Anda di halaman 1dari 29

Obat anti psikosis

Fase skizofrenia
Stabilisasi
6 bulan setelah fase
akut pulih

Akut Stabil / rumatan


4 - 8 minggu Pencegahan
kekambuhan
Penatalaksanaan segera → farmakologi masuk
Tujuan terapi fase akut
1. Mencegah melukai diri sendiri / orang lain
2. Mengendalikan perilaku merusak
3. Mengurangi beratnya gejala psikotik dan gejala terkait lainnya : agitasi, agresi, gaduh gelisah

Obat antipsikotik

oral injeksi

APG 1 APG 2
Indikasi anti psikosis
● Indikasi Psikiatrik
○ Anti psikosis sangat bermanfaat untuk mengatasi keadaan gaduh gelisah
○ Obat anti psikosis bersifat pengobatan simtomatik
○ Skizofrenia merupakan indikasi utama
○ Indikasi lain:
■ gangguan skizoafektif yang merupakan campuran antara gejala skizofrenia dan
gangguan afektif
■ Pasien depresi dengan gejala psikosis
■ Episode manik gangguan bipolar
■ Tourette Syndrome
■ Mengontrol gangguan perilaku pada pasien demensia Alzheimer

Indikasi non-psikiatrik
○ CPZ → menghilangkan cegukan
○ Tioridazin → efek anti emetik
Jaras nigrostriatal, bermula dari substansia nigra menuju striatum ganglia basalis. Jaras ini mengatur pergerakan pada
manusia. Obat antipsikotik, khususnya generasi I atau atipikal bekerja dengan jalan memblok total (tidak selektif) reseptor
dopamin (khususnya D2 receptor) di pasca sinaps neuron. Akibat bloking ini maka secara klinis terlihat pergerakan pasien
akan terganggu sehingga muncul gejala yang dinamakan EPS (extra-piramidal syndrome). Gejala EPS ini mulai dari yang
paling ringan dan akut seperti distonia akut, trias parkinsonism, akathisia sampai yang dalam bentuk paling berat dan kronis
yaitu diskinesia tardif

Jaras Mesolimbik, bermula dari area tegmental midbrain ventral menuju ke nukleus accumbens, yang merupakan salah
satu bagian dari sistem limbik yang mengatur perilaku, sensasi yang menyenangkan, rasa euforia pada  drug abuse, juga
waham dan halusinasi pada penderita psikosis (gejala positif).

Jaras Mesokorteks, bermula dari area tegmental midbrain ventral, namun aksonnya menuju korteks limbik. Jaras ini
bertanggungjawab terhadap simptom positif dan symptom negatif psikotik dan juga efek samping kognitif akibat pemakaian
obat antipsikotik (gejala negatif).

Jaras Tuberoinfundibuler, bermula dari hipotalamus menuju kelenjar hipofisis anterior. Jaras ini bertanggungjawab
terhadap pengontrolan sekresi prolaktin. Neurotransmiter dopamin sentral berfungsi menginhibisi sekresi prolaktin. Bila
fungsi ini terganggu sebagai akibat bloking obat antipsikotik khususnya yang konvensional, maka kadar prolaktin dalam
darah akan meningkat (terjadi hiperprolaktinemia). Secara klinis akan menunjukkan gejala amenorrhoe, ginekomastia dll.
Mekanisme Kerja APG 1 / typical
● Antipsikotik memblok reseptor D2 di area pathway dopamin
mesolimbik → menurunkan hiperaktivitas yang menyebabkan gejala
positif dari psikosis
● Namun efek blocking D2 ini juga terjadi pada seluruh area otak
(termasuk area sistem nigrostriatal, mesolimbokortikal, dan
tuberoinfundibuler) → ada efek samping yang muncul
○ nucleus accumbens (di ventral limbic area of striatum) → pusat
‘pleasure’ / rewarding → blocking mekanisme reward → apatis,
anhedonia, lack of motivation / interest / joy (mirip gejala negatif
skizofrenia)
○ Block area mesokortikal → gangguan kognitif
○ Block jalur nigrostriatal → movement disorder mirip parkinson,
extrapyramidal symptom, akatasia, distonia akut, tardive
diskinesia (hiperkinetik : menjulurkan lidah, facial grimacing,
gerakan ekstremitas cepat / koreiform), sindroma neuroleptik
maligna (rigiditas otot, demam tinggi, koma, death)
○ Tuberoinfundibular → hiperprolaktinemia
Penatalaksanaan efek samping APG 1
1. Jika ada ESO ekstrapiramidal syndrome (distonia akut, akatisia, parkinsonisme)→ turunkan
dosis
a. Jika tidak berhasil → beri obat antikolinergik : triheksilfenidil, benztropin, sulfas
atropin, atau difenhidramin injeksi IM atau IV. Triheksilfenidil bisa diberikan 3x2mg per
hari
b. Jika masih tidak bisa diatasi → ganti ke golongan APG 2
Penatalaksanaan efek samping APG 1
2. Jika ada Sindroma Neuroleptik Maligna → penatalaksanaan segera → stop antipsikotik

a. Terapi simtomatik, perhatikan keseimbangan cairan dan observasi TTV


b. Obat yang diperlukan :
i. Untuk relaksasi otot dapat diberikan dantrolen dengan dosis 0,8 – 2,5mg/kgBB/hr,
intravena, dengan dosis maksimal 10 mg/hari. Bila telah bisa per oral, dapat
diberikan tablet dantrolen 100-200mg/hari.
ii. Gejala-gejala ekstrapiramidal dapat dikendalikan dengan bromokriptin
20-30mg/hari dibagi dalam 4 dosis.
iii. Perbaiki kondisi hipotensi maupun hipertensi.
iv. Bila kondisi SNM sudah teratasi, dan masih memerlukan antipsikotika,
antipsikotika perlu diganti dengan golongan APG-II, misalnya klozapin.
Penatalaksanaan efek samping APG 1
3. Jika ada Tardive Diskinesia → penatalaksanaan segera → stop antipsikotik

1. Perlu dipastikan efektifitas antipsikotika yang diberikan


2. Untuk pemakaian jangka panjang gunakan dosis minimal yang efektif
3. Hati-hati pemakaian untuk pasien anak-anak, orang tua, dan pasien-pasien dengan gangguan
mood
4. Lakukan evaluasi rutin terhadap adanya gejala-gejala diskinesia tardiva dan catat hasilnya
pada rekam medis pasien
5. Bila ditemukan adanya gejala-gejala diskinesia tardiva turunkan dosis antipsikotika dan minta
informed consent.
6. Bila gejala psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan dosis obat antipsikotika atau bahkan
memburuk, hentikan obat dan ganti dengan golongan APG-II terutama klozapin. (Marder
SR, vanKammen DP, 2005a)
Mekanisme kerja APG 2 / atypical

● Bisa menurunkan gejala positif pada pasien, namun dengan efek ekstrapiramidal dan
hiperprolaktinemia yang lebih rendah dibanding APG 1
● Utamanya merupakan golongan serotonin - dopamin antagonist → bekerja sebagai D2 antagonis dan
juga blok dari reseptor 5HT2a; ada efek blocking parsial dari 5HT1a juga
● Reseptor 5HT2a berada di area post sinaps, >> ditemukan di area otak.
● Serotonin berikatan dengan reseptor 5HT2a di neuron piramidal glutamatergik → neuron teraktivasi
→ release glutamat di brainstem → stimulasi release GABA → GABA berikatan dengan neuron
dopaminergik → hambat release dopamin
Anti psikosis tipikal : Klorpromazin dan Derivat Fenotiazin
Farmakodinamik Farmakodinamik

● Efek ini terjadi karena anti psikosis menghambat berbagai ● Neurologik


reseptor: dopamin, α-adrenergik, muskarinik, histamin ○ Semua derivat fenotiazin → efek ekstrapiramidal
H1 dan serotonin 5HT2 ○ 6 gejala sindrom neurologik: distonia akut, akatisia,
● Klorpromazin (CPZ) memiliki afinitas terhadap reseptor parkinsonisme dan sindrom neuroleptik malignant (jarang),
dopamin, α-adrenergik tremor perioral (jarang) dan diskinesia tardif
● Risperidon memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor ● Otot rangka
serotonin 5HT2 ○ CPZ menimbulkan relaksasi otot rangka dalam keadaan
● SSP spastik
○ CPZ berefek sedasi disertai sikap acuh terhadap ● Endokrin
rangsang dari lingkungan → pemakaian lama dapat ○ ♀: amenorea, galaktorea, peningkatan libido
timbul toleransi efek sedasi ○ ♂: penurunan libido, ginekomastia
○ CPZ mengurangi atau mencegah muntah akibat ● Kardiovaskular
rangsangan chemoreceptor trigger zone ○ Derivat fenotiazin → Hipotensi ortostatik dan peningkatan
○ Fenotiazin yang potensi rendah menurunkan denyut nadi saat istirahat → efek otonom obat anti psikosis
ambang bangkitan → hati2 pada pasien epilepsi akibat hambatan reseptor adrenergik
○ Semua derivat fenotiazin mempengaruhi ganglia
basal --> efek ekstrapiramidal (gejala
parkinsonisme)
Anti psikosis tipikal : Klorpromazin dan Derivat Fenotiazin
Farmakokinetik Sediaan
● Klorpromazin
● ○ tablet 25 mg dan 100 mg,
Kebanyakan anti psikosis
○ inj. 25 mg/mL
diabsorpsi sempurna, sebagian ● Perfenazin
melalui metabolisme lintas pertama ○ tablet 2, 4 dan 8 mg
● Bioavailabilitas klorpromazin dan ● Tioridazin
tioridazin berkisar 25-35% ○ tablet 50 dan 100 mg
sedangkan haloperidol mencapai ● Flufenazin → (masa kerja cukup lama
65% s.d 24 jam)
○ tablet HCl 0,5 mg
● Kebanyakan anti psikosis larut
lemak dan terikat kuat dengan
protein plasma (92-99%)
Efek samping
● Metabolit klorpromazin ditemukan ● Batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini cukup aman
di urin sampai beberapa minggu ● ESO: perluasan efek farmakodinamik, gejala idiosinkrasi: ikterus,
setelah pemberian obat terakhir dermatitis, leukopenia
Anti psikosis tipikal lainnya: Haloperidol
Haloperidol
→ untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin

Farmakodinamik

● SSP
○ Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi
○ Efek sedasi haloperidol kurang kuat dibandingkan dengan CPZ sedangkan efek haloperidol terhadap
EEG menyerupai CPZ yang memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta
○ Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsi
○ Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, dan menghambat muntah yang
ditimbulkan oleh apomorfin
● Sistem saraf otonom
○ Haloperidol menyebabkan pandangan kabur (blurring vision)
○ Menghambat aktivasi reseptor α-adrenergik,
Anti psikosis tipikal lainnya: Haloperidol

Farmakodinamik

● Sistem kardiovaskular
○ Haloperidol menyebabkan hipotensi tetapi tidak sesering dan sehebat CPZ
○ Menimbulkan potensiasi dengan obat penghambat respirasi
● Sistem endokrin
○ Menyebabkan galaktorea

Farmakokinetik

● Cepat diserap oleh saluran cerna


● Kadar puncak dalam plasma dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih
dapat ditemukan di plasma sampai berminggu-minggu
● Ekskresi lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari setelah pemberian dosis
tunggal
Anti psikosis tipikal lainnya: Haloperidol
ESO:
● Menimbulkan reaksi ekstrapiramidal (insidens tinggi pada pasien usia
muda)
● Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania
● Agranulositosis dan leukositosis
● Efek teratogenik → sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil

Indikasi
● Indikasi utama: Psikosis
● Sindrom Gilles de la Tourette : kelainan neurologic dengan kejang otot
hebat, menyeringai dan koprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok

Sediaan
● Haloperidol
○ tablet 0,5 dan 1,5 mg
○ sirup 5 mg/100 mL
○ ampul 5 mg/mL
Anti psikosis tipikal lainnya
Derivat Dibenzoksazepin : Loksapin
Farmakodinamik
● Loksapin memiliki efek ESO
● Insidens reaksi ekstrapiramidal
antiemetik, sedatif,
antikolinergik dan (selain diskinesia tardif)
● Menurunkan ambang
antiadrenergik
bangkitan pasien
Farmakokinetik
● Diabsorpsi dengan kadar Sediaan
● Loksapin
puncak plasma dicapai dalam
○ Dosis awal 20-50 mg/
waktu 1 jam (IM) dan 2 jam
(per oral) hari dalam 2 dosis
○ Dosis pemeliharaan 20-
● Waktu paruh = 3,4 jam
● Metabolit utama (8-hidroksi 100 mg dalam 2 dosis
loksapin) memiliki waktu
paruh yang lebih lama yaitu 9
jam
Anti psikosis atipikal Derivat Dibenzodiazepin: Klozapin

● Klozapin merupakan antipsikotik atipikal pertama dengan potensi lemah


● Disebut atipikal karena tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal
● Klozapin menunjukkan efek dopaminergik lemah tetapi dapat mempengaruhi sistem
mesolimbik-mesokortikal otak yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang
lebih tinggi
● Klozapin efektif untuk mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia dengan gejala
positif (iritabilitas) maupun negatif (social disinterest dan incompetence, personal neatness)
● Klozapin memiliki risiko menimbulkan agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan anti
psikosis lainnya maka penggunaannya dibatasi hanya pada pasien resisten terhadap anti
psikosis lainnya.

ESO

● Agranulositosis
● Efek samping lain: hipertermia, takikardia, sedasi, pusing, hipersalivasi
Anti psikosis atipikal Derivat Dibenzodiazepin: Klozapin

Farmakokinetik

● Diabsorpsi secara cepat dan sempurna pada


pemberian per oral
● Kadal puncak plasma tercapai kira-kira 1,6
jam setelah pemberian obat
● Diikat protein plasma (>95%)
● Dimetabolisme hampir sempurna sebelum
diekskresi lewat urin dan tinja dengan waktu
paruh rata-rata 11,8 jam

Sediaan

● Klozapin
○ tablet 25 dan 100 mg
Anti psikosis atipikal Derivat Benzisoksazol: Risperidon

Farmakodinamik

● Mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2, aktivitas menengah terhadap
reseptor dopamin D2, α1 dan α2 adrenergik dan reseptor histamin
● Aktivitas anti psikosis → mekanisme hambatan terhadap reseptor serotonin dan dopamin

Farmakokinetik

● Bioavailabilitas oral sekitar 70%


● Volume distribusi 1-2 L/kg
● Ikatan protein plasma 90%
● Dimetabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6 menjadi metabolit 9-hidroksirisperidon
● Metabolit dieliminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses
Anti psikosis atipikal Derivat Benzisoksazol: Risperidon
Indikasi INTERAKSI OBAT
● Terapi skizofrenia untuk gejala positif maupun - Fluoksetin dan paroksetin → inhibisi CYP2D6 → blok
negatif konversi risperidon → kadar dalam darah naik
● Gangguan bipolar - Karbamazepin → induksi CYP2D6 → meningkatkan
● Depresi dengan ciri psikosis konversi menjadi metabolit 9 hidroksi risperidon →
● Tourette syndrome dosis harus ditingkatkan

ESO
● Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan
baik
● ESO: insomnia, agitasi, anxietas, somnolen, mual,
muntah, peningkatan BB, hiperprolaktinemia
dan reaksi ekstrapiramidal (diskinesia tardif)

Sediaan
● Risperidon
○ tablet 1,2 dan 3 mg
○ sirup dan injeksi (long-lasting injection) 50
mg/mL
Anti psikosis atipikal Derivat Tienobenzodiazepin:
Olanzapin
Farmakodinamik Indikasi
● Indikasi utama: skizofrenia gejala
● positif maupun negatif dan sebagai
Memiliki afinitas terhadap
anti mania
reseptor dopamin (D2, D3,
● Pasien depresi dengan gejala psikotik
D4, D5), reseptor serotonin
5HT2, muskarinik,
ESO
histamin H1 dan reseptor
● Tidak menyebabkan agranulositosis
α1
● Dapat ditoleransi dengan baik dengan
efek samping ekstrapiramidal
Farmakokinetik
(diskinesia tardif) yang minimal
● Peningkatan BB dan gangguan
● Diabsorbsi dengan baik
metabolik: intoleransi glukosa,
setelah pemberian oral
hiperglikemia dan hiperlipidemia
● Kadar plasma tercapai
setelah 4-6 jam pemberian
Sediaan
● Metabolisme di hepar oleh
● Olanzapin
enzim CYP 2D6
○ tablet 5, 10 mg
● Diekskresi lewat urin
○ vial 10 mg
Anti psikosis atipikal Derivat Dibenzotiazepin: Quetiapin

Farmakodinamik Indikasi

● ● Skizofrenia dengan gejala positif maupun negatif


Memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin
● Gangguan depresi dan mania
D2, serotonin 5HT2, agonis parsial terhadap
reseptor serotonin 5HT1A → mendasari
ESO
efektivitas obat untuk skizofrenia gejala positif
maupun negatif
● Sakit kepala, somnolen, dizziness
● Peningkatan BB, gangguan metabolik, hiperprolaktinemia
Farmakokinetik ● ESO ekstrapiramidal minimal

● Absorpsi cepat setelah pemberian oral


● Kadar plasma maksimal tercapai setelah 1-2
jam pemberian
● Ikatan protein sebesar 83%
● Metabolisme lewat hati oleh enzim CYP 3A4
● Ekskresi sebagian besar lewat urin dan
sebagian kecil lewat feses
Anti psikosis atipikal Derivat Dibenzotiazepin: Ziprasidon
Farmakodinamik Indikasi
● Keadaan akut (agitasi) skizofrenia
dan gangguan skizoafektif
● Spektrum skizofrenia luas dengan ● Terapi pemeliharaan skizofrenia
gejala positif, negatif maupun gejala skizoafektif kronik
afektif ● Gangguan bipolar
● Memiliki afinitas terhadap reseptor
serotonin 5HT2A dan dopamin D2 ESO
● ESO mirip anti psikosis atipikal
Farmakokinetik lainnya
● Perpanjangan interval QT lebih
● Absorpsi cepat setelah pemberian oral besar dibandingkan anti psikosis
● Metabolisme di hati lain
● Diekskresikan sebagian kecil lewat
Sediaan
urin dan sebagian besar lewat feses ● Ziprasidon
● Ikatan protein plasma kuat berkisar ○ tablet 20 mg
lebih dari 99% ○ ampul 10 mg
Antipsikosis atypical aripiprazole
Mekanisme kerja :
• agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta antagonis 5-HT2A
• mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, a1-
adrenergik, histaminergik (H1), dan serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor
muskarinik kolinergik.
• bekerja dengan menyetabilkan reseptor atau memodulasi tempat pengikatan, berefek ansiolitik dan
memperbaiki gejala negative

Bioavailabilitas baik, tidak terpengaruhi makanan, peak plasma dalam 3 – 5 jam, bioavailabilitas 87%.
Dimetabolisme di hepar melalui CYP 450, 2D5 dan 3A4. Dieksresikan melalui feses dan urin

Sediaan dan dosis :


Tablet, cairan, injeksi  loading dose 10 -15 mg sekali sehari  kisaran dosis 10 – 30 mg/hari

ESO :
Mual, insomnia, akatisia, extrapyramidal syndrome, peningkatan BB (BMI)
Antipsikosis atypical aripiprazole
INTERAKSI OBAT Kontraindikasi pada pasien yang
- Karbamazepine  meningkatkan • Orang yang hipersensitif pada aripiprazole
klierns aripiprazole • Kelainan jantung dan hipotensi ortostatik
- Ketokonazole, quinidine, fluoksetin, • Penyakit cerebrovaskuler, kejang
paroksetin  hambat eliminasi  • Wanita hamil dan menyusui
kadar plasma meningkat

OBAT YANG BUTUH PENYESUAIAN


DOSIS APABILA DIBERI
BERSAMAAN :
• Famotidin  tmenurunkan solubilitas
aripiprazol, dan kemudian
memperpanjang waktu dan menurunkan
jumlah absorbsi.
• Valproat  mengganggu steady state
• Antihipertensi  menyebabkan
hipotensi
Hubungan antara struktur kimia terhadap potensi dan toksisitas obat Anti psikosis

Golongan Obat Potensi Klinik Toksisitas ekstrapiramidal Efek sedatif Efek hipotensi

Fenotiazin:
- Alifatik Klorpromazin ++ +++ ++++ +++
- Piperazin Flufenazin ++++ ++++ ++ +

Tioxanten Thiotixene ++++ +++ +++ +++

Butirofenon Haloperidol ++++ +++++ ++ +

Dibenzodiazepin Klozapin +++ + ++ +++

Benzisoksazol Risperidon ++++ ++ ++ ++

Tiobenzodiazepin Olanzapin ++++ + +++ ++

Dibenzotiazepin Quetiapin ++ + +++ ++

Dihidroindolon Ziprasidon +++ + ++ +

Dihidrokarbostiril Aripriprazol ++++ + + ++


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai