Anda di halaman 1dari 33

Keluarga Sejahtera

Dalam Pandangan
Katolik
AGUSTINA NORA
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEMESTER 1
1. Perkawinan

Perkawinan dalam Gereja Katolik, atau juga disebut


sakramen Perkawinan,adalah “perjanjian antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk
kebersamaan hidup”.
1. Perjanjian Perkawinan
2. Kebersamaan seluruh hidup
3. Antara pria dan wanita
4. Perkawinan sebagai
sakramen
Tujuan perkawinan
Syarat perkawinan katolik menurut Ketentuan Hukum Gereja Katolik
Pria berumur genap 16 tahun, dan wanita genap 14 tahun.
Sudah menerima sakramen Baptis dan krisma.
Ada mempelai laki-laki dan perempuan, saksi perkawinan dan imam atau uskup sebagai wakil Gereja/Tuhan.
Tidak terkena halangan pernikahan.
Mengikti kursus persiapan perkawinan dan penyelidikan Kanonik.
Persetujuan itu diberikan secara bebas dan ikhlas.
Tidak menderita impotensi.
Salah satu dari pasangan itu atau kedua-duanya tidak terikat dengan perkawinan dengan orang lain atau tahbisan dan
kaul yang publik dan kekal.
Keduanya tidak mempunyai hubungan darah dalam garis lurus.
Tidak terlibat pembunuhan suami atau isteri lama untuk perkawinan yang baru.
Tantangan dalam hidup
Perkawinan
Pengaruh-pengaruh atau suasana negatif
yang bisa mengganggu martabat
perkawinan

1. Kawin cerai
2. Suasana dan kebiasaan berpoligami atau memiliki wanita simpanan
3. Cinta bebas dan pelacuran dalam berbagai bentuk semakin meluas
4. Media massa dan sarana-sarana lain yang bersifat pornografis
5. keadaan ekonomi keluarga
Kewajiban Suami
•Memberi nafkah keluarga
•Membantu peran istri dalam mengurus anak
•Menjadi pemimpin, pembimbing dan pemelihara keluarga dengan tanggung jawab
•Menyelesaikan masalah dengan bijaksana dan tidak sewenang-wenang

Hak Suami
•Mendapatkan pelayanan lahir batin dari istri
•Menjadi kepala keluarga memimpin keluarga
Kewajiban isteri
•Mendidik dan memelihara anak dengan baik dan tanggung jawab.
•Menghormati serta mentaati suami dalam batasan wajar.
•Menjaga kehormatan keluarga.
•Menjaga dan mengatur pemberian suami untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
•Mengatur dan mengurusi rumah tangga keluarga demi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga.

Hak isteri
•Mendapatkan nafkah lahir dan batin dari suami
•Mendapat penjagaan, perlindungan dan perhatian suami
•Diperlakukan secara manusiawi dan baik oleh suami
Kewajiban anak
•Bersikap baik dalam berkata-kata, berbuat, memberi sesuatu, meminta sesuatu atau melarang orang tua
melakukan suatu hal tertentu,jangan bersuara keras dan jangan memutus pembincaraan mereka
•Berterimakasih dan bersyukurlah kepada orang tua
•Lakukan perbuatan baik kepada orang tua, dahulukan kepentikan mereka, rawatlah mereka bila sudah
tua, bersikaplah lemah-lembut dan berupayalah membuat mereka berbahagia

Hak anak
•Diberi nama yang baik
•Dididik dengan agama
•Dicintai sepenuhnya tanpa syarat apapun
•Di terima sebagai individu yang unik, khas dan diperlakukan dengan rasa hormat
•Diberi kebebasan dalam menentukan pilihan dan tindakan tetap dengan pengawasan orang tua
Pembinaan keluarga sejahtera
dalam aspek agama
Agama yang merupakan jawaban dan penyelesaian
terhadap kehidupan manusia, ajaran yang mengatur
keimanan “kepercayaan” dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Aspek pendidikan
Setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa
karakter bangsa sangat tergantung pada Pendidikan
karakter anak dirumah.
Etika yang benar harus diajarkan kepada anak
semenjak kecil, sehingga ketika seoranganak menjadi
dewasa, ia akan berperilaku baik.
Aspek sosial budaya
Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat berinteraksi atau untuk
menjadi manusia sosial. Terdapat tiga elemen utama dalam struktur internal
keluarga :
1. Status social
dimana dalam keluarga distrukturkan oleh tiga struktur utama, yaitu
bapak/suami, ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status sosial
menjadi penting karena dapat memberikan identitas kepada individu serta
memberikan rasa memiliki,karena ia merupakan bagian dari sistem tersebut
2. Peran social
yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau kelompok
menurut status sosialnya
3. Norma social
yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yangmenggambarkan
sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan social
Aspek ekonomi
keluarga pra-sejahtera
keluarga yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa
sandang, pangan, danpapan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya
banyak, tidak dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap,
belum memperhatikan masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai
masalah tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
tipe keluarga sejahtera
sebuah keluarga yang sudah tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya. Keluarga sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga,mampu
menempuh pendidikan secara layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian
terhadap masalah kesehatan lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyaitempat tinggal
dan tidak perlu mendapat bantuan sandang dan pangan.
Halangan – Halangan Pernikahan

Kurangnya umur (Kanon 1083)


Syarat umur yang dituntut adalah laki-laki berumur 16 tahun dan perempuan
berumur 14 tahun , tidak dapat melangsungkan pernikahan secara sah.
Jika salah satu pihak belum mencapai umur yang ditentukan hukum sipil,
Ordinaris wilayah harus diminta nasehat dan izinnya
Halangan – Halangan Pernikahan

Impotensi (kanon. 1084)


Impotensi adalah halangan yang menggagalkan, demi hukum kodrati, dalam
perkawinan.
Impotensi ada dua jenis: bersifat absolut
dan relatif.
Halangan – Halangan Pernikahan

Adanya ikatan perkawinan (kanon. 1085)


Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang terikat
perkawinan sebelumnya meskipun perkawinan itu belum consummatum

Disparitas cultus (Beda Agama) (kanon. 1086)


Perkawinan antara dua orang yang diantaranya satu telah dibaptis dalam
Gereja Katolik dan tidak meninggalkannya dengan tindakan formal, sedangkan
yang lain tidak dibaptis adalah tidak sah.
Halangan – Halangan Pernikahan

Tahbisan suci (kanon. 1087)


Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh mereka yang telah
menerima tahbisan suci

Kaul kemurnian dalam suatu tarekat religius (kanon. 1088)


Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh mereka yang terikat
kaul kekal suatu tarekat religius
Halangan – Halangan Pernikahan

Penculikan dan Penahanan (kanon. 1089)


Antara laki-laki dan perempuan yang diculik atau sekurang-kurangnya ditahan
dengan maksud untuk dinikahi.

Pembunuhan (kanon. 1090)


Tidak sahlah perkawinan yang dicoba dilangsungkan oleh orang yang dengan
maksud untuk menikahi orang tertentu melakukan pembunuhan terhadap
pasangan.
Halangan – Halangan Pernikahan

Hubungan Darah (kanon. 1091)


Tidak sahlah perkawinan antara mereka yang mempunyai hubungan darah
dalam garis keturunan ke atas dan ke bawah

Hubungan Semenda (kanon. 1092)


Hubungan Semenda dalam garis lurus menggagalkan perkawinan dalam
tingkat manapun.
Halangan – Halangan Pernikahan

Halangan kelayakan publik (kanon. 1093)


Pernikahan tidak sah yakni perkawinan yang dilaksanakan menurut tata
peneguhan yang dituntut hukum.

Adopsi (kanon. 1094)


Tidak dapat menikah satu sama lain  dengan sah mereka yang mempunyai
pertalian hukum yang timbul dari adopsi dalam garis lurus atau garis
menyamping tingkat kedua.
Halangan – Halangan Pernikahan
Halangan berasal dari perkawinan
( kanon 1083, 1084 dan kanon 1085 )
Halangan berdasarkan Agama
( kanon 1086, 1087 dan kanon 1088 )
Halangan yang muncul karna dosa berat
( kanon 1089, 1090 dan kanon 1093 )
Halangan Hubungan persaudaraan
( kanon 1091, 1092 dan kanon 1094 )
Apakah orang yang belum menerima
sakramen krisma boleh menikah?
Kitab Hukum Kanonik diterbitkan pada 1983, Kanon 1065 # 1 berbunyi: “Orang-orang Katolik
yang belum menerima Sakramen Penguatan, hendaklah menerimanya sebelum diizinkan
menikah, bila hal itu dapat dilaksanakan tanpa keberatan besar”.
Dalam bahasa hukum, kata “hendaklah” dalam pasal itu bukanlah pilihan manasuka, tetapi
sebuah keharusan.
Rahmat Sakramen Krisma memberikan dasar untuk rahmat Sakramen Perkawinan.
Bagaimana pandangan agama katolik
tentang kemandulan?
Kemandulan menyangkut ketidakmampuan untuk memperanakkan keturunan.
Kitab Hukum Kanonik 1084.3 menegaskan, “Kemandulan tidak melarang
ataupun menggagalkan perkawinan”.
“Suami isteri yang tidak dikaruniakan Tuhan dengan anak-anak, masih dapat
menjalankan kehidupan berkeluarga yang berarti secara manusiawi dan
Kristen.
Kitab hukum kanonik 1654 “Perkawinan mereka dapat menghasilkan dan
memancarkan cinta kasih, kerelaan untuk membantu dan semangat
berkurban”.
Dalam hal ini, pasangan dapat menyempurnakan perkawinan mereka, hanya
saja mereka tak dapat memperanakkan keturunan.
Bagaimanakah pandangan agama
katolik tentang bayi tabung?
Bayi tabung adalah sebuah pengingkaran makna seks sesungguhnya lantaran
benih sperma yang dibutuhkan diambil melalui masturbasi yang tentu saja
merupakan suatu tindakan yang dipandang sebagai dosa.
Selain itu, praktek aborsi juga sebenarnya terjadi dalam praktek bayi tabung ini
karena embrio yang dinilai tidak sehat langsung dibuang.
Akhirnya titik pijak penolakan Gereja kembali pada individu yang dilahirkan itu
dianggap sebagai anak yang diabaikan martabatnya sendiri.
Mengapa? Karena keinginan orangtua-lah yang menjadi hal utama. Tujuan
prokreasi pada akhirnya tak bisa diamalkan secara sungguh karena anak yang
hadir adalah anak yang lahir tanpa hubungan suami-istri yang mendalam
melalui tindakan persetubuhan.
Kesimpulan
1. Apakah orang yang belum menerima sakramen krisma boleh menikah?
Harus menerima sakramen krisma terlebih dahulu baru boleh menerima
sakramen perkawinan. Karena rahmat Sakramen Krisma memberikan dasar
untuk rahmat Sakramen Perkawinan.

2. Bagaimanakah pandangan agama katolik tentang bayi tabung?


Bayi tabung tidak diperbolehkan dalam agama katolik karena termasuk
melakukan pengingkaran makna seks dan praktek aborsi yaitu suatu tindakan
yang dosa.

3. Bagaimana pandangan agama katolik tentang kemandulan?


Kemandulan tidak menghalangi seorang untuk secara sah masuk dalam
perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai