Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN HIV/AIDS

NAPZA DENGAN HIV

 
Disusun oleh :
 
1). Febby Dini DeavSagita (1814201053)
2). Irma Wahyuni (1814201066)
3). Bella Angelvina (1814201074)
4). Julia Putri Humaira (1814201083)
A. PENGERTIAN HIV/AIDS DAN NAPZA

HIV merupakan kepanjangan dari  Human Immunodeficiency Virus. Maknanya virus


ini hanya menginfeksi manusia, virus dapat mereproduksi diri sendiri di dalam sel dan dapat
menyebabkan kekebalan tubuh manusia turun sehingga gagal melawan infeksi. HIV dapat
menyebabkan  Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
(Nursalam, 2018).Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam keluarga
lentivirus.Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu
untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi panjang.Seperti retrovirus
yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi panjang (klinik laten), dan
utamanya menyebabkan munculnya tanda gejala AIDS.
(Nursalam, 2018) NAPZA adalah kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya yang merupakan sekelompok obat yang berpengaruh pada kerja tubuh,
terutama otak.Satu sisi narkoba merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat yang bila
masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/sususnan saraf pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan fungsi sosialnya karena terjadi
kebiasaan, ketagihan (adiksi) sertaketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
B. STIMULAN

Stimulan adalah zat yang mempunyai khasiat merangsang kerja otak,


sehingga menyebabkan pemakaiannya menjadi aktif, segar, dan
bersemangat. Yang termasuk golongan ini adalah kokain, ampetamin
(sabu-sabu dan ekstasi), kafein dan nikotin.
C. HALUSINOGEN

Halusinogen adalah zat yang dapat menimbukan efek halusinasi yang


dapat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya
pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu,
golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis.Yang termasuk golongan
ini adalah kanabis (ganja), LSD, mescalin, fensiklidin, berbagai jenis
jamur, tanaman kecubung dan lain-lain.
D. MACAM-MACAM NAPZA

1. Alkohol
Apabila seseorang ketagihan alkohol maka gejala yang ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Perilaku yang buruk
b. Sakit perut karena terjadi radang pada lambung (gastritis)
c. Kerusakan pada pembuluh-pembuluh saraf
d. Kerusakan mental (alkohol psikosis)
e. Kerusakan pada liver ( hati )
f. Kerusakan korteks (batang otak)
g. Bicara cadel
h. Gerakan tidak terkordinir
i.  Nistagmus, apatis, somnolen, vertigo, jalan sempoyongan.

Pengaruh dari seseorang yang berhenti dari pemakaian zat adiktif adalahsebagai berikut :
a. Gelisah, Berkeringat, Denyut jantung cepat,
b. Mual muntah ,Tremor, Kejang otot.
c. Agresif ,Cemas, Halusinasi.
d. Tinitus delirium,Insomnia.
e. Sakit kepala lemah
2. Kokain
3. Amphetamine
Meski efeknya terlihat positif, efek samping dari pengguna ekstasi yaitu :
a. Mulai merasa gugup, mual-mual, kehilangan nafsu makan
b. Ketergantungkan obat sehingga tekanan darah meningkat
c. Gangguan pada organ hati dan glaukoma
d. Perilaku panik, paranoid, banyak keringat, mulut kering.
e. Menggigil, marah-marah, berat badan menurun, kejang diskinesia, distonia.

Gangguan pada seseorang yang berhenti dari pemakaian esktasi adalahsebagai berikut :
a. Lelah, mimpi buruk, nafsu makan bertambah.
b. Insomnia
c. Tindakan bunuh diri
d. Iritabilitas
e. Depresi berat dan cemas.

Meski demikian pengguanaan ini akan menimbulkan efek samping yaitu :


a. Sakit kepala
b. Tekanan pada otak
c. Gangguan jantung
d. Kesulitan bernafas
e. Ketagihan atau ketergantungan obat dengan segala akibatnya.
f. Lysergic acid (LSD)
4. Morphin sulfate
5. Sedatif hipnotik (Benzodiazepine)
E. ETIOLOGI PENYAKIT HIV DENGAN NAPZA

Penularanya terjadi karena pengunaan jarum suntik bersama.Penularan


lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui :
1. Penggunaan akupunktur (tusuk jarum)
2. tato
3. tindikan
4.Penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril, sering dipakai oleh
parapengguna narkoba suntikan.
F. PATOFISIOLOGI HIV DENGAN NAPZA

Poliprotein prekursor dipecah oleh protease virus menjadi enzim


(misalnya reverse transcriptase dan protease) dan protein struktural.Hasil
pecahan ini kemudian digunakan untuk menghasilkan partikel virus
infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu dengan membran sel
pejamu. Virus infeksius baru (virion) selanjutnya dapat menginfeksi sel
yang belum terinfeksi dan mengulang proses tersebut. Dalam tubuh
ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien. Dengan
demikian, orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi.
Target virus ini adalah limfosit dan CD4+ pafda nodus limfa dan timus
selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIV akan
mungkin terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan timus
untuk memproduksi limfosit T. Tes antibodi HIV menggunakan enzym
linked imunoabsorbent assay (ELISA) yang akan menunjukan hasil positif.
Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala).
G. ASUHAN KEPERAWATAN NAPZA DENGAN HIV

A. Pengkajian
• Fisik : nyeri, ganguan pola tidur, menurunnya selara makan, konstipasi, diare,
perilaku suka melanggar norma, kebersihan diri, potensial komplikasi, jantung, hati
dsb.
• Emosional : perasaan gelisah ( takut kalau diketahui ) tidak percaya diri curiga dan
tidak berdaya
• Social : lingkungan social yang biasa akrab dengan klien biasanya adalah teman
pengguna zat, anggota keluarga lain pengguna zat lingkungan sekolah atau kampus
yang digunakan oleh para pengedar.
• Intelektual pikiran : selalu ingin menggunakan zat adiktif, perasaan ragu untuk
berhenti, aktivitas sekolah atau kuliah menurun sampai berhenti, pekerjaan terhenti.
• Spiritual : tidak ada, nilai-nilai kebaikan ditinggalkan karena perubahan perilaku
( tidak jujur, mencuri, mengancam dan lain-lain ).
• Keluarga : ketakutan akan perilaku klien, malu pada masyarakat, penghamburan
secara ekonomi oleh klien, komunikasi dan pola asuh tidak efektif, dukungan moril
terhadap klien tidak terpenuhi .
B. Diagnosa
• Koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak mampu mengatasi
keingin dengan menggunakan napza.
• Kerusakan interaksi social ( maladaptive )
• Gangguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat
sedative hipnotik
• Gangguan konsep diri : harga diri yang rendah sehubungan dengan ketidak
mampuan mengatasi masalahnya
• Resiko penularan HIV
C. Intervensi
• Diangnosa 1 : koping individu tidak efektif sehubungan dengan tidak
mampu mengatasi keingin menggunakan napza
• Tujuan : klien mampu untuk mengatasi keinginan atau sugesti
emnggunakan napza
• KH : - Pasein tidak gelisah
-Klien mampu mengatasi sugesti keinginannya menggunakan napza
• Rencana tindakan :
1. Identifikasi situasi yang menyebabkan timbulnya sugesti
2. Identifikasi perilaku ketika sugesti datang
3. Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari sugesti ingin menggunakan
zat dengan menciptakan sugesti yang lebih positif
4. Diskusikan upaya keluarga membantu klien mengurangi sugesti
5. Motivasi keluarga untuk membantu klien mampu jujur bila sugestinya
datang
• Diangnosa 2 : kerusakan interaksi social ( maladaptive )
• Tujuan : klien mengambil keputusan untuk bergaul dengan teman bukan
pengguna napza
• KH : -
• Rencana tindakan :
1. Identifikasi pengaruh teman terhadap sugesti
2. Bantu klien menilai fotor negative bila kontak dengan sesama pengguna
napza.
3. Beri dukungan akan harapan kebaikan bila bergaul lebih banyak dengan
buka penggunakan napza.
4. Bantu memutuskan hubungan dengan pengguna napza.
5. Bantu klien menghindari pengguna napza.
6. Diskusikan untuk menghargai usaha klien tidak berhubungan legi dengan
pengguna napza.
• Diagnosa 3 : ganguan kesadaran somnolent sehubungan dengan intoksikasi obat
sedative hipnotik
• Tujuan : klien mampu melakukan interaksi dan memberikan respon terhadap
stimulasi secara optimal.
• KH : -
• Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital terutama kesadaran, gejala kejang terutama 25 menit
pada jam 3 pertama, 30 menit pada 3 jam kedua, dan setiap 1 jam pada 24 jam
beritkutnya.
2. Bekerja sama dengan dokter dalam pemberian terapi medis perhatian dosis, reaksi
pasien dan lama pemberian.
3. Memberikan rangsangan fisik secara terus menerus misalnya menepuk-nepuk bahu,
memanggil nam klien.
4. Memberikan rsa nyaman dan aman dengan pengaturan posisi.
5. Observasi keseimbangan cairan.
6. Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran terganggu.
Diangnosa 4 : mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang bahaya
NAPZA dan penularan virus HIV ( melalui darah, cairan tubuh )
melibatkan keluarga atau teman sebaya dalam pengontrolan perilaku
pasien ( penggunan NAPZA ) menganjurkan penggunaan jarum disposable
( jika pasien terpaks harus menggunakan NAPZA- pengobatan
metadhone )
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai