Anda di halaman 1dari 8

MATA KULIAH :

AKUNTANSI – 1
Dosen Pengajar :
ZEIN HUSEIN SIREGAR, S.Ap., M.Ak.

KELOMPOK 6
PERSEDIAAN
DISUSUN OLEH :
♠ SULASTRI
♠ FEBRIZA JUITA SILITONGA
♠ FIBA ANNISYAH NAINGGOLAN
♠ PAULINA SARI TANJUNG
♠ FACHRUL ROZI MARBUN
PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Ada dua tujuan utama dari pengendalian atas
Persediaan adalah sebagai berikut :

1. Melindungi Persediaan
Pengedalian atas persediaan harus segera dimulai saat persediaan diterima. Dokumen
dibawah ini merupakan dokumen yang sering digunakan untuk pengandalian
persediaan
- Pesanan pembelian
- Laporan penerimaan
- Faktur pemasok

Pesanan pembelian (purchase order) memberi wewenang atas pembelian suatu


barang dari pemasok. Laporan penerimaan harus dilengkapi segera setelah barang
diterima. Laporan penerimaan (receiving report) harus dilengkapi oleh depertemen
penerimaan perusahaan sebagai akuntabilitas awal atas persediaan. Untuk memastikan
persediaan yang diterima adalah barang yang dipesan, laporan penerimaan harus
sesuai dengan pesanan pembelian barang yang dikeluarkan perusahaan.
2. Melaporkan Persediaan
Untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan
yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan
dagang perlu melakukan penghitungan fisik persediaan
(Physical Inventory), yaitu menghitung persediaan secara fisik.
Setelah jumlah persediaan sedia dihitung, biaya perolehan
persediaan dimasukkan kedalam laporan keuangan.
Kebanyakan perusahaan menggunakan satu dari tiga jenis
asumsi arus biaya untuk menentukan biaya perolehan persediaan.
Jika penghitungan fisik tidak dimungkinkan dan catatan
persediaan tidak tersedia, biaya perolehan persediaan dapat diestimasi
dengan menggunakan metode yang dijelaskan dalam lampiran di akhir bab ini.

A. Asumsi-Asumsi Arus Biaya Persediaan


Masalah akuntansi utama muncul saat barang yang identik
diperoleh dengan biaya yang berbeda pada periode tertentu.
Dalam kasus seperti ini, saat suatu barang dijual, perlu dilakukan
penentuan biaya per unit dengan menggunakan asumsi arus biaya,
sehingga dapat jurnal akuntansi yang tepat dan dapat dicatat.
Terdapat tiga asumsi arus biaya yang bisa digunakan oleh perusahaan
seperti ditunjukkan ditampilan 1.
Sebagai ilustrasi, asumsikan tiga unit identik barang X dibeli selama bulan mei.
Bulan Unit Biaya
10 Pembelian 1 Rp. 9.000
Mei 18 Pembelian 1 Rp. 13.000
24 Pembelian 1 Rp. 14.000
Total 3 Rp. 36.000

B. METODE BIAYA PERSEDIAAN DALAM SISTEM


PERSEDIAAN PERPETUAL
Seperti yang kita ilustrasikan dalam bagian sebelumnya, saat unit yang identik suatu
barang dibeli dengan biaya perunit yang berbeda, maka perlu digunakan metode arus biaya
persediaan.
Pada bagian ini metode FIFO dan biaya rata-rata tertimbang di ilustrasikan dalam
sistem persediaan perpetual. Sebagai ilustrasi, digunakan data untuk barang seperti
ditunjukkan berikut ini.
Bulan Tanggal Barang 127b Unit Biaya
1 Persediaan 1000 Rp. 20.000
4 PenjualanRp. 30.000/unit 700
10 Pembelian 500 Rp. 22.400
Jan
22 PenjualanRp. 30.000/unit 360
28 PenjualanRp. 30.000/unit 240
30 Pembelian 600 Rp. 23.300
Saat metode FIFO dari biaya persediaan digunakan, biaya dimasukkan
Dalam beban pokok penjualan dengan urutan yang sama pada saat
Biaya tersebut terjadi. Metode FIFO sering kali sama dengan arus fisik
Persediaan. Oleh karena itu metode FIFO memberikan hasil yang hampir
Sama dengan hasil yang diperoleh dari metode identifikasi biaya spesifik.

SISTEM PERSEDIAAN PERPETUAL TERKOMPUTERISASI


Catatan untuk sistem persediaan perpetual dapat dikelola secara manual.
Akan tetapi bagi perusahaan dengan jumlah barang persediaan yang begitu besar
serta transaksi pembelian dan penjualan yang banyak, sistem semacam ini memakan
biaya waktu. Di sebagian besar kasus, penyimpanan catatan sistem persediaan
perpetual dilakukan dengan sistem terkomputerisasi.
Sistem persediaan perpetual terkomputerisasi membantu manajer dalam
mengendalikan dan mengatur kuantitas persediaan. Sebagai contoh, barang
yang cepat terjual dapat dipesan ulang sebelum persediaan habis.
C. METODE BIAYA PERSEDIAAN DALAM SISTEM PERSEDIAAN PERIODIK
Saat sistem persediaan periodik digunakan, hanya pendapatan yang
dicatat setiap kali terjadi penjualan. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada
saat penjualan untuk mencatat beban pokok penjualan. Pada akhir periode
akuntansi, penghitungan fisik persediaan dilakukan untuk menghitung biaya
persedian dan beban pokok penjualan.
Seperti sistem persediaan perpetual, asumsi arus biaya harus dibuat ketika
urutan yang identik diperoleh dengan biaya per unit yang berbeda dalam
periode tertentu.

Metode Masuk-Pertama, Keluar-pertama (FIFO)


Untuk memberi ilustrasi mengenai metode FIFO dalam sitem persediaan
periodik kita akan menggunakan data yang sama untuk barang 127B dalam
ontoh persediaan perpetual. Persediaan awal dan pembelian barang 127B pada
Bulan januari adalah sebagai berikut.
Bulan Tanggal Barang Unit Biaya Total
1 Persediaan 1000unit Rp. 20.000/unit Rp. 20.000.000
Jan 10 Pembelian 500unit Rp. 22.400/unit Rp. 11.200.000
30 Pembelian 600unit Rp. 23.300/unit Rp. 13.980.000
Tersediauntukdijual selamabulanberjalan 2.100unit Rp. 45.180.000

Penghitungan fisik pada tanggal 31 januari menunjukkan terdapat sisa persediaan


sebanyak 800 unit. Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan
pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling akhir. Biaya 800 unit dalam
persediaan akhir pada tanggal 31 Januari dihitung sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai