Anda di halaman 1dari 78

OPERASI TEKNIK KIMIA II

CRYSTALLIZER
PENDAHULUAN
Proses Kristalisasi adalah proses dimana partikel-partikel
solid terbentuk dari suatu fasa yang homogen.
Proses ini dapat terjadi pada :
- Pembekuan air menjadi es,
- Pembentukan partikel salju dari uap air,
- Pembentukan partikel solid dari suatu leburan, atau
- Pembentukan kristal-kristal padat dari suatu larutan.
Proses yang terakhir ini yaitu kristalisasi dari larutan adalah
yang paling penting secara komersial dan akan dibahas
disini.
PENDAHULUAN
Dalam proses kristalisasi, larutan dipekatkan sampai
konsentrasi solut lebih besar dari nilai kelarutannya pada
suhu tersebut, sehingga solut akan terpisah dari larutan
membentuk kristal-kristal.
Pada kristalisasi secara komersial, bukan hanya yield dan
kemurnian kristal yang penting tapi juga ukuran dan bentuk
kristal perlu diperhatikan.
Keseragaman ukuran menjadi tujuan proses kristalisasi :
- meminimalisir caking dalam pengepakan,
- supaya mudah dituang,
- supaya mudah dicuci dan difiltrasi, dan
- mempunyai sifat yang seragam
GEOMETRI KRISTAL

Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai solid yang terdiri dari


atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang tersusun
secara teratur dan berulang.
Atom-atom, ion-ion, atau molekul-molekul terletak pada kisi-
kisi tiga dimensi.
Jarak antar-atomik antara bidang-bidang kisi kristal ini diukur
dengan difraksi sinar X, demikian pula sudut antar bidang-
bidang ini.
Pola susunan kisi-kisi kristal ini berulang ditiga dimensi.
GEOMETRI KRISTAL
Kristal; nampak berbentuk polyhedron yang mempunyai
bidang datar dan sudut-sudut yang tajam.
Ukuran relatif dari permukaan dan sisi dari berbgai kristal
bahan yang sama adalah sangat bervariasi.
Tapi sudut antar permukaan-permukaan yang ada untuk
semua kristal adalah sama dan merupakan karakteristik dari
bahan tertentu.
Oleh karena itu kristal diklaifikasikan berdasar sudut antar
permukaan ini.
GEOMETRI KRISTAL

Ada tujuh kelompok kristal yaitu:


1. Sistim kubik. Tiga sumbu dengan panjang sama tegak
lurus satu sama lain
2. Sistim Tetragonal. Tiga sumbu tegak lurus satu sama lain.
Satu sumbu lebih panjang dari pada yang lain.
3. Sistim orthorombik. Tiga sumbu tegak lurus satu sama
lain dengan panjang berbeda.
4. Sistim hexagonal. Tiga sumbu dengan panjang sama
pada satu bidang bersudut 600 satu sama lain dan sumbu
keempat tegak lurus dengan bidang ini dan tidak harus
mempunyai panjang sama dengan sumbu-sumbu yang lain
GEOMETRI KRISTAL
5. Sistim monoklinik. Tiga sumbu dengan panjang tidak
sama, dua sumbu bersudut tegak lurus dalam satu bidang
dan sumbu ketiga mempunyai sudut tertentu dengan
bidang ini.
6. Sistim Triklinik. Tiga sumbu dengan panjang tak sama
dan bersudut tidak sama satu sama lain dan sudutnya
bukan 30, 60 atau 900
7. Sistim Trigonal. Tiga sumbu dengan panjang sama dan
bersudut sama
GEOMETRI KRISTAL
1. Cubic Crystals
a = b= c
 =  =  = 90º
• Simple Cubic (P) - SC
• Body Centred Cubic (I) – BCC
• Face Centred Cubic (F) - FCC

SC : Po, F, O
BCC : Fe, Cr
FCC : Cu, C (intan), Al, Ar
GEOMETRI KRISTAL

(a) Simple Cubic (P) - SC


(b) Body Centred Cubic (I) – BCC
(c) Face Centred Cubic (F) - FCC
GEOMETRI KRISTAL

Bentuk kristal NaCl

FCC
GEOMETRI KRISTAL
Bentuk-bentuk kristal sistim kubik

Octahedron
Cube

Truncated Octahedron Tetrahedron


GEOMETRI KRISTAL

2. Tetragonal Crystals
a=bc
 =  =  = 90º

• Simple Tetragonal
• Body Centred Tetragonal -BCT

Contoh: In, Sn
GEOMETRI KRISTAL

3. Orthorhombic Crystals
abc
 =  =  = 90º

• Simple Orthorhombic
• Body Centred Orthorhombic
• Face Centred Orthorhombic
• End Centred Orthorhombic

Contoh : Br, Cl, Ga, I, Su


GEOMETRI KRISTAL

4. Hexagonal Crystals
a=bc
 =  = 90º  = 120º

• Simple Hexagonal

Contoh: Be, Cd, Co, Zn, Ti, Mg


GEOMETRI KRISTAL

5. Monoclinic Crystals
abc
 =  = 90º  
• Simple Monoclinic
• End Centred (base
centered) Monoclinic (A/C)

Contoh : P, Pu, Po
GEOMETRI KRISTAL

6. Triclinic Crystals
abc
  
• Simple Triclinic
GEOMETRI KRISTAL

7.Trigonal/Rhombohedr
al Crystals
a=b=c
 =  =   90º
• Rhombohedral (simple)

Contoh: As, B, Bi, Hg, Sb, Sm


Ammonium sulphate
Sodium chloride
Sugar
Citric acid monohydrate
Polymer: Poly(L-lactide acid)
(PLLA)
Polarized Optical Microscopy (POM)
Tc = 110oC
Pure PLLA PLLA/PEO (50/50)
100/0 50/50
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI
Kristalisasi terjadi dalam larutan dalam keadaan jenuh dimana
terjadi kesetimbangan fasa antara larutan dan padatan (kristal
yang terbentuk)
Kesetimbangan ersebut dinyatakan dengan kurva kelarutan.
Kelarutan bergantung pada suhu. Tekanan tidak berpengaruh
banyak terhadap kelarutan.
Kelarutan beberapa zat bisa dilihat dalam bentuk tabel di
literatur.
Data kelarutan juga dinyatakan dalam bentuk grafik yaitu plot
kelarutan terhadap suhu.
Contoh data kelarutan beberapa garam ditunjukkan pada
Gambar-1 dan 2.
Solubility
Concentration

supersaturated

Solubility
curve undersaturated

Temperature
Generation of
supersaturation Cooling
Concentration Evaporation
Drowning-out
Reaction

C
supersaturated
evaporation
B
A
cooling
Solubility
curve undersaturated

Temperature
Metastability

Concentration
supersaturated

metastable Solubility

undersaturated
Temperature
Primary nucleation
Concentration

Primary nucleation
supersaturated

nucleation rate
Primary
nucleation

metastable Solubility
supersaturation
undersaturated
Temperature
Clustering and nucleation

Nucleation
depends on:
• supersaturation • large molecules
• temperature • flexible molecules
• the solvent • branched molecules
• impurities
• additives ....can be more difficult to nuclea
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI
GAMBAR-1
Pada umumnya kelarutan
zat naik dengan kenaikan
suhu.
Kelarutan KNO3 naik cukup
tajam dengan kenaikan
suhu. Tapi kelarutan NaCl
hanya naik sedikit dengan
kenaikan suhu. Kelarutan
Na2SO4 mula-mula naik
dengan kenaikan suhu.
Diatas suhu sekitar 400C
kelarutannya turun dengan
kenaikan suhu. Garam-
garam ini mengkeristal
dalam larutannya tanpa
membentuk air kristal.
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI
GAMBAR-2
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI

Ada juga garam yang mengkeristal dalam larutannya dengan


membentuk air kristal, contohnya Na2S2O3. dan MgSO4 .
Gambar-3 menunjukkan kurva kelarutan Na2S2O3. Terlihat
bahwa kristal garam ini mengandung satu atau lebih molekul
air kristal. Kurva kelarutan tampak putus-putus dibeberapa
titik yang menunjukkan adanya beberapa hidrat :
- Sampai suhu 48.2 oC fasa yang stabil adalah pentahydrate.
- Suhu 48.2 oC – 65 0C fasa yang stabil adalah dihidrat.
- Suhu 65 – 70 oC terbentuk Na2S2O3.½ H2O dan
- Kristal garam anhydrous terbentuk pada suhu diatas 700C.
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI
GAMBAR-3
KELARUTAN DALAM KRISTALISASI
GAMBAR-4 : Kurva kelarutan MgSO4
YIELD, NERACA MASSA DAN PANAS
PADA KRISTALISASI
YIELD DAN NERCA MASSA
Pada proses kristalisasi dalam industri, kristal dan larutan induk
berkontak dalam waktu yang lama, shg terjadi kesetimbangan dan
larutan induk adalah jenuh. Konsentrasinya pada suhu akhir
larutan bisa diperoleh dari kurva kelarutan. Yield kristal bisa
diperoleh dengan mengetahui konsentrasi awal solute, suhu akhir
dan kelarutan pada suhu ini.
Neraca massa total (pelarut + solut) :
F, CF L, CL F  LS
Neraca massa garam (solut) :
S, CS
F .CF  L.CL  S .CS
L dan S dapat dihitung

Yield dihitung : Yield  S .CS / F .C F


YIELD DAN NERACA MASSA DAN PANAS
PADA KRISTALISASI
CONTOH SOAL - 1

Suatu larutan garam beratnya 10000kg mengandung 30% berat Na2CO3


didinginkan sampai suhu 293 K. Garam mengeristal sebagai decahydrate. Berapa
yield kristal Na2CO3.10H2O bila kelarutan adalah 21.5 Na2CO3 anhydrous/100 kg
water.
PENYELESAIAN

10000 kg larutan S kg larutan Berat molekul :


crystallizer
21.5 kg Na2CO3/100 Na2CO3 : 106
30% Na2CO3 Na2CO3.10H2O: 286
kg H2O

CK = 106/286= 0.371
C kg kristal, Na2CO3.10H2O
CL = 21.5/121.5 = 0.177

10000 = S + C
S = 3647, C = 6353
10000 X 0.3 = 0.177 S + 0.371 C
NERACA PANAS PADA KRISTALISASI
Bila kelarutan suatu zat naik dengan kenaikan suhu, maka proses pelarutan zat
tersebut adalah indotermis (memerlukan panas), namun bila kelarutan zat
tersebut turun dengan kenaikan suhu, panas pelarutannya eksotermis
(melepas panas). Untu suatu zat yang kelarutannya tak dipengaruhi suhu,
maka panas pelarutannya nol. Panas kristalisasi adalah minus panas
pelarutan. Data panas pelarutan dinyatakan dalam kJ/ kg mol ( kcal/gmol) solid
dalam sejumlah besar pelarut (infinite dilution). Data panas pelarutan terdapat
diliteratur dalam bentuk tabel. Data efek panas pada pelarutan juga dinyatakan
dalam bentuk grafik untuk beberapa macam sistim.
Neraca panas pada proses
HV kristalisasi dinyatakan dengan:

q = (H2 + HV ) – H1 + ∆HCR
H1 H2
Bila q = +, perlu pemanasa
q = -, perlu pendinginan
q
∆HCR = - ∆HS ∆HS=Panas pelarutan
Perhitungan entalpi: H = M Cp (T – Tref )
∆HCR= Panas kristalisasi
NERACA PANAS PADA KRISTALISASI

GAMBAR 5

GRAFIK ENTALPI-
KONSENTRASI
NERACA PANAS PADA KRISTALISASI

CONTOH-2
Suatu larutan 2268 kg pada suhu 327.6 K yang mengandung 48.2 kg MgSO4/100
kg H2O didinginkan menjadi 293.2 K dimana terjadi kristal MgSO4.7H2O. Kelarutan
garam ini adalah 35.5 kg MgSO4 /100 kg H2O. Kapasitas panas rata-rata larutan
adalah 2.93 kJ/kg.K. Panas pelarutan adalah -13.31 x 103 kJ/kg mol MgSO4.7H2O.
Hitung yield kristal dan temtukan total panas yang diserap.
PENYELESAIAN

2268 kg larutan S kg larutan Dengan cara sama


crystallizer seperti pada
48.2 MgSO4/100 35.5 kg MgSO4/100 Contoh-1
kg H2O kg H2O diperoleh,
C = 635 kg
q
C kg kristal, MgSO4.7H2O S = 1633 kg
NERACA PANAS PADA KRISTALISASI
Berat molekul MgSO4.7H2O adalah 246. Berat molekul MgSO4 = 120. Maka panas
pelarutan adalah,
∆HS = -13.31 x 103 / 246 = - 54.1 kJ / kg kristal MgSO4.7H2O
Panas kristalisasi, ∆HCR = + 54.1 kJ / kg kristal MgSO4.7H2O atau
= (+54.1) (616.9) = +33312 kJ

Suhu reference untuk menghitung entalpi adalah 293.2 K

Entalpi umpan, H1 = 2268(327.6 – 293.2) (2.93) = 228600 kJ


Entalpi larutan induk + kristal , H2 = 0 kJ.
Karena tidak ada uap maka entalpi uap, HV = 0
q = H2 + HV – H1 + ∆HCR =0 + 0 - 228600 + (-33312 ) = - 261912 kJ
Karena q bernilai negatif berarti perlu pendinginan

Catatan: Entalpi larutan ataupun kristal MgSO4 bisa juga diperoleh dari
Gambar 5
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
Peralatan kristalisasi dikalsifikasikan menurut cara operasinya apakah
batch atau kontinyu. Operasi batch dilaksanakan untuk aplikasi tertentu.
Umumnya operasi kontinyu yang lebih disukai.
Proses kristalisasi tak mungkin terjadi tanpa supersaturasi (kondisi lewat
jenuh). Fungsi utama alat krstalisasi adalah untuk menciptakan kondisi
lewat jenuh ini. Peralatan kristalisasi juga dapat diklasifikasikan menurut
cara bagaimana menciptakan kondisi lewat jenuh yaitu:
(1) Kondisi lewat jenuh diciptakan dengan pendinginan tanpa penguapan:
tank crystallizer dan batch-type crystallizer
(2) Kondisi lewat jenuh diciptakan dengan penguapan pelarut tanpa
pendinginan: evaporator crytallizer dan crytallizing evaporator
(3) Kondisi lewat jenuh diciptakan dengan kombinasi pendinginan dan
penguapan: adiabatic evaporator-vacuum crystallizer

Kondisi lewat jenuh dapat juga ditimbulkan dengan penambahan bahan


lain (non solven) yang dapat menurunkan kelarutan solut. Reaksi kimia
dapat juga digunakan untuk menciptakan kondisi lewat jenuh
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

Pemilihan crystallizer ini bergantung bentuk kurva kelarutan bahan


yang akan dikristalisasi. Bila kelarutan solut naik dengan tajam
dengan kenaikan suhu, maka crystallizer yang tepat adalah
crystallizer dengan supersaturasi dengan pendinginan. Bila
kelarutan solut sedikit dipengaruhi suhu maka yang cocok adalah
crytallizer dengan supersaturasi dengan penguapan

Peralatan kristalisasi juga diklasifikasikan menurut metoda untuk


mensuspensikan kristal-kristal yaitu:
(1) Diaduk didalam tangki
(2) Disirkulasi melalui suatu alat penukar panas
(3) Disirkulasikan dalam suatu scraped surface exchanger
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

Beda prinsip dari banyak crystallizer komersial adalah dalam hal


cara bagaimana cairan lewat jenuh berkontak dengan kristal
yang sedang tumbuh.
Pada suatu cara yang disebut circulating magma method
magma dari krital dan larutan lewat jenuh disirkulasikan melalui
tahap supersatuasi dan kristalisasi tanpa pemisahan solid dari
liquid.
Pada metoda yang kedua yang disebut circulaating liquid
method suatu aliran terpisah liquid lewat jenuh dilewatkan
melalui tumpukan terfluidisasi dari kristal-kristal dimana kristal
tumbuh dan kristal-kristal baru terbentuk dengan cara
nucleation. Kemudian cairan jenuh dilewatkan melalui daerah
evaporasi dan pendinginan untuk menghasilkan kondisi lewat
jenuh lagi, demikian seterusnya.
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
TANK CRYSTALLIZER
Dalam hal ini larutan jenuh panas didinginkan didalam
tangki terbuka. Sesudah beberapa saat larutan induk
dikeluarkan dan kristal-kristal dipisahkan. Nukleasi dan
ukuran kristal sulit untuk dikendalikan. Kristal-kristal
mengandung banyak larutan induk yang terperangkap
didalamnya.
Dalam beberapa kasus, tangki didinginkan dengan koil
atau jaket dan agitasi dilakukan untuk meningkatkan laju
perpindahan panas. Tapi kristal-kristal sering menempel
pada permukaan perpindahan panas. Jenis crystallizer
ini aplikasinya terbatas, kadang-kadang digunakan untuk
menghasilkan fine chemicals dan produk farmasi
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
SCRAPED SUTFACE CRYSTALLIZER

Salah atu tipe adalah Swnson-Walker Crytallizer yang terdiri


dari suatu saluran terbuka lebar 0.6 m dengan dasar
setengah lingkaran yang mempunyai jaket pendingin.
Suatu spiral agitaor berputar dengan kecepatan rendah dan
mensuspensikan kristal-kristal. Pisau-pisau lewat dekat
sekali dengan dinding untuk mengambil kristal-kristal yang
menempel pada permukaan dingin.
Produknya umumnya mempunyai disribusi ukuran yang
lebar. Pada double-pipe scraped surface crystallizer, air
pendingin mengalir pada ruang anulus (lihat gambar).
Tipe ini disebut votator dan digunakan untuk mengkristalkan
ice cream.
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
SCRAPED SUTFACE CRYSTALLIZER

produk isolasi

Pipa luar

Medium pendingin

Pipa dalam

Poros berputar scraper


PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
CIRCULATING-LIQUID EVAPORATOR-CRYSTALLIZER
Pada jenis crystallizer ini, supersaturasi ditimbulkan
dengan penguapan.
Liquid yang bersirkulasi digerakkan oleh screw pump
melewati heater. Cairan yang sudah dipanaskan
mengalir kedalam ruang uap dimana terjadi penguapan
dan menghasilkan supertsaturasi. Uap yang terjadi
diembunkan dan cairan yang lewat jenuh mengalir
kebawah melalui downflow tube dan selanjutnya
bergerak keatas melalui suspensi kristal-kristal yang
sedang tunuh. Kristal yang besar-besar mengendap dan
slurry kristal-kristal ini dan larutan induk dikeluarkan
sebagai produk. Tipe crystallizer ini disebut Oslo
Crystallizer.
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

CIRCULATING-MAGMA VACUUM CRYTALLIZER

Pada jenis crystallizer ini magma yang disirkulasikan


dengan screw pump melewati heater dan selanjutnya
bercampur dengan slurry kristal dan pendidihan dan
penguapan terjadi pada permukaan cairan.
Hal ini menimbulkan supersaturasi yang menyebabkan
terjadinya kristalisasi.
Uap keluar dari atas. Alat ini dilengkapi dengan steam
jet ejector untuk pengvacuman
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

CIRCULATING-LIQUID CIRCULATING-MAGMA
EVAPORATOR-CRYSTALLIZER VACUUM CRYTALLIZER

GAMBAR 6
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

GAMBAR 7

CIRCULATING MAGMA
VACUUM-CRYSTALLIZER
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

DRAFT TUBE-BAFFLE CRTSTALLIZER

Type kristaliser ini adalah sama dengan circulating


magma crystallizer. Hanya saja, pada peralatan ini
dilengkapi dengan sebuah draft tube yang juga
berfungsi sebagai baffle untuk mengatur sirkulasi
magma, dan sebuah agitator propeller dengan pola alir
mengarah kebawah untuk memberikan sirkulasi yang
terkendali didalam crystallizer.
Gambar 7 dan 8 menunjukkan draft tube-baffle
crytallizer. Hanya saja Gambar 8 dilengkapi pula dengan
elutriation leg untuk mengendalikan ukuran kristal
produk
PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

GAMBAR 8

Draft tube-baffle crystallizer


PERALATAN UNTUK KRISTALISASI

GAMBAR 9

Draft tube-baffle crystallizer


dengan elutriation leg
TEORI KRISTALISASI
Crystallization and Nucleation
Crystallization

Nucleation
TEORI KRISTALISASI

Bila kristalisasi terjadi pada suatu campuran homogen, maka akan


timbul suatu fasa padat baru. Pemahaman mengenai mekanisme
terbentuknya dan tumbuhnya kristal diperlukan untuk mendesain
dan mengoperasikan crystallizer.
Proses kristalisasi dari suatu larutan lewat jenuh terdiri dari
beberapa tahap yaitu pembentukan inti kristal dan pertumbuhan
kristal. Bila larutan tak mengandung partikel-partikel solid, baik
partikel solid dari zat yang mengkristal atau partikel solid dari luar,
maka pembentukan inti kristal harus terjadi lebih dahulu sebelum
terjadinya pertumbuhan kristal.
Inti-inti kristal baru terbentuk terus bersamaan dengan tumbuhnya
kristal-kristal yang sudah ada. Driving force untuk tahap
pembentukan inti kristal ataupun pertumbuhan kristal adalah
tingkat kelewat jenuhan. Kedua tahap ini tak terjadi didalam
larutan jenuh atau larutan encer.
TEORI KRISTALISASI

TEORI NUCLEASI (PEMBENTUKAN INTI KRISTAL)

Dalam suatu larutan pada suhu tertentu, partikel kristal


kecil mempunyai energi permukaan yang cukup signifikan
sedang partikel kristal besar tidak. Akibatnya kelarutan
kristal kecil (kurang dari ukuran micrometer) lebih besar
dari kristal besar.
Data kelarutan yang ada berlaku hanya untuk kristal-
kristal yang cukup besar, sehingga didalam larutan lewat
jenuh, kristal besar akan tumbuh makin besar tapi kristal
yang sangat kecil justru akan larut. Pengaruh ukuran
partikel ini merupakan faktor penting dalam nucleasi.
TEORI KRISTALISASI
TEORI NUCLEASI (PEMBENTUKAN INTI KRISTAL)

Akibat adanya gerakan random molekul-molekul didalam


larutan homogen, molekul-molekul bisa berasosiasi satu
sama lain membentuk kelompok. Kelompok ini bisa
dengan cepat hilang.
Tapi bila supersaturasi cukup besar, maka cukup banyak
partikel-partikel berasosiasi dan berorientasi membentuk
inti kristal.
Jumlah partikel-partikel yang diperlukan untuk
membentuk inti kristal yang stabil bisa beberapa ratus.
Peristiwa ini disebut homogeneous nucleation. Didalam
larutan dengan supersaturasi yang tinggi tampa
pengadukan, homogeneous nucleation menjadi penting
TEORI KRISTALISASI
TEORI NUCLEASI (PEMBENTUKAN INTI KRISTAL)

Nucleasi bisa dipermudah dengan adanya pengaruh kontak


dengan suatu permukaan seoerti dinding bejana atau impeler
pengaduk. Dalam hal ini kelompok molekul-molekul solut
terorientasi menjadi kristal. Pembentukan inti kristal bisa juga
terjadi akibat tumbukan atar kristal-kristal. Peristiwa nucleasi ini
disebut contact nucleation.
Dalam crystllizer komersial, supersaturasi umumnya rendah dan
pengadukan dilakukan untuk mempertahankan suspensi kristal-
kristal. Pada supersaturasi yang rendah laju pertumbuhan
kristal optimum untu menghasilkan kristal dengan ukuran yang
lebih seragam. Mekanisme nucleasi yang terjadi adalah contact
nucleation. Homogeneous nucleation tidak terjadi katrena
adanya pengadukan dan tingkat supersaturasi yang rendah.
Kurva Solubilitas

• Undersaturated : kristal
akan mudah melarut
• Metastabile : daerah
supersaturasi dimana
kristal akan tumbuh
• Labile : daerah dimana
inti (nucleate) terbentuk
secara spontan

Diagram kesetimbangan fasa (plot solubilitas-supersaturasi) –


Miers and Isaac, 1907
TEORI KRISTALISASI
PERTUMBUHAN KRISTAL

Pertumbuhan kristal
adalah proses difusi dan
integrasi. Molekul
solut/ion berdifusi ke
permukaan
pertumbuhan kristal dan
beritegrasi kedalam
space lattice dilapisan
teradsorpsi.
Proses difusi dan
interfacial process terus
berlanjut selama larutan
dalam keadaan
supersaturasi
TEORI KRISTALISASI
PERTUMBUHAN KRISTAL
Laju pertumbuhan kristal dinyatakan sebagai laju
pertambahan permukaan kristal kearah tegak lurus
permukaan.
Crystallographic face yang berbeda selalu memiliki
laju pertumbuhan linier yang berbeda pula. Variasi
bentuk kristal terjadi bila pertumbuhan muka individual
memilki laju berbeda.
Secara keseluruhan bentuk kristal ditentukan oleh
pertumbuhan muka yang paling lambat.
Pertumbuhan kristal meliputi dua proses utama :
1. Mass transport solut dari larutan menuju permukaan
secara difusi, konveksi atau kombinasi difusi-konveksi
2. Integrasi kedalam crystal lattice oleh proses reaksi,
yang terdiri atas tahap proses :
i. Adsorpsi unit pertama pertumbuhan pada permukaan kristal
ii. Pelepasan kulit luar (solvation shell) setelah unit pertumbuhan
berdifusi kedalam lapisan adsorpsi sampai tergabung dalam
lattice atau meninggalkan lapisa adsorpsi dan kembali
kedalam larutan
iii. Jika unit pertumbuhan mencapai titik dimana dia dapat
tergabung dalam lattice, maka ia akan melepaskan sisa kulit
solvasi sebelum integrasi lattice final
TEORI KRISTALISASI
PERTUMBUHAN KRISTAL

Pertumbuhan kristal terjadi dengan baik bila supersaturasi


tidak terlalu besar yaitu pada daerah meta-stabil.
Pada daerah labil, proses yang dominan adalah
pembentukan inti kristal.
Pertumbuhan kristal yang tidak normal akan terjadi bila
super saturasi terlalu besar.
Hubungan antara tingkat super saturasi dengan geometri
pertumbuhan kristal ditunjukkan pada Gambar 11 untuk
kristal Mg SO4
TEORI KRISTALISASI
PERTUMBUHAN
KRISTAL

GAMBAR10
TEORI KRISTALISASI
PERTUMBUHAN KRISTAL

Gambar 11
Model Pertumbuhan Kristal
Model Diffusion-Reaction :
Berthoud (1912) mengusulkan model pertumbuhan kristal dalam 2
tahap :
(1)Difusi melalui badan larutan (bulk) menuju interface :

(2)Reaksi pemasukan unit pertumbuhan kedalam kristal :

Substitusi konsentrasi interface, ci dari pers (1) dan (2)

Dimana
TEORI KRISTALISASI
KECEPATAN PERTUMBUHAN KRISTAL
Laju pertumbuhan permukaan kristal adalah jarak yang ditembuh
persatuan waktu dalam arah tegak lurus permukaan tersebut.
Bahan solut harus berpindah ke permukaan tersebut dari badan
larutan. McCabe menyatakan bahwa seluruh kristal dengan bentu
geometri yang seupa dan dari bahan yang sama tumbuh dengan
kecepatan sama. Pertumbuhan dinyatakan dengan kenaikan
panjang ∆L, dalam mm, didalam dimensi linear dari suatu kristal.
Kenaikan ini tak bergantung pada ukuran awal kristal. Pernyataan
ini disebut hukum ∆L dan dinyatakan dengan,
L
G
t
Dimana G adalah kecepatan pertumbuhan kristal dalam mm/jam
yang konstan untuk suatu bahan kristal
TEORI KRISTALISASI
DISTRIBUSI UKURAN PARTIKEL KRISTAL
Faktor yang penting dalam perancangan alat kristalisasi adalah distribusi
ukuran kristal yang diharapkan diperoleh. Distribusi ukuran partikel kristal
diukur dengan mencatat persentase tertahan pada berbagai ukuran screen dari
Tyler standard screen. Data diplot sebagai ukuran diameter partikel versus
persentase tertahan kumulatif untuk ukuran tersebut pada kertas peluang
aritmatik. Plot ini pada umumnya membentuk garis lurus.
Parameter yang umum digunakan untuk karakterisasi distribusi ukuran partikel
adalah koefisien variasi, CV, yang didefinisikan sebagai berikut,

Dimana PD16% adalah diameter partikel yang tertahan 16%. Dengan


diketahui harga CV dan diameter partikel rata-rata maka deskripsi
mengenai distribusi ukuran partikel diketahui asalkan plot distribusi ukuran
partikel ini lurus antara 90 dan 10%. Untuk produk yang diperoleh dari
mixed-suspension crystallizer, nilai CV adalah 50%
TEORI KRISTALISASI
MODEL UNTUK MIXED SUSPENSION-MIXED PRODUCT REMOVAL
CRYSTALLIZER (MSMPR)
Model ini dikembangkan oleh Randolph dan Larson.
Model ini penting dan berlaku untuk sebagian besar crystallizer di industri.
Anggapan-anggapannya adalah: steady state, suspensi tercampur sempurna,
tidak ada penyaringan produk kristal, konsentrasi sseragam, tak ada kristal
didalam umpan dan berlaku hukum ∆L.
Untuk menganalisa data dari suatu crystallizer, perlu dijabarkan model yang
mengkombinasi antara laju nucleasi, laju pertumbuhan, dan neraca bahan.
Dalam hal ini diplot jumlah kumulatif kristal-kristal per satuan volume ( per liter)
dengan diameter L dan yang lebih kecil versus ukuran L.
Slope dari plot ini, dN/dL , disebut densitas populasi kristal n:
 

Model MSMPR dinyatakan dalam n sebagai berikut,


 

dimana n0 adalah populasi inti kristal ketika L = 0.


TEORI KRISTALISASI
MODEL UNTUK MIXED SUSPENSION-MIXED PRODUCT REMOVAL
CRYSTALLIZER

Slope = dN/dL= n

L
TEORI KRISTALISASI
MODEL UNTUK MIXED SUSPENSION-MIXED PRODUCT REMOVAL
CRYSTALLIZER
DIAMETER PARTIKEL RATA-RATA DAN KECEPATAN NUCLEASI

Dari model yang telah dibahas sebelumnya bisa diperoleh diameter rata-rata
partikel, diameter yang paling dominan dan kecepatan nucleasi yaitu :

diameter rata-rata partikel,

diameter yang paling dominan

kecepatan nucleasi (jumlah inti/jam.liter)

Fraksi berat kumulatif kurang dari bisa diprediksi sebagai berikut:


TEORI KRISTALISASI
CONTOH SOAL

Analisa ayakan kristalo-kristal urea dinyatakan berikut ini,


Mesh % berat Mesh % berat
-14 + 20 4.4 -48 + 65 15.5
-20 + 28 14.4 -65 + 100 7.4
-28 + 35 24.2 -100 2.5
-35 + 48 31.6

Densitas slurry = 450 g/liter, faktor bentuk kristal =1 , densitas kristal = 1.335 g/cm3
Hitung densitas populasi, dan laju pertumbuhan inti kristal
TEORI KRISTALISASI
PENYELESAIAN

Dari analisa ayakan diperoleh tabel berikut:


Mesh L Lav ∆L ln(n) % berat
-14 + 20 -1.168+0.833 1.001 0.335 10.695 4.4
-20 + 28 -0.833+ 0.589 0.711 0.244 13.224 14.4
-28 + 35 -0.589+0.417 0.503 0.172 15.131 24.2
-35 + 48 -0.417+0.295 0.356 0.122 16.778 31.6
-48 + 65 -0.295+0.208 0.252 0.087 17.441 15.5
-65 + 100 -0.208+0.147 0.178 0.061 18.099 7.4

Misal untuk data pertama: Lav=(1.168+0.833)/2 = 1.001; ∆L=1.168 –


0.833=0.335;
N s ( fraksiberat ) s ( frak.berat )
n  
L  V p L  (aL3 )L
(450 g/liter) (0.044)
 3 3 3
 4.414 x 10 4 jumlah kristal/L . mm
(1.335 x 10 g/mm )((1.00)(1.001 mm) (0.335 mm)

Maka ln (n) = ln (4.414 x 104) = 10.695


TEORI KRISTALISASI
ln (n) diplot versus L, maka didapat slope -9.12 dan intersep = 19.79

Berarti, 9.12  1 / G   1 /(G )(3.38)  G  0.03244 mm/jam


ln n 0  19.79  n 0  3.933 108
B 0  G n 0  0.03244 (3.933 10 8  1.276  10 7 inti/jam. L

20
Diameter rata-rata:
18
L a  3.67 G   3.67(0.03244)(3.38)  0.402 mm
data pengukuran
16 Prediksi
Diameter dominan:

ln (n)
L d  3.00 G   3.00(0.03244)(3.38)  0.329 mm 14

12

10
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
L
PROSES KRISTALISASI
SOAL - SOAL

1. Suatu larutan panas Ba(NO3)2 dari evapoator mengandung 30.6 kg Ba(NO3)2 /


100 kg H2O dan mengalir ke crystallizer dimana larutan didinginkan dan
BaNO3)2 mengkeristal. Pada pendinginan 10% air menguap. Untuk umpan 100
kg hitung, (a) Yield kristal bila larutan didinginkan sampai 290K dimana
kelarutannya 8.6 kg Ba(NO3)2 /100 kg H2O. (b) Yield bila didinginkan menjadi
283 K dimana kelarutannya 7 kg Ba(NO3)2 / 100 kg H2O
2. Suatu batch yang terdiri dari 1000 kg KCl dilarutkan dengan air secukupnya
untuk menghasilkan larutan jenuh pad suhu 363 K dimana kelarutannya 35 %
berat KCl dalam air. Larutan didinginkan mejad 293 K dimana kelarutannya
25.4% berat.,(a) Berat berat air yang dibutuhkan untuk pelarutan dan beraoa
berat kristal yang diperoleh. (b) Berapa berat kristal yang diperoleh bila 5% air
menguap pada saat penguapan
TEORI KRISTALISASI
SOAL-SOAL

3. Suatu larutan panas yang mengandung 1000 kg MgSO4 dan H2O yang
mempunyai konsentrasi 30 % berat MgSO4 didinginkan sampai 288.8 K
dimana kristal-kristal MgSO4.7H2O terbentuk. Kelarutan pada 288.8 K
adalah 24.5 % berat MgSO4 dalamlarutan. Hitung yield kristal yang diperoleh
bila 5% H2O menguap.
4. Suatu umpan larutan 10000 lbm pada 130 oF yang mengandung 47 lb
FeSO4/100 lb H2O didimginkan menjadi 80 oF dimana kristal FeSO4.7H2O
terbentuk. Kelarutan garam adalah 30.5 lb FeSO4/100 lb H2O. Kapasitas
panas rata-rata umpan adalah 0.7 btu/lb.Of. Panas pelarutan pada 18 oF
adalah -4.4 kcal/gmol (-18.4 kJ/gmol) FeSO4.7H2O. Hitung yield kristal dan
buat neraca energi. Anggapa tak ada air yang menguap.
5. Suatu kristal mempunyai kecepatan pertumbuhan 0.03244 mm/jam. Akan
dihasilkan kristal tersebut dalam crystallizer MSMPR dengan waktu tinggal
3.38 jam. Tentukan fraksi berat kumulatif kristal dengan ukuran: (a) 0.589 mm
dan (b) 0.417 mm
TEORI KRISTALISASI
6. Suatu data eksperimen diperoleh untuk suatu crystallizer MSMPR. Densitas
slurry adalah 169 g/liter, densitas kristal adalah 1.65 g/cm3, waktu tinggal
adalah 6.57 jam dan faktor bentuk adalah 0.98. Analisa ayakan kristal
adalah,

Mesh % berat Mesh % berat

-14 + 20 4.5 -48 + 65 15.5


-20 + 28 14.5 -65 + 100 7.5
-28 + 35 24 - 100 2.5
-35 + 48 31.5

(a) Hitung densitas populasi, laju pertumbuhan, dan laju nukleasi dan
juga diameter kristal rata-rata
(b) Dengan harga yang diprediksi ini, tentukan fraksi berat kumulatif
untuk diameter 0.589 mm

Anda mungkin juga menyukai