Anda di halaman 1dari 18

TEORI BIROKRASI

PUBLIK

BIROKRASI PADA MASA


PEMERINTAHAN KOLONIAL
BELANDA ABAD KE-19

PEGGY GELONITA
21801091103

ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
Pengertian Birokrasi
 Wikipedia:
Birokrasi berasal dari kata “Bureucracy “ yang artinya sebagai sebuah
organisasi yang mempunyai rantai komando dengan bentuk piramida, dimana
lebih banyak orang berada di tingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya
ditemui pada instansi yang sifatnya sipil atau militer.

 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)


Birokrasi diartikan menjadi dua yaitu:
1. Sistem pemerintahanyang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan
2. Cara bekerja atau susuna pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata
aturan (adat dan sebagainya) yang banyak lika-likunya dan sebagainya.
 
Pengertian birokrasi
menurut beberapa ahli :

Birokrasi menurut nya adalah setiap The Govrmental Bureaucracy is a group


organisasi besar yang terdiri atas para of formally organized offices and
pejabat yang diangkat yang mana Menur Menur
duties, Inked ian a complex grading
fungsi utamanya adlah untuk ut ut subordinates to the formal roler maker
menjalanlan atau Michae Almod “Birokrasi pemerintahan ialah
mengimplementasikan (to implement) l G. and sekumpulan tugas dan jabatan yang
kebijakan-kebijakan yang telah Roskin, Powell terorganisir secara formal berkaitan
diputuskan atau diambil oleh para et.al. (1996) 
dengan
Hegel jenjang yang birokrasi
berpendapat komples ialah
dan
pengambil keputusan (decision tunduk
mediumpada pembuat
yang dapat peran formal.
digunakan untuk
Weber
makers).tidak mendefinisikan secara Menuru
Menur menghubungkan kepentingan
spesifik terkait definisi birokrasi, namun t
ut Max partikular dan kepentingan umum.
ia membagi kedudukan pejabat dengan
Hegel  Karl Max berpendapat bahwa
ciri-ciri yang berbeda peranannya antara Weber birokrasi merupakan instrumen yang
lain: dan
dipergunkan oleh kelas yang
1.Seorang memiliki tugas-tugas khusus Karl dominan untuk melaksanakan
untuk dilakukan Max kekuasaan dominasinya atas kelas-
kelas sosial lainnya, dengan kata lain
2. Fasilitas dan sumber-sumber yang
birokrasi memihak kepada kelas
diperlukan untuk memenuhi tugas-tugas
partikular yang mendominasi
itu diberikan oleh orang lain,bukan oleh
tersebut.
pemegang peranan itu.
Teori Birokrasi
TEORI ORGANISASI
t
KLASIK

1. Menekankan pada aspek legal rasional.


2. Salah satu tokoh pengusung teori organisasi klasik adalah Max
Weber (21 April 1864 – 14 Juni 1920).
3. Max Weber menciptakan model tipe ideal birokrasi yang
menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau administrasi
mempunyai suatu bentuk yang pasti dimana semua fungsi
dijalankan dalam cara-cara yang rasional(Thoha:1991).
Max Weber (Thoha:1991) bahwa tipe ideal birokrasi yang
rasional tersebut dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:

1. Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya
manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam
jabatannya.
2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan
ke samping
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hiearki itu secara spesifik
berbeda satu sama lainnya
4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan
5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya, idealnya hal
tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun
sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya
7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi
berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang obyektif.
8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan
resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem
yang dijalankan secara disiplin.

Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur


pemerintahan dan aparat administrasi publik
(Birokrasi Weber)
 Sedangkan birokrasi sebagai suatu sistem untuk
merasionalkan organisasi juga berkarakteristik yaitu
adanya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hierarki, adanya pembagian kerja, adanya tugas-tugas,
adanya wewenang, adanya tanggung jawab, adanya
sistem perilaku merupakan suatu fungsi dari interaksi
antara seorang individu dengan lingkungannya, diambil
dari rumusan atau formula psikologis.
 Dengan demikian perilaku birokrasi pada hakekatnya
hasil interaksi antara individu-individu dengan
organisasinya.Manakala karakteristik individu
berinteraksi dengan karakteristik birokrasi, maka timbul
perilaku birokrasi.
Karakteristik Birokrasi

Max Weber menyatakan karakteristik birokrasi


yang ideal dari birokrasi yakni:
1. Kerja yang ketat pada peraturan (Rule)
2. Tugas yang sifatnya khusus (spesialisasi)
3. Kaku dan sederhana (zakelik)
4. Diselenggarakan secara resmi (formal)
5. Diatur dari atas ke bawah (Hirearki)
6. Berpedomanpada logika (rational)
7. Tersentralistis (authority)
8. Taat dan patuh (obedience)
9. Disiplin (decipline)
10.Terstruktur (sistematic)
SISTEM PEMERINTAHAN KOLONIAL
BELANDA

 Dasar pemerintahan Undang-Undang Dasar Kerajaan


Belanda dan Undang-Undang Pemerintahan Hindia Belanda
(1925)
 Kerajaan belanda terdiri atas wilayah Belanda, Hindia Belanda,
Suriname, Kurasau.
 Raja wewenang u/ menghentikan peraturan yang dibuat
melalui proses legislasi Hindia-Belanda. Jika menurutnya
bertentangan dengan undang-undang yang lebih tinggi (UUD, UU
Legislasi Belanda, Peraturan didewan, dan perjanjian-perjanjian.
 kebijakan publik, selama peraturan itu bisa
dibatalkan peraturan-peraturan Gubernur Jendral:
Perundangan Hindia Belanda, Peraturan Majelis
Legislatif (Volksraad) (Stroomberg, 2018:99).
Birokrasi pada masa
Pemerintahan Kolonial
Belanda
1.Sistem Paternalistik

Dualisme Birokrasi Pemerintahan

Sistem administrasi kolonial Sistem administrasi Tradisional


(Binnenlandsche Bestuur) (Inheemsche Bestuur)

Sitem Administrasi Modern Tetap dipertahankan


Struktur Hirearki
Pembaharuan Birokrasi Kearah
Sentralistik

 Sultan sebagai pusat kekuasaan dalam birokrasi kerajaan menjadi tidak


berpengaruh secara formal-politik sebagai punvcak pimpinan birokrasi
kerajaan.
 Digantikan oleh Penempatan Lembaga yang mengurusi jalannya
pemerintahan sehari-hari (pepatih dalem) yang berada di bawah kontrol
pemerintah kolonial.
 Kebijakan mengurangi peran birokrasi tradisional.
 Pepatih dalem yang diusulkan oleh sultan dan disetujui oleh Gubernur
Jenderal belanda lebih bertanggunga jawab kepada Gubernur Jenderal
Belanda daripada kepada Sultan.
 Segala kebijakan dan tindakan menyangkut jalannya pemerintahan
umum dari pepatih dalem harus mendapatkan persetujuan dari Gubernur
Jenderal Belanda.
 Pola TOP-DOWN
 Kecenderungan semakin tingginya peran pemerintah pusat dalam proses
formulasi kebijakan pemerintah masih sangat mewarnai sistem
pemerintahan yang terbentuk.
 Inisiatif dan peran dari birokrasi pemerintah lokal tidak banyak berfungsi,
semua inisiatif kebijakan, dan otoritas formal berasal dari pemerintahan
pusat
Pembaharuan Birokrasi Kearah
Desentralisasi

 Pemberian otonomi kepada penguasa lokal (Bukan untuk pelayanan masyarakat)


namun lebih atas dasar kepentingan politis kekuasaan.
 Peran bupati pada masa pemerintah kolonial turut berperan sebagai agen bagi
pemenuhan ambisi politik dan kepentingan dagang pemerintah kolonial Belanda
(Suwarno, 1994)
 Akuntabilitas birokrasi hanya ditujukan kepada pejabat atasnya, bukannya kepada
publik.
 Prestasi kerja dilihat dari loyalitas kepada pimpinan
 Pembentukan etos kerja yang mengalami feodalisasi, seperti dalam penyelesaian
tugas hanya berorientasi pada petunjuk pimpinan, tumbuhnnya image bahwa
pimpinan selalu bertindak benar.
 Sifat inferior yang melekat pada diri seorang birokrat bawahan.
 Perilaku feodalistik dalam birokrasi yang dilestarikan oleh
pemerintah kolonial ikut memberikan kontribusi besar terhadap
penyebab munculnya patologi birokrasi, terutama tindak korupsi
di dalam birokrasi
KESIMPULAN
 Sistem birokrasi pemerintahan yang dikembangkan pemerintah kolonial justru
sepenuhnya ditujukan untuk mendukung semakin berkembangnya pola paternalistik
yang telah menjiwai sistem birokrasi pada era kerajaan.
 Meskipun terjadi pembaharuan sistem birokrasi pada masa pemerintahan kolonial,
secara substansial sebenarnya tidak mengubah corak birokrasi pemerintah dalam
berhubungan dengan publik.
 Sentralisasi kekuasaan dalam birokrasi masih tetap sangat dominan dalam praktik
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pembuatan berbagai keputusan dan kebijakan
publik oleh birokrasi pemerintah tidak pernah bergeser dari penggunaan pola top-down.
 Pembaharuan kearah desentralisasi hanya atas dasar kepentingan politik kekuasaan
pemerintah belanda dimana akuntabilitas yang buruk, dan etos kerja yang mengalami
feodalisme.
 Substansi dari persoalan korupsi dalam birokrasi pada dasarnya merupakan bagian dari
feodalisme yang terus dipelihara oleh sistem birokrasi.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai