Anda di halaman 1dari 44

ERNA PRASETYANINGRUM, M.Sc.

, Apt

DEPRESI
PENDAHULUAN
 Depresi merupakan gangguan mental yang cukup banyak
diderita oleh masyarakat, dan diperkirakan
mempengaruhi 121 juta diseluruh dunia.
 Pada tahun 2020  depresi diperkirakan akan memcapai
ranking kedua sebagai penyakit penyebab disabilitas
(ketidakmampuan).
 Di Amerika diperkirakan 5,3% pasien menderita depresi.

 Pasien depresi memiliki resiko terjadinya alkoholisme ,


penyalahgunaan obat, gangguan kecemasan, dll.
 Diperkirakan 8-18 % pasien depresi memiliki keluarga
dekat (ayah/ibu/saudara kandung) yang memiliki sejarah
depresi.
 Depresi pada wanita 2-3 x lebih sering dibandingkan
dengan laki-laki.
 Depresi dapat terjadi pada setiap umur , dan paling
banyak terjadi antar umur 22-44 tahun.
DEFINISI
 Depresi adalah suatu gangguan mood yang bersifat
searah (unipolar), yaitu suatu emosi yang meresap dan
menetap berupa perasaan tertekan, yang dalam keadaan
ekstrim, sangat mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap dunia.

 Seseorang yang memiliki depresi 1,5 % beresiko bunuh


diri.
ETIOLOGI
Penyebab depresi :
 Faktor genetik

 Faktor biologis

 Faktor lingkungan

Catatan  depresi terjadi karea adanya perubahan


neurotransmiter otak, antara lain serotonin, NE dan
dopamin.
 Sistem saraf pusat (SSP)  bagian dari sistem syaraf yang
terdiri otak dan sumsum tulang belakang.
 Fungsi SSP  mengkoordinasi segala aktivitas bagian tubu
manusia.
 Terdapat 2 tipe sel dalam SSP :

1. Sel syaraf (neuron)


2. Sel penyokong (sel glia)
 Sel neuron terdiri dari :
1. Dendrit  menerima informasi dari luar
2. Soma  menjaga homeostatis seluler dan memproses
informasi dari dendrit untuk diteruskan ke akson
3. Akson  berfungsi menghantarkan informasi ke ujung
syaraf
4. Ujung syaraf  menyampaikan informasi berupa implus ke
sel lainnya.
 Sel glia  disebut juga neuroglia dan sel glial  merupakan
sel SSP non neural yang berfungsi untuk menjaga homeostatis
SSP, membentuk myelin, dan melindungi dan menyokong
fungsi sel syaraf (neuron) pada otak.

 Pada manusia setiap dua sel syaraf didukung tiga sel glia.

 Sel glia dalam SSP  mikroglia, astrosit, oligodendrosit,


ependimosit
MAKROGLIA
 Berfungsi sebagai makrofag yang dapat
memfagositosis dan melindungi sel syaraf pusat.
 Merupakan sel penyusun 10-15% dari SSP, yang
dijumpai baik dalam otak maupun sumsum tulang
belakang
ASTROSIT
 Merupakan suatu sel makroglia jumlah lebih banyak
daripada sel makroglia lainnya.
 Berfungsi sebagai pemisah, antara jalur persyarafan satu
dengan yang lainnya, membantu memperbaiki kerusakan
sel syaraf, dan mengatur kondisi kimiawi eksternal sel
syaraf dengan mengeluarkan kelebihan ion , misal ion
kalium dan memanfaatkan kembali neurotransmiter yang
dilepaskan selama proses penghantaran implus.
OLIGODENDROSIT
 Merupakan sel makroglia dalam SSP yang berperan
dalam pembentukan myelin, suatu fosfolipid selubung
akson yang berfungsi sebagai isolator sehingga dalam
akson bisa terjadi propagasi potensial aksi.
 Myelin  berfungsi sebagai pelindung dan pemberi
nutrisi pada akson.
 Dalam sistem syaraf perifer, pembentukkan myelin
disusun oleh sel Schwann.
 Ependimosit merupakan membran epitelial melapisi
sistem ventrikel otak dan sumsum tulang belakang. Sel
makrofaglia ini terlibat dalam produksi cairan
cerebrospinal.
KETIDAK SEIMBANGAN NEUROTRANSMITTER
INI DISEBABKAN OLEH :
 Keturunan genetik
 Kepribadian

 Lingkungan

 Kondisi medis

 Penggunaan obat

 Penyalahgunaan zat
A. KETURUNAN /GENETIK
 Kejadian depresi dan bunuh diri cenderung terjadi dalam
satu keluarga.
 Pasien dengan riwayat keluarga depresi memiliki
kemungkinan depresi 1,5 sampai 3 kali dari orang
normal.
B. KEPRIBADIAN
 Orang dengan ciri-ciri kepribadian tertentu yang lebih
cenderung menjadi depresi.
 Sifat-sifat yang cenderung menyebabkan depresi :

1. Berpikir negatif
2. Pesimisme
3. Kekhawatiran yang berlebihan
4. Rendah diri
5. Terlalu bergantung kepada orang lain
6. Tanggapan yang kurang efektif terhadap stress
C. LINGKUNGAN
 Peristiwa sulit dalam hidup, kehilangan, perubahan, atau
stress yang terus menerus  kadar neurotransmitter
menjadi tidak seimbang  depresi.

 Peristiwa bahagia  melahirkan  perubahan kadar


hormon  stress  depresi.
D. KONDISI MEDIS
 Penderita alergi non makanan akan memiliki
kecendrungan / rentang terhadap depresi dibanding
orang normal.
PROGNOSIS
 Kebanyakan individu dengan episode depresi berat akan
membaik dan berespon positif terhadap sedikitnya satu
obat antidepresan.
 Tingkat kekambuhan yang tinggi  menggunakan obat
sepanjang sisa hidupnya.
 Menurut DSM IV TR  resiko kekambuhan 70% pada 5
tahun dan 80% pada 8 tahun.
HASIL TERAPI YANG JELEK
 pengobatan yang tidak memadai,
 gejala awal yang berat ( termasuk psikosis),

 onset pada usia dini,

 banyaknya jumlah episode sebelumnya

 Pemulihan yang kurang sempurna setelah 1 tahun


pengobatan, gangguan mental atau medis yang sudah ada
sebelumnya
 Disfungsi keluarga
PATOFISIOLOGI
 Berdasarkan keparahan depresi dibedakan menjadi :
1. Depresi mayor/ depresi berat
2. Depresi atipikal
3. Dysthymia
4. Depresi Psikotik
DEPRESI MAYOR
 Suatu bentuk yang paling umum dari depresi
 Terjadi gangguan mood yang ditandai dengan suasana
hati yang tertekan, kurangnya minat dalam kegiatan
biasanya dinikmati, perubahan berat badan dan tidur,
kelelahan, perasaan tidak berharga, kesulitan
berkonsentrasi dan pikiran tentang kematian dan bunuh
diri.
DEPRESI ATIPIKAL
 Penderita kadang-kadang dapat mengalami kebahagiaan
dan saat kebahagiaan.
 Gejala :

1. Kelelahan
2. Banyak tidur
3. Makan terlalu banyak
4. Berat badan meningkat
 Episode atipikal dapat terjadi berbulan-bulan atau
bahkan seumur hidup.
DYSTHYMIA
 Keadaan depresi ringan atau sedang, tetapi kronis.
 Gejala yang tampak :

1. Tertekan
2. Sedih atau melankolis  terjadi disepanjang hidupnya.
DEPRESI PSIKOTIK
 Pasien mengalami halusinasi dan atau delusi yang
umumnya terjadi pada pasien skizofrenia.
KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU
TERJADINYA DEPRESI
 Depresi postpartum
 Depresi premenstrual dysphoric disorder

 Depresi musiman
DEPRESI POSTPARTUM
 Kehamilan  perubahan hormon blue baby syndrome
 perasaan sedih pasca melahirkan.
PREMENTRUAL DYSPHORIC DISORDER
Gejala yang sering terjadi :
 Lekas marah

 Kelelahan

 Kegelisahan

 Keteganggan syaraf

 Perubahan suasana hati


DEPRESI MUSIMAN
 Depresi ini umum terjadi pada negara-negara 4 musim
 biasanya terjadi pada musim dingin membaik
dimusim panas.
PATOFISIOLOGI DEPRESI
 Hipotesis amin biogenik
 Hipotesis permisif

 Hipotesis sensitivitas reseptor

 Atropi hippocampus
HIPOTESA AMIN BIOGENIK
 Depresi  kekurangan NE dan 5 HT.
 Masa lalu obat antidepresan yang paling efektif bekerja
dengan  meningkatkan ketersediaan monoamin
disinaps  sementara beberapa obat antihipertensi
menyebabkan penguragan pada enyimpanan NE, 5 HT,
dan dopamin depresi pada 15% pasien.
HIPOTESA PERMISIF
 Berfokus pada 5 HT  menurunnya NE
 Sel-sel saraf yang mengandung 5 HT terutama terletak di
raphe nuclei batang otak
HIPOTESIS SENSITIVITAS RESEPTOR
 Reseptor yang ada di pasca sinaps  supersensitifitas
(respon kompensasi daro syaraf pasca sinaptik saat
menerima stimulasi yang terlalu sedikit  diimbangi
kurangnya stimulasi dengan cara meningkatkan sintesis
reseptor tambahan  disebut up-regulasi
 Peningkatan neurotransmitter akan meningkatkan
stimulasi pada reseptor yang mendorong syaraf untuk
mengimbanginya dengan penurunan sensitifitas reseptor
 dikenal dengan desensitisasi
ATROFI HIPPOCAMPUS
 Pasien dengan depresi unipolar mengalami penurunan
volume hippocampus  kekambuhan depressi berat
(paul dan bara, 2004)
GEJALA DAN TANDA
Berdasarkan DSM IV TR (Diagnosa and Statistical
Manual of Mental Disorders ) pasien didiagnosa depresi
jika ada 5 / lebih gejala berikut muncul dalam suatu
periode (2 minggu) gejala tersebut antara lain :
1. Rasa tertekan atau sedih hampir sepanjang hari da
terjadi hampir setiap hari
2. Penurunan minat atau kesenangan yang signifikan
terhadap aktivitas apapun hampir sepanjang hari dan
terjadi hampir setiap hari
3. Penurunan berat badan yang signifikan walaupun tidak
melakukan diet, atau peningkatan BB atau penurunan
nafsu makan hampir setiap hari
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir tiap hari (tidak
bersemangat)
6. Keletihan atau kehabisan energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang
berlebihan atau tidak selayaknya
8. Penurunan kemampuan untuk berfikir/ konsentrasi
9. Berulangkali memikirkan kematian
GEJALA LAIN YANG MENGAKIBATKAN
DEPRESI :
 Gejala yang mengakibatkan stress yang bermakna klinis
atau gangguan pada sosialisasi, pekerjaan, atau fungsi
lain yang penting
 Gejala yang tidak terkait langsung dengan efek fisiologi
dari suatu obat (penyalah gunaan obat atau suatu
pengobatan)
 Gejala yang tidak dapat dikaitkan dengan reaksi yang
dialami akibat kehilangan orang yang dicintai, gejala
bertahan selama lebih dari 2 bulan atau ditandai dengan
gangguan fungsional yang signifikan.
TATALAKSANA TERAPI
 Sasaran terapi
Perubahan biologis / efek berupa mood/ perasaan pasien
 dipengaruhi kadar 5 HT dan NE diotak
 Strategi terapi

Menurunkan gejala depresi dan memfasilitasi pasien


untuk kembali ke kondisi normal  memodulasi kadar 5
HT dan NE di otak
TERAPI NON FARMAKOLOGI
 Terapi perilaku cognitif
 Terapi interpersonal

 Terapi elektrokonvulsif
TERAPI PERILAKU COGNITIF
Cognitive behavioral therapy (CBT)
Sangat bermanfaat untuk pasien yang :
1. Pasien dengan depresi atipikal
2. Remaja dengan gejala depresi berat ringan
3. Wanita dengan depresi postpartum non psikotik
4. Anak-anak dari orang tua dengan gangguan
TERAPI INTERPERSONAL (IPT)
 Tujuan dari metode ini adalah meningkatkan ketrampilan
komunikasi dan peningkatan harga diri dalam waktu
singkat.
 Bentuk depresi yang dapat diatasi oleh IPT adalah
adanya suasana berkabung, konflik terpendam dengan
orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat,
perubahan besar dalam hidup dan keadaan terisolasi.
TERAPI ELEKTROKONVULSIF (ECT)
 Arus listrik dilewatkan melalui otak untuk memicu
kejang (periode singkat aktifitas otak tidak teratur),
berlangsung sekitar 40 detik. Pengobatan tertentu
diberikan untuk mencegah kejang menyebar keseluruh
tubuh.
ECT DAPAT DILAKUKAN PADA PASIEN
DEPRESI YANG MEMILIKI KONDISI :
1. Depresi berat dengan insomnia, perubahan berat,
perasaan putus asa atau rasa bersalah, dan berfikiran
bunuh diri atau pembunuhan.
2. Depresi berat yang tidak merespon antidepresan atau
konseling
3. Pada pasien depresi berat yang tidak bisa
menggunakan antidepresan
4. Mania berat yang tidak berespon terhadap pengobatan.
Gejala mania parah antara lain termasuk agitasi,
kebingungan, halusinasi atau delusi.
5. Pasien skizofrenia yang tidak berespon terhadap
pengobatan
TERAPI FARMAKOLOGI
 Secara umum ada 3 fase pengobatan yang perlu dipertimbangkan
ketika merawat pasien dengan gangguan depresi, yaitu :
a. Fase akut  berlangsung dari 6-10 minggu dimana tujuannya
adalah menghilangkan gejala.
b. Fase lanjutan berlangsung selama 4-9 bulan setelah remisi
dicapai, dimana tujuannya adalah untuk menghilangkan gejala
sisa atau mencegah kekambuhan.
c. Fase pemeliharaan  berlangsung setidaknya 12-36 bulan,
yang tujuannya adalah untuk mencegah terulangnya episode
depresi.

Antidepresan tidak menyebabkan kecanduan  tidak obat penenang


dan juga tidak menyebabkan perasaan melayang pada pasien.
 Antidepresan dipilih berdasarkan gejala individu pasien.
 Obat harus digunakan 6-8 minggu penuh sebelum obat
itu dapat diukur.
 Dosis harus ditingkatkan berlahan-lahan dan pada
interval tertentu.
MACAM ANTIDEPRESAN

Anda mungkin juga menyukai