnya rasa ingin berdekatan (romantis), terbuka,
dan cinta love drug
• Energi meningkat, percaya diri, byk bicara
• Berkeringat, dehidrasi, sangat haus
• Depresi, irritable, gelisah, paranoid
– Efek jangka panjang :
• Ekstasi bekerja tdk langsung pelepasan serotonin
serotonin dlm darah meningkat
• Tdk menggunakan ekstasi lagi serotonin > rendah dr N
depresi, gelisah, paranoid, tdk punya energi mendorong
pemakaian berulang (ketergantungan)
– Efek ekstasi lainnya :
• Peningkatan suhu tubuh tidak tekendali berkeringat,
dehidrasi
• Untuk mengkompensasi, pemakai akan minum dlm
jumlah >> pengenceran mineral2 kerusakan otak,
koma, kematian
• Tanda2 dehidrasi :
– Tidak dapat bicara dengan tepat
– Tidak bisa kencing
– Tdk berkeringat
– kejang
LSD
• Termasuk halusinogen menimbulkan
halusinasi (perubahan persepsi pada
seseorang yang menyebabkan adanya sesuatu
yang terlihat atau terdengar, yang sebenarnya
tidak ada)
• Efek halusinogen dpt menimbulkan sensasi menyenangkan
/ sebaliknya
– Efek setelah memakai LSD :
• Otot terasa melilit (sakit)
• Lemah, mati rasa, gemetar
• Mual, muntah
• Denyut jantung dan TD meningkat
• Pernapasan cepat dan dalam
• G3an koordinasi
– Halusinasi krn LSD :
• Warna klihatan lbh cerah, suara lbh keras dan tajam
• Distorsi ruang dan waktu
• Tubuh terasa terbang/merupakan bagian dr benda lain
• Emosional swing (gembira sedih tanpa alasan atau sebaliknya)
• Halusinasi flash back (merasa mengalami peristiwa lampau)
– Efek halusinasi yang menakutkan :
• Cemas dan takut yang luar biasa
• Ada laba2 yang menjalar keseluruh tubuhnya
• Panik yang dpt merangsang perbuatan yang beresiko
• Paranoid
• Bunuh diri
ALKOHOL
Komplikasi
• Aspirasi
• Dehidrasi
• Gangguan elektrolit/ asam - basa
DAFTAR PUSTAKA
1. Dreisbach, R.H. and Robertson, W.O : Handbook of Poisoning
– Prevention , Diagnosis and Treatment 12th ed.,Prentice-
Hall Int.Inc., New Jersey, 1987
2. Hernomo K. et al : Buku Petunjuk Penanganan Keadaan
Gawat Darurat Medik RS. Dr. Soetomo Surabaya, 1984.
3. Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia. Naskah Lengkap
PKB I Laboratorium Ilmu Penyakit dalam FK. UNAIR – RSUD
Dr. Soetomo Surabaya,4 Juli 1987.
4. Hernomo K : Keracunan Akut Bahan Kimia di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya 1988 – 1992. Majalah Ilmu Penyakit
Dalam , Surabaya .