Anda di halaman 1dari 56

Filsafat Ilmu

Pertemuan ke-8
Persoalan seputar KEBENARAN
APA YANG KITA MAKSUDKAN DENGAN BENAR?
KAPAN SUATU KEADAAN/PERNYATAAN DISEBUT
BENAR?

KEBENARAN PENGETAHUAN ILMIAH, APA


PARAMETER DAN KARAKTERNYA?!

BAGAIMANA SUMBER & METODE MENDAPATKAN


PENGETAHUAN BERPENGARUH TERHADAP
KEBENARAN ILMU?
BAGAIMANA KEBENARAN ILMIAH MEMILIKI
IMPLIKASI?

Apakah itu OBYEKTIF ?


Kebenaran Ilmiah
Pada dasarnya, tujuan berfikir ilmiah (penalaran) adalah
untuk mencapai kebenaran.

Namun, ‘kebenaran’ menjadi suatu pembahasan tersendiri di


dalam pengetahuan ilmiah (penalaran)

Kebenaran dari sebuah penalaran atau suatu pengetahuan


termasuk dalam pembahasan kebenaran epistemologis

Setidaknya, ada tiga teori yang berbicara mengenai kebenaran


ilmiah;
GAMBAR APAKAH YANG ANDA
LIHAT INI ?
GAMBAR
APAKAH
YANG
ANDA
LIHAT
INI
?
TEORI KORESPONDENSI
Kebenaran pengetahuan menurut teori
KORESPONDENSI terjadi apabila:

“Ada kesesuaian (correspondence) antara arti yang


dimaksud PERNYATAAN dengan OBJEK yang dituju
oleh” (Bakhtiar, 2009)

“Suatu pernyataan adalah benar, jika materi


pengetahuan yang dikandung oleh suatu pernyataan
BERKORESPONDENSI (BERHUBUNGAN) dengan
obyek yang dituju oleh pernyataan tsb” (Sumantri, 2003)
Dari teori ini, kebenaran suatu pengetahuan terjadi
apabila terdapat dua hal, yakni PERNYATAAN dan
KENYATAAN, dimana di antara keduanya terdapat
kesesuaian

Para ilmuwan seringkali menggunakan teori


korespondensi, terutama dalam penelitian yang
berupa logika induktif.
TEORI KOHERENSI
Suatu penyataan dianggap benar secara KOHERENSI,
apabila:

“Suatu pernyataan itu bersifat koheren atau KONSISTEN


dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.” (Sumantri,
2003)

“Suatu proposisi itu cenderung untuk benar, jika ia


coherent (SALING BERHUBUNGAN) dengan proposisi
lain yang juga benar” (Bakhtiar, 2009)
Misalnya:
3+4=7 ; 5+2=7 ; 6+1=7
Secara deduktif, karena setiap pernyataan dan
kesimpulan yang ditarik oleh ketiga penyataan diatas
adalah konsisten dengan penyataan dan kesimpulan
sebelumnya yang juga telah dianggap benar 
penyataan ini secara koheren adalah benar
TEORI PRAGMATIS
Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatu pernyataan
diukur dari:

“Apakah pernyataan tersebut bersifat FUNGSIONAL


dalam kehidupan praktis, atau jika pernyataan (dan
konsekuensi darinya) mempunyai KEGUNAAN praktis
dalam kehidupan manusia” (Sumantri, 2003)

“Bagi penganut Pragmatis, batu ujian kebenaran ialah


KEGUNAAN (utility), dapat dikerjakan (workability),
atau pengaruh yang MEMUASKAN (satisfactory
consequence)” (Bakhtiar, 2009)
Misalnya, bagi kaum pragmatis agama itu benar bukan
karena ia ada, tetapi karena ia bermanfaat memberikan
petunjuk (guidance) moral, hukum, etis, dll, dalam
kehidupan manusia

Kriteria Pragmatisme berguna dalam menentukan


kebenaran ilmiah dilihat dari perspektif waktu,
kegunaan, dan kemanfaatanya.
Selain ke 3 teori kebenaran, terdapat
beragam parameter dalam
menentukan kebenaran.

Misal: kebenaran intuitif, kebenaran


performatif, kebenaran semantik,
kebenaran konsensus, dll
Istilah BENAR dan KEBENARAN di dalam
pengetahuan ilmiah ternyata TIDAK
bermakna TUNGGAL.
Ia sangat berkaitan dg CARA MENGUKUR
kebenaran dan ALAT yang digunakan
untuk mendapatkan pengetahuan.
Sehingga KARAKTER kebenaran
pengetahuan Ilmiah MENGIKUTI ALAT
(sumber pengetahuan) dan CARA
MENGUKUR (metode) mendapatkan suatu
pengetahuan ilmiah.
Selain dipengaruhi oleh cara mendapatkan
pengetahuan ilmiah, KEBENARAN ILMIAH juga
memiliki implikasi; al.
1. Kebenaran hanya berlaku pada RUANG dan
WAKTU tertentu. Meskipun ada kebenaran yg
mampu bertahan dlm WAKTU yg lama
2. Kebenaran membutuhkan DAYA DUKUNG, dari
KEGIATAN dan KOMUNITAS ilmiah.
3. Kebenaran ilmiah TIDAK DAPAT menjatuhkan
PENILAIAN kepada
wilayah/keadaan/kenyataan/pernyataan, yang
belum masuk ke dalam kegiatan ilmiah.
Persoalan Obyektifitas kebenaran
Kebenaran Objektif terjadi pada kebenaran
Koherensi&korespondensi, yang tanpa disertai
pretensi nilai terutama peran individu
ilmuwan/peneliti.

Seringkali dipertentangkan dg KEBENARAN


SUBJEKTIF yg diartikan sebaliknya.

Kaum POSITIVISME sangat menjunjung tinggi


kebenaran OBJEKTIF, dan muncul kritik dari
MADZHAB POSMODERNISME.
Persoalan Pengujian Kebenaran
Kebenaran OBJEKTIF terjadi saat pengujian kebenaran
dilakukan dengan prinsip VERIFIKASI  menguji teori
untuk menentukan kebenarannya. Eksperimen dan
observasi dilakukan untuk membenarkan
teori/hukum/pengetahuan.

METODE PENGUJIAN ini mendapat kritik dr madzhab


FALSIFIKASI  suatu teori dianggap kuat
(korroborotif) bila ia telah diuji kesalahannya. Metode
FALSIFIKASI masih mengakui kebenaran OBJEKTIF,
tetapi menegaskan bahwa pengujian pengetahuan
bukan menunjukan KEBENARAN ABSOLUT,
melainkan kekuatan dari SISTEM HIPOTESA
FILSAFAT ILMU
I
L
M
U
Mengapa Berbicara Nilai dalam ilmu?
ILMU itu Bebas Nilai
Bermula dari adagium “KNOWLEDGE IS POWER” dan
PENGETAHUAN demi PENGETAHUAN

BEBAS NILAI, bila aktivitas Keilmuwan dianggap


sebagai kegiatan yang harus menafikkan aspek
subjektif dari ilmuwan seperti:
1. Aspek Emotif Individu
2. Aspek Sosial, Politik dan Budaya
3. Aspek Agama
Bebas nilai dibutuhkan agar ilmu mampu menyingkap
hukum-hukum dari fenomena alam dan manusia.
Bebas nilai memungkinkan Ilmu berkembang
tanpa ada pretensi 3 aspek subjektif di atas.

Satu-satunya NILAI yang harus dipegang teguh


adalah KEBENARAN ILMIAH (Objektif) dan
PARADIGMA (CARA PANDANG) dari kegiatan
ilmiah.
ILMU TIDAK BEBAS NILAI
Madzhab ini berpandangan bhw kegiatan Ilmiah
dilakukan oleh manusia yang hidup secara
historis (lingkup sosial-budaya).
3 aspek nilai yang dieliminir oleh madzhab
BEBAS NILAI sbnarnya bersifat INTRINSIK pada
manusia, maka tdk dpt dihindarkan dr manusia
dan aktifitas ilmiahnya.
“ILMU untuk ILMU” menghindarkannya dari
RELASI dg MANUSIA. Sehingga tidak dapat
membaca kualitas hakiki manusia yang multi-
dimensi (fisik, intelek, spiritual).
QUESTION:
Apa yg kita maksudkan dg ILMU ketika membahas
NILAI ILMU?

1. AKTIFITAS keilmuan
2. CARA PANDANG dan METODE keilmuwan
3. AKTOR dalam kegiatan keilmuwan
4. MASYARAKAT keilmuwan?
5. MASYARAKAT Pengguna Ilmu&Teknologi?

Kesemua aspek ini memiliki pengaruh di dlm NILAI


ILMU!
Bebas nilai memiliki urgensi agar aktifitas
Ilmiah dapat berjalan terus –demi kemajuan
manusia- tanpa diganggu oleh aspek nilai2
tertentu yang membahayakan aktifitas kegiatan
ilmiah.

Tetapi dalam berhubungan dengan manusia,


sosial, agama, dan aspek historis lainnya, Ilmu
TIDAK BEBAS NILAI. Ia dipengaruhi oleh aspek
tersebut ataupun mempengaruhi aspek2 itu.
Discussion
Kenapa masih bisa disebut, bahwa ilmu itu bebas
nilai, jika dalam prosesnya saja bersifat
subjektif!?

Contoh ilmu bebas nilai!

Metode apa yang bisa digunakan untuk menilai


terhadap ilmu?!
KONDISI MASY. KONTEMPORER
dg ICT sbg PUSAT
KONDISI
MASY.
KONTEM
PORER
dg ICT
sbg
PUSAT
ETIKA IS….
Ilmu yang mengulas, membahas dan mengkritisi
tentang prinsip nilai baik dan buruk dalam suatu
masyarakat atau suatu masa

Prinsip Etika  memperjelas nilai di dalam kehidupan


manusia yang berhubungan dengan baik dan buruk

Unsur-unsur pembentuk Etika


1) Moral 2) Agama
3) Adat istiadat
4) Hukum Positif dan Undang-undang
Mengapa dan Untuk Apa?
Etika bagi jurnalis  melindungi dan menjaga
masyarakat.
Tujuannya melindungi dari kekerasan, manipulasi,
atau juga pornografi.  
Unsur Etika dalam Komunikasi
1) Menghormati Ilmuwan di dalam Komunikasi
2) Menghormati masyarakat sebagai pengguna Ilmu
Komunikasi
3) Deontologi dari kedua wilayah
Pendapat tg Etika bg
Komunikasi
Jurgen Habermas (Tokoh Madzhab Kritis,
Jerman)  Etika Masyarakat Komunikatif

Komunikasi harus mengarah pada partisipasi


aktif setiap masyarakat

Memunculkan Ilmu Kritis-Hermeneutis


DON IHDE  Etika Teknologi Komunikasi
Saat teknologi sudah menjadi bagian dari tubuh
manusia (menubuh) maka kewajiban manusia
secara etis adalah harus mampu melampaui
keterkungkungannya dari teknologi.

ARMAHEDI MAHZAR (Tokoh Integralisme Ilmu


dan Islam)
Etika terhadap ilmu saat ini harus bersifat
integralis, yakni melibatkan seluruh keilmuwan
secara multi-disiplin untuk memenuhi multi-
dimensi unsur manusia.
Kasus Etika dalam Ilmu Komunikasi

“Pengelola media melalui berita infotainment


terkadang tidak lagi mempertimbangkan
moral sebagai pengontrol langkah mereka
sehingga mengabaikan kepentingan
masyarakat.
Hal itulah yang terjadi dengan berita
infotainment di Indonesia, beberapa kaidah
yang semestinya dijalankan malah diabaikan
demi kepentingan mengejar rating dan
meraup keuntungan dari pemasang iklan.”
DISCUSSION
MANA yg MENJADI ANALISA dr ETIKA,
1. PROSES TERBENTUKNYA ILMU, atau
2. PENERAPAN dr ILMU?

APA yg KITA MAKSUDKAN dg ILMU, PROSES secara


TERPISAH dr USER atau MELEKAT pd USER?

ETIKA apa BEDANYA dg MORAL?

BAIK dan BURUK menurut ETIKA, adakah


BATASANNYA? Mengapa ETIKA ILMU dibatasi dg
MORAL, bkn pd KETIDAKTAHUAN manusia?
What is….?
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk berpikir
lurus. 

Azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus,


dan tepat.

Ilmu yang menyelidiki, merumuskan, serta


menerapkan hukum-hukum dalam berfikir yang
harus ditepati. 
Apa itu Berfikir?
Dalam logika berfikir dipandang dari sudut
kelurusan dan ketepatannya.

Yang disebut berfikir lurus dan tepat apabila


sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-
aturan yang sudah ditetapkan dalam logika.

Sehingga kebenaran diperoleh secara terang dan


mudah.
Dasar-dasar Penalaran
Konsep  buah atau hasil dari tangkapan akal

Terma  pengertian ide/konsep dalam bentuk kata

Setiap terma memiliki kadar konotasi dan denotasi.

Hukum Timbal balik Terma : “Konotasi dan denotasi


term, mempunyai hubungan berbalikan jika yang satu
bertambah maka yang lain akan berkurang” 
SKEMA
PENALARAN
Prinsip-prinsip Penalaran
Disebut juga AKSIOMA dasar semua penalaran.

Prinsip-prinsipnya:
Prinsip identitas “sesuatu hal adalah sama dengan halnya
sendiri”. P = p
Prinsip nonkontradiksi “sesuatu tidak mungkin bagian dari
hal tertentu dan bukan bagian hal tertentu dalam suatu
kesatuan”
Prinsip cukup alasan “suatu perubahan yang terjadi pada
suatu hal tertentu mestilah berdasarkan alasan yang cukup,
tidak mungkin tiba-tiba berubah tanpa sebab-sebab yang
mencukupi”.
Problem Sesat berfikir
Gagasan yang keliru (dalam menalar) atau keyakinan
yang salah (dalam berargumen)
Kemungkinan kegagalan argumen:
1) menggunakan premis yang keliru
2) premis-premis yang diambil tidak saling
berhubungan

SESAT BERFIKIR terdiri dari 2


1) Kekeliruan Relevansi  antara premis dan argumen
tidak relevan
2) Ambiguitas Penalaran  argumen yang dipakai
memiliki dua makna atau lebih
KEKELIRUAN RELEVANSI
SEBAB YANG SALAH  sebab yang digunakan
bukanlah sebab yg sebenarnya.
“Aksi terorisme di Indonesia terjadi karena
munculnya Perang Afganisatan yang dilancarkan
Amerika.”

AKSIDEN  perkara khusus yang dianggap umum


“Perempuan yang menggunakan rok mini,
menyebabkan maraknya aksi pemerkosaan di
angkot”
SALAH KAPRAH  kekeliruan yang diterima
secara umum.
“Makanan mie adalah makanan pokok pengganti
masyarakat Indonesia”

 PERSONAL ATTACK  kekeliruan berfikir


karena menyerang individu yang menyatakan
pendapat
“Bagaimana mungkin Gus Dur dapat
menciptakan kesejahteraan rakyat, melihat saja
dia tidak bisa”
AMBIGUITAS ARGUMEN

AKSEN  kata-kata yang digunakan sifatnya


“menipu” karena menimbuklan perubahan
makna
“Nikmati diskon besar-besaran hingga Rp 2 M,
di akhir minggu” MCC Galeria Mall
“Rinso, membersihkan segalanya!”
“Kilau rambut sesungguhnya!”
EKUIVOKASI kata-kata yang digunakan
mempunyai makna ganda

“Karena situasi genting, segeralah kau memanjat


genting!”
“Cinta gila ini membunuhku!”
DEFINISI
TUJUAN DEFINISI :
1) Membatasi ambiguitas 2) memperkaya kosa kata
3) menghilangkan makna yang ambigu 4)
memberikan penjelasan teoritik 5)
mempengaruhi perilaku

UNSUR DEFINISI
1) DEFINITUM, simbol yang diberi penjelasan
2)DEFINIENS, frasse yang menjelaskan simbol
HUKUM DEFINISI
DEFINITUM tidak boleh
dimasukkan DEFINIENS
DEFINIENS harus ekuivalen dg
DEFINITUM
DEFINIENS menggunakan frase
yang jelas dan sederhana
DEFINISI tidak boleh berbentuk
negatif
EVALUASI
“Benar dan
Kebenaran di dalam
Ilmu Pengetahuan itu
tidak tunggal”
“Madzhab Ilmu yang
tidak bebas nilai di
dalam konteks Ilmu
Komunikasi !”
PENALARAN dan
SKEMAnya DALAM
LOGIKA BERFIKIR
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai