anaerobic atau mikroaerofilik yang menghasilkan endospora. Kebanyakan spesies mengurakan protein dan meragi karbohidrat, banyak pula yang menghasilkan eksotoksin. Beberapa spesies bersifat patogenik dan banyak yang terdapat sebagai saprofit di dalam tanah dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Contoh bakteri clostridium sp yang bersifat pathogen diantaranya adalah clostridium prefingens, clostridium difficile, clostridium botolinum, dan clostridium tetani. Clostridium botolinum menghasilkan toksin biologis yang kuat yang dikenal dapat menginfeksi manusia. Clostridium botulinum
Gram positif , batang besar besar, polimorf, sendiri-sendiri,
berpasangan atau berderet deret, bergerak aktif dengan flagella peritrik, berspora dan oval subterminal. 1. Kultur dan biokimia Tumbuhnya strik anaerob, pada media yang dipakai sehari-hari, sporanya tahan panas sampai 100 C 20 jam situasi kering atau 121 c 20 menit situasi basah 2. Patogenitas Menimbulkan penyakit botulisme yang disebabkan oleh neurotoksin yang salah satunya toksin yang diproduksi oleh clostridium botulinum didalam pertumbuhannya. Botulisme dapat terjadi pada makanan, pada luka, dan pada bayi. Clostridium tetani
Clostridium tetani adalah kuman yang menyebabkan tetanus tersebar luas
diseluruh dunia dalam tanah dan tinja kuda dan hewan lain. Clostridium tetani memproduksi eksotoksin (tetanospamin dantetanolisin) yang menyebabkan penyakit tetanus perkiraan dosis mematikan minimal dari kadar toksin (tetanospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia. Bentuk batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5 mikron, lebar 0,4- 0,5 mikron, dapat bergerak, termasuk gram positif anaerob berspora, membentuk exotoxin yang disebut tetanospasmin (tetanus spasmin), dan ketika bakteri ini mengeluarkan eksotoxin maka akan menghasilkan 2 eksotoxin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasminlah yang dapat menyebabakan penyakit tetanus karena bersifat neurotoxin yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf parifer setempat, hidup anaerob, bentuk sporanya lebih besar dari pada selnya, dan letaknya terminal (diujung) menyerupai sendok 1. Biakan karakteristik pertumbuhan a. Kultur Klostridia hanya tumbuh pada keadaan anaerob yang dibuat dengan salah satu cara berikut ini : -Lempeng agar atau tabung biakan diletakkan dalam tabung kedap udara, udara dibuang dan di ganti dengan nitrogen dan CO 2 10% atau oksigen dapat dibuang dengan cara lain. - Kultur cair diletakkan dalam tabung panjang yang diletakkan hewan segar misalnya cincangan daging rebus atau agar-agar 0,1 % dan suatu zat pereduksi seperti tiglikolat, tabung ini dapat digunakan sebagai pembenihan aerob dan pertumbuhan akan terjadi dari dasar keatas sampai 15 mm dari permukaan udara. b. Sifat-sifat pertumbuhan Clostridium tetani merupakan anaerob obligat yang hanya tumbuh tanpa adanya oksigen. Tidak mampu mempergunakan oksigen sebagai akseptor hydrogen terakhir. Sifat basil anaerob yang terkenal adalah ketidakmampuannya menggunakan oksigen sebagai abseptor hidrogen akhir. 2. Struktur antigen Antigen flagel dapat memisahkan clostridium tetani dalam sepulu tipe tetapi toksinnya yang dibuat secara farmakologis & antigenic semuanya identik. 3. Patogenitas Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksiyang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masihtinggi . Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Toksin, tetanospasmin, diproduksi padamasa pertumbuhan sel,sporulasi dan lisis. Toksin ini akan mencapai sistem syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord.Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetanisehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah: a. Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas b. Luka bakar tingkat 2 dan3 c. Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya d. Luka-luka di bawah kuku e. Ulkus kulit yang iskemik f. Luka bekas suntikan narkobag) Bekas irisan umbilicus pada bayi tidak terdapat dalam serum. Toksin dapat diperhatikan dengan hemaglutinasi pasif dan radioimunoassai. 4. Pengobatan Pengobatan Dengan pemberian antitoksin polivalen (tipe A, B, dan C) yang disuntikkan I.V. dan secara simptomatik terutama untuk pernafasan (pernafasan buatan).PengobatanBila terjadi kelumpuhan pada pernafasan dapat dilakukan trakeomi (bedah batang tenggorokan) dan diberikan pernafasan buatan Clostridium perfingens
Clostridium perfringens adalah salah satu penyebab utama infeksi
luka berakibat gangrene gas. Seperti banyak clostridia, organisme ini banyak memproduksi eksotoksin. Sumber utama MO ini terdapat pada daging atau produk-produk daging. Urutan kejadian yang khas yang menjurus ke peracunan makanan adalah penyiapan masakan daging yang dimakan 1 atau 2 hari kemudian. Karena Clostridium perfringens membentuk endospora yang relative panas cara memasak biasa sering tidak memusnahkan MO ini. Stelah makanan dingin, spora bersemai dan sel-sel vegetatif yang terjadi berkembang biak. Klasifikasi Klasifikasi dari bakteri Clostridium perfringens: Kingdom : Bacteria Division : Firmicutes Class : Clostridia Order : Clostridiales Family : Clostridiaceae Genus : Clostridium Species : perfringens Binomial : Clostridium perfringens Morfologi Batang gram positif Terdapat tunggal, barpasangan, dan dalam rantai Berkapsul Sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik Anaerobik ·Menghasilkan eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah) Habitat Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan sering terdapat di dalam usus manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora organisme ini dapat bertahan di tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar kotoran manusia atau hewan. Patogenesis Proses patogenesisnya adalah mula-mula spora klostridia mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terluka (tanah,feses) atau dari saluran usus. Spora berkembangbiak pada keadaan potensial reduksi-oksidasi rendah, sel-sel vegetative berkembangbiak, meragikan karbohidrat yang terdapat dalam jaringan dan membentuk gas. Peregangan jaringan dan gangguan aliran darah, bersama-sama dengan sekresi toksin yang menyebabkan nekrois dan enzim hialuronidase, mempercepat penyebaran infeksi. Nekrosis jarinan bertambah luas, member kesempaan untuk peninkatan pertumbyhan bakateri, anemia hemolitik, dan akhirnya toksemia berat dan kematian. Pencegahan Meinggalkan daerah dimana racun itu dilepaskan dan pindah ke udara sega Melepaskan pakaian yang mungkin telah ada toksin Cuci daerah yang terkena dampak Buang item terkontaminasi Pengobatan Tidak ada pengobatan khusus atau obat yang ditetapkan untuk racun Clostridium perfringens. Perawatan pendukung (cairan infus, obat untuk mengendalikan demam dan rasa sakit) adalah pengobatan standar. Tidak, tidak ada vaksin yang tersedia bagi manusia.