Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

OLEH : KELOMPOK II
DEFINISI

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan gejala demam


dan usia, serta tidak didapatkan infeksi intrakarnial ataupun kelainan lain
diotak.

kejang demam didefinisikan sebagai bangkitan kejang yang terjadi


pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38oC. Yang disebabkan
oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam (febris convulsion/stuip/step) yaitu kejang yang


timbul pada waktu demam yang tidak disebabkan oleh proses didalam
kepala (otak : seperti meningitis atau radang selaput otak, ensefilitis atau
radang otak) tetapi diluar kepala misalnya karena adanya infeksi di
saluran pernapasan, telinga atau infeksi saluran pencernaan.
ANGKA KEJADIAN KEJANG DEMAM

WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat >21,65 juta penderita


kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di
Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan - 3 tahun dengan riwayat kejang,
yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO , 2005 dalam Ervina Tri
Untari, 2013). Menurut Hernal, 2010 dalam Ervina Tri Untari, 2013. insiden
terjadi nya kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah
penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan eropa Barat. Namun
di Asia angka kejadian kejang lebih tinggi, seperti di jepang di laporkan
antara 6-9% kejadian kejang demam, di india yaitu 5-10%, dan di Guam
adalah 14% (Ervina, 2013).

Angka kejadian kejang di Indonesia dalam jumlah persentase yang


cukup seimbang dengan negara lain. Disini kejang demam dilaporkan di
Indonesia mencapai 2% samapi 4% dari tahun 2005-2006.
KLASIFIKASI :

Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Kejang demam sederhana : kejang demam yang bukan merupakan


kejang demam kompleks. Kejang demam biasanya terjadi kurang dari
2 menit. Namun pada beberapa kasus, kejang demam dapat terjadi
hingga 15 menit. Anak yang mengalami kejang demam akan
langsung sadar setelah kejang reda, walaupun tampak bingung atau
lelah. Biasanya kejang juga tidak berulang dalam kurun waktu 24 jam.

2. Kejang demam kompleks :  kejang demam yang bersifat fokal,


berlangsung lebih dari 15 menit, atau berulang dalam satu kali episode
demam. Kejang yang muncul pada kejang demam kompleks juga bisa
terjadi hanya pada salah satu bagian tubuh. Anak yang pernah
mengalami kejang demam berisiko untuk mengalaminya lagi ketika
demam, terutama bila usia anak masih di bawah 15 bulan.
GEJALA KEJANG DEMAM :

Kejang demam ditandai oleh terjadinya kejang saat


demam. Gejala kejang demam adalah hentakan pada
tungkai dan lengan yang berulang (kelojotan), mata
mendelik ke atas, dan anak kehilangan kesadaran.

Meskipun umumnya tidak berbahaya, segera


kunjungi IGD jika kejang demam pada anak terjadi lebih
dari 5 menit. Selain itu, segera kunjungi IGD jika anak
mengalami kejang demam yang disertai dengan:
• Muntah
• Terlihat sangat mengantuk
• Leher kaku
• Sesak napas
Penyebab Kejang Demam

Penyebab kejang demam hingga kini belum di ketahui pasti.


Kejang demam tidak selalu timbul pada suhu tinggi, kadang –
kadang demam tidak terlalu tinggi dapat menyababkan kejang
(Taslim, 2013).
menurut Riyadi, 2013. kondisi yang menyebabkan kejang
demam antara lain : Infeksi yang mengenai jaringan ektrakranial
(tonsilitis, ototis media akut, dan bronkitis).
adapun menurut IDAI,2013. penyebab kejang demam antara
lain : obat-obatan ketidakseimbangan kimiawi seperti hiperkalemia,
hipoglikemia dan asidosis, demam, patologis otak, eklampsia (ibu
yang mengalami hipertensi prenatal, toksimea gravidarum) (IDAI,
2013).
selain itu ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan
kejang antara lain : riwayat kejang demam dalam keluarga, usia
kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang, dan
cepatnya kejang setelah demam
Pengobatan Kejang Demam

Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti dengan


sendirinya setelah beberapa menit. Namun untuk melindungi
anak dari cedera selama mengalami kejang, orang tua dapat
melakukan beberapa hal berikut di rumah:

• Baringkan anak di lantai. Pada bayi, rebahkan di pangkuan


dengan posisi wajah bayi menghadap ke bawah. Jangan
menahan tubuh anak.
• Miringkan posisi tubuh anak agar muntah atau air liur dapat
keluar dari rongga mulut, serta mencegah lidah menyumbat
saluran pernapasan.
• Longgarkan pakaian anak dan jangan menaruh apa pun
pada mulut anak untuk mencegah tergigitnya lidah.
• Hitung durasi terjadinya kejang demam dan perhatikan
tingkah laku anak saat kejang. Beritahukan hal tersebut saat
berkonsultasi ke dokter.
Jika anak mengalami kejang demam sederhana, Anda boleh
tidak membawa anak ke dokter setelah kejang berhenti. Meski
begitu, akan lebih baik jika Anda tetap memeriksakannya ke
dokter untuk mengetahui penyebab demam yang dialami anak.
Bila tidak ada penyebab khusus dari kejang demam, dokter
bisa tidak memberikan pengobatan apa pun. Dokter juga bisa
meresepkan obat penurun panas, seperti paracetamol, atau obat
antikejang, seperti diazepam. Umumnya, anak tidak perlu
dirawat inap di rumah sakit, namun hal ini tergantung pada
penyakit yang menyebabkan demam.
Kejang demam atau penyakit step merupakan kondisi yang
tidak berbahaya, dan bisa terjadi pada anak yang menderita
demam tanpa menimbulkan komplikasi. Setelah mengalami
kejang demam, umumnya anak dapat beraktivitas kembali
seperti biasa.
Komplikasi Kejang Demam

Kejang demam sederhana tidak mengakibatkan kerusakan otak maupun


kecacatan mental. Salah satu komplikasi dari kejang demam adalah
kemungkinan mengalami kejang demam kembali di kemudian hari. Risiko
tersebut akan lebih besar jika:

• Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup


singkat.
• Kejang demam pertama kali terjadi ketika suhu tubuh tidak terlalu
tinggi.
• Usia anak di bawah 18 bulan ketika mengalami kejang demam
pertama.
• Memiliki anggota keluarga lain yang juga pernah mengalami kejang
demam.

Anak yang menderita kejang demam memiliki risiko menderita epilepsi di


kemudian hari, tetapi risiko ini ada pada anak yang mengalami kejang
demam kompleks. Selain epilepsi, anak penderita kejang demam berisiko
menderita kelainan otak atau ensefalopati. Namun, kasus ini sangat
jarang terjadi.
Pencegahan Kejang Demam

Kejang demam umumnya tidak dapat dicegah, termasuk dengan


pemberian obat-obatan penurun panas atau obat antikejang. Namun
jika anak mengalami demam, dokter tetap dapat memberikan obat
penurun panas. Pemberian obat antikejang lewat dubur biasanya hanya
diberikan bila kejang terjadi lebih dari 5 menit.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM

KASUS

Pasien bernama An.M umur 1 tahun berjenis kelamin laki –


laki tempat tinggal di Boyolali. Diagnosa medis Kejang
Demam.
Keluhan Utama, pasien panas, suhu : 37,9oC.
PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
B. Keluhan Utama
Panas, suhu tubuh 38 °C.
C.  Riwayat Kesehatan Saat Ini
Satu HSMRS anak demam, tidak muntah, tidak batuk, tidak pilek,
kemudian diberi paracetamol  ½  sendok teh tetapi demam masih
tinggi. HMRS anak muntah 2 kali seperti yang dimakan tidak
muncrat, BAB encer 1 kali, demam tinggi, tidak ada edema. Anak
kejang saat di UGD selam 2 menit, berhenti dengan diazepam 5 mg
suspensi dan 2 kali dumin suspensi masuk.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal   
2. Perinatal dan Post Natal
3. Perinatal dan Post Natal
4. Hospitalisasi/operasi: tidak ada
5. Injury : tidak ada
6. alergi  : tidak ada
7. Imunisasi :    Hepatitis B 1 kali, BCG 1 kali pada usia 2 minggu,
DPT 4 kali pada usia 2, 3, 4 bulan, Polio 3 kali pada usia 2, 3, 4
bulan, campak pada usia 9 bulan.
E. Riwayat Sosial
1. Pengasuh    :  Anak diasuh oleh kedua orang tuanya.
2. Hubungan dengan anggota keluarga   : Hubungan anak dengan
anggota keluarga yang lain baik. Selama dirawat di RS anak sering
dijengauk oleh saudara.
3. Hubungan dengan teman sebaya : Oleh ibu anak sering diajak
bermain dengan teman sebayanya.

F. Riwayat Keluarga
1. Sosial ekonomi : Anak tinggal dengan orang tua dan saudara
kandung di rumah sendiri ayah bekerja dibidang swasta dan ibu
bekerja sebagai guru TK. Pendapatan perbulan ± Rp 1.000. 000,-
2. Lingkungan rumah : Anak menempati rumah dengan dinding tembok,
lantai tegel, ventilasi dan penerangan cukup, kamar mandi dan
jamban sendiri, sumber air minum dari sumur.
3. Penyakit keluarga                        :    
a. Ayah dan ibu memiliki riwayat alergi makanan
b. Sepupu anak dari pihak ayah pernah mengalami kejang demam
c.  Nenek dari ayah dan ibu memiliki riwayat hipertensi, Kakek dari ibu
memiliki riwayat penyakit jantung
G. Tingkat Perkembangan Saat Ini (DDST-II)
1. Personal sosial                             :    
Anak dapat tersenyum mulai usia 2 bulan
Anak dapat mengenal orang tua muali usia 3 bulan
2.  Adaptif motorik halus                  :
Anak dapt menggenggam mulai usia 2 bulan
Anak dapat memindahkan benda mulai usia 5 bulan
3. Bahasa                                         :    
Anak dapat mengoceh mulai usia 2 bulan
Anak dapat bicara 2 suku kata mulai usia 9 bulan
4. Motorik Kasar                              :
Anak dapat miring mulai usia 3 bulan, Anak dapat tengkurap
muali usia 4 bulan, Anak dapat merangkak mulai usia  6-7
bulan, Anak dapat duduk mulai usia 7 bulan, Anak dapat
berdiri muali usia 7 bulan
Interpretasi    : tingkat perkembangan sesuai dengan usia.
F. Pola Kesehatan Klien Saat Ini

1. Nutrisi : klien terpasang sonde, diet cair: energi 880 kkal/hari,


protein 24 gram/hari. Kemampuan mengisap bayi mulai membaik.
Berdasarkan z-score, status nutrisi klien baik.
2. Cairan : ubun-ubun tidak cekung, kebutuhan cairan 800 cc/hari.
Cairan diberikan perseonde, oral dan perinfus, muntah 1 kali.
3. Aktivitas : tidak ada batasan dalam beraktifitas.
4.  Tidur dan istirahat : an. R tidur mulai jam 08.00 hingga jam 06.00,
kadang tertidur kembali. Siang tidur 3-4 jam/hari.
5. Eliminasi : urine spontan, BAB lunak 1 kali. Output ± 120 cc/hari.
ANALISA DATA

Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi


DS: Hipertermi Peningkatan
• Ibu klien mengatakan an. R metabolik
panas.
DO:
• Suhu axila 38,2 °C.
• Kulit merah.
• Kulit teraba hangat.

S: Risiko kekurangan Status


• Ibu klien mengatakan anak volume cairan hipermetabolik
muntah 1 x dan BAB lunak
1x pagi ini.
DO:
• Peningkatan suhu tubuh
38,2 °C.

DS: - Risiko cedera Fungsi regulatori


DO: Biokimia (hipertermi
·   Demam, suhu 38,2 °C. dan
·   Riwayat kesehatan: Kejang konvulsi).
RENCANA KEPERAWATAN

Tgl/Jam Diagnosa Outcome Intervensi


Keperawatan
Hipertermi Thermoregulation: Fever treatment
berhubungan • Suhu tubuh dalam • Monitor suhu sesering
dengan rentang normal. mungkin.
peningkatan • Nadi dan RR dalam • Monitor warna dan suhu
metabolik. rentang normal. kulit.
• Tidak ada perubahan • Monitor nadi dan RR.
warna kulit. • Lakukan tapid sponge.
• Berikan cairan intravena.
• Tingkatkan sirkulasi udara.
• Kolaborasikan pemberian
antipiretik.
• Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab
demam.
Tgl/Jam Diagnosa Outcome Intervensi
Keperawatan
Risiko Fluid balance dan Flluid management:
kekurangan Hydration: • Timbang popok/pembalut
volume cairan • Mempertahankan urine jika diperlukan.
berhubungan output sesuai dengan • Pertahankan catatan intake
dengan status usia dan BB, BJ urine dan output yang akurat.
hipermetabolik normal, HT normal. • Monitor status hidrasi
dan kehilangan • Tekanan darah, nadi, (kelembaban membran
cairan melalui suhu tubuh dalam batas mukosa, nadi adekuat)
rute normal. normal. • Monitor vital sign.
• Tidak ada tandatanda • Monitor masukan
dehidrasi, Elastisitas makanan/cairan dan
turgor kulit baik, makanan/cairan dan hitung
membran mukosa intake kalori harian.
lembab, tidak ada rasa • Lakukan terapi IV.
haus yang berlebihan • Monitor status nutrisi.
• Berikan cairan.
• Dorong masukan oral.
• Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output.
• Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan.
• Tawarkan snack (jus buah,
buah segar).
Tgl/Jam Diagnosa Outcome Intervensi
Keperawatan

Risiko cedera Vital signs status: Vital signs monitoring:


berhubungan • Temperatur dalam • Monitor adanya hipertermia.
dengan fungsi rentang normal. • Catat tren dan fluktuasi
regulatori peningkatan suhu.
biokimia Knowledge: personal safety • Monitor nadi dan respirasi.
(hipertermi dan • Mampu menjelaskan
konvulsi). langkah-langkah Environment Management
pencegahan risiko. • Sediakan lingkungan yang
• Mampu menjelaskan aman untuk pasien
langkah-langkah • Identifikasi kebutuhan
kedaruratan saat di keamanan pasien, sesuai
rumah. dengan kondisi fisik dan
fungsi kognitif  pasien dan
riwayat penyakit terdahulu
pasien
• Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien.
• Memindahkan barang-barang
yang dapat Membahayakan.
SAMBUNGAN……

Tgl/Jam Diagnosa Outcome Intervensi


Keperawatan

Discharge planning:
• Identifikasi pengetahuan
keluarga.
• Diskusikan dengan keluarga
tentang tatalaksana post
hospital.
• Diskusikan dengan keluarga
untuk melakukan rujukan ke
pelayanan kesehatan
sehubungan perawatan klien

Anda mungkin juga menyukai