Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

PADA ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG


NICU RSUD TOTO KABILAKABUPATEN BONE BOLANGO
Vindi Aulia
Doda
Menurut World Health Organization (WHO) setiap
tahunnya kira-kira 3% (3,6juta) dari 120 juta bayi
3% baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
meninggal.
WHO
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak
57% meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir
di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), traumalahir, tetanus
57% neonatorum, infeksi lain dan kelainan
congenital(WHO, 2012).
INDONESIA
Sesuai data Dinas kesehatan Provinsi Gorontalo
prevalensi asfiksia neonatorum bervariasi setiap
kabupaten kota, antara lain di Kabupaten Boalemo
242 bayi, Kabupaten Gorontalo 625, Kabupaten
Pohuwato 123, Kabupaten Bone Bolango 357,
GORONTALO
Kabupaten Gorontalo Utara 240 dan Kota
Gorontalo 140 (Laporan pencapaian Indikator
2019).
Asfiksia Neonatorium

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan


dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah
lahir.Hal ini disebabkan oleh hipoksia
janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang
timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir.
Asfiksia Neonatorium

Asfiksia terjadi akibat gangguan pertukaran gas atau


transportasi O2.Keadaan ini dapat mempengaruhi fungsi
sel tubuh. Gangguan pada transportasi O2 menyebabkan
kadar O2 dalam tubuh bayi berkurang dan CO2
meningkat, sehingga bayi mengalami pola pernapasan
abnormal dimana napas bayi cepat (takipnea). Takipnea
merupakan salah satu data mayor dari masalah pola
napas tidak efektif (Ridha, 2014).

Pola napas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi


dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat (PPNI, 2016)
Etiologi

Faktor Ibu
Faktor Tali Pusar Faktor Bayi
•Preklamsia dan eklampsia
•Pendarahan abnormal •Lilitan tali pusat •Bayi premature
•Partus lama atau partus •Tali pusat pendek •Persalinan dengan
macet •Simpul tali pusat tindakan
•Demam selama persalinan •Prolapsus tali pusat •Kelainan bawaan
infeksi berat •Air ketuban bercampur
•Kehamilan lewat waktu mekonium
PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir
tergantung pada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Bila
terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan
bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian asfiksia yang terjadi dimulai
suatu periode apnu disertai dengan
penurunan frekuensi.
KLASIFIKASI
Bayi normal atau tidak asfiksia Asfiksia ringan
skor APGAR 8-10. Bayi skor APGAR 5-7. Bayi
normal tidak memerlukan dianggap sehat, dan tidak
resusitasi dan pemberian memerlukan tindakan
oksigen secara terkendali. istimewa tidak memerlukan
pemberian oksigen dan
tindakan resusitasi.

ASFIKSIA

Asfiksia Berat Asfiksia Sedang


skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi skor APGAR 3-4. Pada
segera secara aktif, dan pemberian oksigen pemeriksaan fisik akan terlihat
terkendali, karena selalu disertai asidosis. Maka frekuensi jantung lebih dari
perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% 100/menit, tonus otot kurang
dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan cairan baik atau baik, sianosis, reflek
glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan iritabilitas tidak ada dan
via vena umbilika. Pada pemeriksaan fisik memerlukan tindakan
ditemukan frekuensi jantung kurang dari resusitasi serta pemberian
100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan oksigen sampai bayi dapat
kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak bernafas normal.
ada.
KOMPLIKASI
Otak hipoksik iskemik ensefalopati,
edema serebri, palsi serebralis

hipertensi pulmonal persisten pada


Jantung Dan neonatus, perdarahan paru, edema
paru-paru paru.

Ginjal tubular nekrosis akut, siadh

Gastrointerestinal enterokolitis nekrotikan.

Hematologi
Dic
Teori diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan pada bayi
dengan Asfiksia Neonatorum
adalah :
• Ketidakefektifan pola nafas
• Gangguan pertukaran gas
• Resiko termoregulasi tidak aktif
• Resiko cedera
Pada kasus By. M.T ditemukan 2 diagnosa
keperawatan yaitu :
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan termoregulasi
Rencana Tindakan
Setelah diagnose keperawatan telah didapatkan maka
selanjutnyaa yaitu perencanaan. dalam studi kasus ini
rencana keperawatan dengan intervensi yang sama telah
direncanakan berdasarkan kondisi klien sesak maka
diberikan pemenuhan oksigen.

Implementasi
Semua tindakan yang dilaksanakan pada tahap
ini selalu berorientasi pada rencana keperawatan
yang telah dilaksanakan.hal ini ditunjang oleh
sikap yang kooperatif dari keluarga sehingga
memudahkan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. selain itupartisipasi dari keluarga
dalam melaksanakan asuhan keperawatan untuk
mencapai keberhasilan dari program pengobatan
dan perawatan klien yang telah disepakati
sebelumnya sangat baik.

Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.


evaluasi meliputi hasil dan evaluasi proses. setelah 3 hari diberikan
tindakan keperawatan penulis mengevaluasi perkembangan bayi
M.T dilihat dari hasil tanda-tanda vital, pada bayi M.T yang
dilakukan intervensi pemasangan O2 sebanyak 5L selama 3 hari dan
didapatkan hasil dari 3 masalah keperawatan dapat teratasi dan
menunjukan kearah kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai