Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 6

1. Nur Syahwidad
2. Melan Fitri W
3. Reza Ananda N
4. Laetti
STUDI KASUS BORDETELLA PERTUSSIS
pada KEJADIAN LUAR BIASA di
KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN
TENGAH yang DIDETEKSI dengan PCR
Pendahuluan
Bordetella Pertussis adalah bakteri gram negatif berbentuk
batang kokus dan patogen yang menyerang saluran
pernafasan dan sangat mudah menular.

menghasilkan toksin yang merusak epitel saluran


pernafasan dan memberikan efek sistemik (sindrom : batuk
spasmodik dan paroksismal disertai mengi )

Penjamu : Manusia

Penularannya :
• udara
• kontak langsung dengan droplet penderita selama batuk.
Lanjutan…

Pencegahan : imunisasi (PD3I).

Pada kelompok masyarakat yang tidak diimunisasi, khususnya dengan kondisi


kurang gizi dan infeksi ganda pada saluran pencernaan dan pernapasan,
pertusis dapat menjadi penyakit yang mematikan pada bayi dan anak-anak.

Diagnosis laboratorium :
• 1. metode kultur ( standar baku)
• cukup lama yakni 7-10 hari, dan memerlukan ketersediaan media kultur yang khusus
• 2. Metode PCR (alternative) sebagai metode
• sensitivitas lebih baik
• serta waktu pengerjaan cukup cepat (2-4) jam
Bordetella pertusis
Lanjutan…

Data Riskesdas 2013 menunjukkan data cakupan imunisasi dasar lengkap


Indonesia adalah 59,2 %, sementara cakupan imunisasi dasar lengkap di
Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan angka 42,0%.7 Rendahnya cakupan
imunisasi ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak timbulnya penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
METODE
Metode: Polymerase Chain Reaction (PCR)
Sampel : swab tenggorok dan swab nasofaring
Prinsip : Pemeriksaan PCR didasarkan adanya temuan DNA Bordetella pertussi
Media : Amies
primer (BP1 dan BP2)
target: IS481 gene
urutan sekuens: BP1 (5′GATTCAATAGGTTGTATGCATGGT T-3′)
BP2 (5′-AATTGCTG GACCATTTCGAGTCGACG-3′)
Kontrol negatif dan Kontrol positif dari strain kontrol ATCC Bordetella pertussis
9344 digunakan sebagai validasi hasil.
Ekstraksi DNA menggunakan Qiamp DNA Mini Kit (Qiagen) mengikuti prosedur
yang dikeluarkan pabrik pembuatnya
Cara Kerja
1. Pengambilan sampel swab tenggorok dan swab nasofaring
2. penambahan master mix 12,5 ul, Forward primer (BP1) 1,25 ul, Reverse primer (BP2) 1,25 ul, dan
Molecular Water 5 ul,
3. kemudian ditambahkan DNA sampel sebanyak 5 ul, sehingga total volume adalah 25 ul.
4. Penambahan kontrol positif pada tabung kontrol dilakukan setelah penambahansampel dan kontrol
negatif di tabung masing – masing (menghindari kontaminasi pemeriksaan).
5. Kondisi PCR dalam mesin thermalcycler C1000 (Biored) adalah sebagai berikut:
- Initial 95oC selama 5 menit ,
- Denaturation 95oC selama 30 detik 30 cycle,
- Annealing 55oC selama 30 detik 30 cycle dan
- Extention 72oC selama 60 detik sebanyak 30 cycle.
6. Kemudian dilanjutkan dengan final Extention 72oC selama 10 menit.
7. Produk PCR disparasi dengan elektroforesis (Biored) pada Gel Agarose 2% yang diwarnai Gelred
(Biored) 5 ul dalam 100 ml TBE buffer (Invitrogen) 1X dengan voltase 150 volt selama 30 menit.
HASIL

- berupa hasil elektroforesis


- terlihat garis/pita sampel NS dari target IS481 yang
menunjukan sampel positif Bordetella pertussis,
sebagaimana tampak juga pada kontrol positif, sebaliknya
pada kontrol negatif tidak tampak pita.
Pembahasan
• KBL disebabkan oleh imunisasi dasar lengkap yang rendah sekitar 42,0
% (data Riskesdas 2013) di Kalimantan Tengah memungkinkan kasus
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) akan sering
timbul.
• Rekomendasi Sample World Health Organization (WHO) tahun 2014
aspirate hidung (nasopharingeal aspirate)
• swab hidung (nasopharingeal swab).
Namun pada kasus ini swab tenggorok diambil juga. Hal ini terjadi dikarenakan
kurangnya informasi tentang tata laksana pengambilan spesimen pertusis di
daerah.
• medium transport : media amies untuk pemeriksaan kultur
diperkenankan < 24 - 48 jam
• Untuk menghindari hasil negatif palsu : inokulasi langsung ke media
spesifik setelah pengambilan spesimen
Perbandingan Px kultur dengan PCR

Pemeriksaan kultur (standar baku) PCR (alternative) :


• spesifitas 100% • Dilakukan apabila :
• sensitifitas 50–70% • keterbatasan sarana dan
• waktu pemeriksaan 7–10 hari. prasarana laboratorium untuk
melakukan kultur
• jauhnya laboratorium rujukan.
• tidak memerlukan bakteri hidup
• sensitifitas 80 – 90 %
• spesifitas 98%.
• hasil pemeriksaan PCR pada kasus ini yang menggunakan spesimen
dengan medium transpor amies menunjukkan hasil positif Bordetella
pertussis. Kemungkinan disebabkan :
• medium amies tidak sepenuhnya menghambat pemerik-saan PCR, hanya
menurunkan sesnsitifitasnya saja.
• jumlah sel bakteri Bordetella pertussis pada medium amies cukup banyak
(perlu analisis lebih lanjut)
Diagnosis infeksi Bordetella pertussis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kultur, tetapi :

Sementara pengambilan sampel


pemeriksaan kultur yang terbaik
berupa swab nasofaring dan swab
adalah 2 minggu setelah onset
tenggorok dilakukan setelah 22 hari
timbulnya batuk.
setelah onset timbulnya batuk.

Apabila sampel tersebut dilakukan


pemeriksaan kultur, kemungkinan
Hasil kultur negatif tidak
hasil kultur menunjukkan hasil negatif.
menyingkirkan dugaan infeksi pertusis
Hal ini dikarenakan pengaruh
pemberian antibiotik yang dilakukan.
Pengumpulan spesimen yang direkomendasikan untuk
pemeriksaan PCR pada kasus pertusis

menampung aspirasi nasopharing dalam saline

pengambilan nasopharing swab menggunakan swab yang terbuat dari


poliester, rayon atau nylon floked swab.

swab bisa langsung dimasukkan ke dalam paket tabung steril tanpa


medium transport (alternatif)
Penampungan specimen yang tidak direkomendasikan
untuk pemeriksaan PCR Pertusis

Media Amies : dapat Calcium alginate :


menghambat saat menghambat proses
proses PCR(ekstraksi) PCR
KESIMPULAN

Pemeriksaan spesimen yang berasal dari swab nasofaring dengan


medium transpor amies dengan metode PCR dapat menunjukkan hasil
positif infeksi Bordetella pertussis.
SARAN

Pemeriksaan laboratorium dengan metode PCR merupakan


metode diagnosis yang dapat digunakan pada kasus
pertusis dengan lokasi kejadian yang jauh dari laboratorium
DAFTAR RUJUKAN
• Kambang s, Aulia R, Sunarno, Nelly p, Faika R, Fauzul M,
Khariri, Bambang H, Rudi HP(2016). Studi Kasus
Bordetella pada Kejadian Luar Biasa di Kabupaten
Kapuas Kalimantan Tengah yang Dideteksi dengan PCR,
Journal Biotek Madisiana Indonesia, Vol 5.1. 51-56
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai