Anda di halaman 1dari 108

VEKTOR PENYAKIT

DAN
PENGENDALIANNY
Oleh :
A
Acep Effendi, SKM, M.Si
Materi Kuliah FK. UNDANA 2018

Bahan Kuliah.FKM-FK UNDANA


TANTANGAN PENYAKIT
TULAR VEKTOR
• Penyakit menular ---> tidak mengenal
batas wilayah
• Pergerakan orang dan barang
• Perubahan lingkungan sebagai pemicu
munculnya berbagai penyakit
• New emerging dan re-emerging diseases
• Kesepakatan global untuk eradikasi dan
eliminasi

Acep.Effendi.Bahan 2
Kuliah.FKM-FK UNDANA
DASAR PENGENDALIAN
VEKTOR
• INDENTITAS VEKTOR SASARAN
• BIOEKOLOGI VEKTOR SASARAN
• PILIH ALTERNATIF CARA CONTROL
• PILIH PESTISIDA (MANAGEMENT)
• TENTUKAN CARA APLIKASINYA

Acep.Effendi.Bahan 3
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR
DI INDONESIA TERMASUK NTT :
DISTRIBUSI LUAS / BERAT:
MALARIA
DBD & DEMAM DENGUE
CHIKUNGUNYA Penyakit Tular Nyamuk
FILARIASIS
 ZIKA...(Sikka/NTT 2016..?) (ada Semua di NTT )

DISTRIBUSI LOKAL/FOKUS:
PES
JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)
LEPTOSPIROSIS
HANTA VIRUS

VEKTOR: PUBLIC HEALTH PROBLEM YG LAIN:


LALAT
KECOA
RODENT

08/24/2020 Acep.Effendi,2016
SEBARAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOSIS DI PROV. NTT

RABIES ZONE FILARIASIS ZONE


ALOR
FLOTIM
ANTRAKS ZONE MANGGARAI
DBD
DBD
MABAR
ENDE
DBD
LEMBATA

DBD SIKKA
NGADA

DBDZONE
ANTRAKS NE TTU

ZO
SUMBA TIMUR
SUMBA BARAT
MALARIA JE KUPANG BELU

DBD
DBDDBD
KOTA
TTS

ROTE NDAO N
DBD
W E
FILARIASIS ZONE
S

08/24/2020 Acep Effendi


TUJUH LANGKAH
PENGENDALIAN VEKTOR

1. Identifikasi vektor dan pemetaan masalah


2. Prioritasisasi wilayah
3. Upaya-upaya sanitasi lingkungan
4. Upaya pencegahan/pengendalian vektor tanpa
insektisida
5. Upaya darurat penggunaan insektisida
6. Monitoring dan evaluasi
7. Tindak lanjut dan rekomendasi

Acep.Effendi.Bahan 6
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU

VBD SURVEILLANCE STANDARISASI


PEDOMAN
JUKLAK
JUKNIS

MENURUNNYA
PROTEKSI DIRI
R

SANITASI
INSPEKSI SANITASI BREEDING
LINGKUNGN E PLACES
S MANAJEMEN
U
VECTOR CONTROL
R LINGKUNGN E POPULASI
V KEG PROGRAM/ VEKTOR RESIKO INSIDENS
E PENGENDALIAN SEKTOR TERKAIT KEBERADAAN PENYAKIT
I VEKTOR & BERSUMBER
L VEKTOR S UMUR
VEKTOR BPP VEKTOR
A KEDARURATAN
N
S

V KONTAK
E MANUSIA
K VEKTOR
T
O PEMBERDAYAA
R N MASYARAKAT A BIMBINGAN
KEMITRAAN
BTKL MONEV
KKP
DINKES
Acep.Effendi.Bahan 7
Loka Litbang PPBB
Kuliah.FKM-FK UNDANA
TANTANGAN & HAMBATAN PENGENDALIAN
VEKTOR
• Informasi vektor belum menjadi kekuatan utama untuk digunakan sebagai
dasar pengendalian vektor
 Belum optimalnya surveilans vektor berdasarkan lokal spesifik
 Belum optimalnya monitoring dan evaluasi penggunaan
insektisida
• Pengendalian vektor secara kimiawi masih menjadi pilihan utama
 meluasnya daerah yang vektornya sudah resisten terhadap
insektisida
• Perlu pengembangan teknologi pengendalian vektor yang tepat guna dan
ramah lingkungan
• Integrated Vektor Management (IVM) belum dilaksanakan secara
menyeluruh, baik lintas sektor maupun lintas program.
• Belum ada pengelola program khusus surveilans vektor di Dinkes provinsi
dan Dinkes kab/kota
 Tenaga Entokes dan sarana (insektarium) masih sangat minim.

Acep.Effendi.Bahan 8
Kuliah.FKM-FK UNDANA
TANTANGAN & HAMBATAN PENGENDALIAN
VEKTOR
• KLB (Re/New Emerging Diseases) : musim,
mobilitas penduduk, dan perubahan lingkungan
fisik dan masuknya new emerging diseases (tular
vektor) melalui inter-national traffic
• Tuntutan masyarakat terhadap layanan prima
dalam pengendalian vektor

Acep.Effendi.Bahan 9
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGERTIAN & MACAM2 VEKTOR

• Secara sederhana vektor


diartikan sebagai Arthropoda
pembawa/penyebar patogen.

• Dibedakan menjadi :
- Vektor Mekanis
- Vektor Biologis

Acep.Effendi.Bahan 10
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor Mekanis
• Suatu proses transmisi dimana patogen
ditransmisikan secara kebetulan terikut di
tubuh vektor (pathogen tidak mengalami
perubahan secara biologis) dan ditularkan
kepada host.

Acep.Effendi.Bahan 11
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor Biologis
• Proses transmisi dimana patogen
mengalami perubahan bentuk
secara biologis (tumbuh dan
berkembangbiak) dalam tubuh
vektor.

Acep.Effendi.Bahan 12
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pembagian Vektor Biologis
• Siklopropagatif
• Siklodevelopmental
• Propagatif

Acep.Effendi.Bahan 13
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Siklopropagative
• Patogen dalam tubuh vektor
mengganda (bertambah banyak) dan
membesar (merubah bentuk).
• Misalnya pada Plasmodium malaria,
akan bertambah banyak dan berubah
bentuk dalam sel darah merah.

Acep.Effendi.Bahan 14
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Siklus Hidup Nyamuk
SPOROZOIT
Manusia

Plasmodium Exo eritrositer Hati

Merozoit Exo Sisogoni


Eritrositer

Sel Darah Hati


Merah

Hipnosoit
Fase eritrositer

Troposoit darah Morozoit

Zison
Gametogoni
Gametozoit
Nyamuk

08/24/2020 Sporozoit ookista


Acep Effendi. 2015 ookinet Zigot 15
Nyamuk ke MC
Bentuk Parasit

Host Intermediat : Trophozoit

- Trophoizoit
- Schizont
- Gametocyt

Schizont

Host Definitif :
- Zygot
- Sporozoit Gametocyt

08/24/2020 16
Siklodevelopmental
• pathogen dalam tubuh vektor tidak
mengalami penambahan dalam jumlah
tetapi mengalami perubahan bentuk.
• Sebagai contoh pada kasus filariasis,
mikrofilaria mengalami perubahan
bentuk menjadi cacing dewasa.

Acep.Effendi.Bahan 17
Kuliah.FKM-FK UNDANA
18
Acep.Effendi.Bahan Siklodevelopmental cacing filariasis
Kuliah.FKM-FK UNDANA
VEKTOR FILARIASIS
• NYAMUK MERUPAKAN VEKTOR FILARIASIS
• DI INDONESIA ADA 23 SPESIES NYAMUK YANG
DIKETAHUI BERTINDAK SEBAGAI VEKTOR DARI
GENUS: MANSONIA, CULEX, ANOPHELES, AEDES
DAN ARMIGERES.
• W.BANCROFTI PERKOTAAN VEKTORNYA CULEX
QUINQUEFASCIATUS
• W.BANCROFTI PEDESAAN: ANOPHELES, AEDES
DAN ARMIGERES
• B.MALAYI : Mansonis spp, An. barbirostris
• B.TIMORI : An.barbirostris

Acep.Effendi.Bahan 19
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENYAKIT KAKI GAJAH (FILARIASIS) PADA KAKI
FILARIASIS PADA PAYUDARA & ALAT KELAMIN
FILARIASIS PADA ALAT KELAMIN LAKI-LAKI
PENDERITA KAKI GAJAH (FILARIASIS)
PADA ANAK-ANAK
HOSPES DIFINITIF
• MANUSUA MERUPAKAN HOSPES DEFINITIF
• HAMPIR SEMUA DAPAT TERTULAR TERUTAMA
PENDATANG DARI DAERAH NON-ENDEMIK
• BEBERAPA HEWAN DAPAT BERTINDAK
SEBAGAI HOSPES RESERVOIR
• DI INDONESIA HANYA Brugia malayi YANG
DAPAT MENGINFEKSI HEWAN
• HEWAN TERSEBUT ADALAH: LUTUNG
(Presbythis cristata), KERA EKOR PANJANG
(Macaca fascicularis) DAN KUCING (Felis catus)

Acep.Effendi.Bahan 27
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Propagative
• Patogen dalam tubuh vektor tidak
berubah , tetapi jumlahnya bertambah
banyak.
• Virus Dengue bertambah banyak didalam
tubuh Aedes aegypti.

Acep.Effendi.Bahan 28
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor DD/DBD/DC

Aedes aegypti Aedes albopictus


Acep.Effendi.Bahan 29
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Teori Kevektoran

Postulat Barnett
Dikatakan suspect vector karena ada
bukti telah terjadi kontak dengan
manusia.
Dalam tubuh suspect vector ditemukan
patogen yang berada dalam stadium
yang infektif.
Stadium infeksi harus dapat
dikembalikan pada inang yang baru dan
menimbulkan penyakit.
Coinsidensi dalam tempat dan waktu,
antara kejadian penyakit dan
peningkatan populasi.
Acep.Effendi.Bahan 30
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Karakteristik Vektor Penyakit
Jenis vektor dan penyakit berbeda ;
- Pengaruhi agent penyakit yang ditularkannya,
- Kecocokan agent dg vektor yg mrp Host/reservoar
- Agent sangat dipengaruhi o/ Bionomik, Perilaku
vektor

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 31
FK UNDANA
- Vektor penyakit Protozoa oleh nyamuk;
Malaria, filariasis limfatik & Penyakit virus DBD, JE,
Chik).
- Vektor peny Bakteri oleh Xenopsylla cheopis (Pinjal)
reservoar Tikus ; Pes atau sampar.
- Vektor mekanik oleh Musca domestica (Lalat Rumah) ;
Amebiasis, disentri basilaris dan penyakit cacing usus
- Vektor mekanik lainnya o/ Periplaneta (Kecoa) ;
Amebiasis, lambliassis dan askariasis,

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 32
FK UNDANA
Macam-macam
Pemberantasan Vektor
• Kimia
• Biologi
• Fisik
• Pengelolaan Lingkungan
• Modifikasi Lingkungan
• Genetik
• Legislasi / Per-UU (Contoh : PERDA NTT,
No.3 Th. 2005 ttg Pemberantasan Nyamuk

PENDEKATAN PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT


Integrated Vector Management (IVM)
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 33
FK UNDANA
GENUS & SPESIES NYAMUK

Di Dunia : 2.960 spesies,


Di Indonesia : 457 sp ;
- Anopheles (80 sp)  NTT : 15 sp
- Culex (82 sp)
- Aedes (125 sp)
- Mansonia (8 sp)
- Sisanya genus blm pasti dlm penularan
penyakit (Armigeres, Toxorhynchitini, Malaya,
Coquillettidia)

08/24/2020 Acep.Effendi,2016
Kemenkes RI, 2011
Aedes albopictus
Anopheles. sp
a s is, Mansonia. sp
a
ila ri i k
& F a,Z
a y
Ma lari , JE g un
a sis u n
ar i h ik
Fi l , C
D
D ,D
DB

Anopheles. sp Culex. sp Aedes aegypti


35
36
VEKTOR (NYAMUK)

Syarat-syarat Nyamuk Menjadi Vektor :


 
1 . Umur nyamuk ;

Plasmodium (Malaria):
P. Vivax 7 hr, P. falciparum 10 hr, & P. malariae 14– 16 hr.

Larva cacing (Filariasis) :


a. Larva cacing Brugia timori pada nyamuk An.
barbirostris 12 hari, Aedes togoi 7 ½ hari.
b. Larva cacing Wuchereria bancrofti pada nyamuk An.
vagus 12 hari (Purnomo, et al, 1976)

Dengue (DBD) :
Pada nyamuk Aedes aegypti selama 8 – 10 hari (U.S. Dep.
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 37
Of Health, 1977) FK UNDANA
Perkiraan umur nyamuk dapat dihitung dg perhitungan:
 
A
P = B
 
P = Peluang hidup nyamuk setiap hari.
A = lama siklus gonotropik dalam hari.
B = Proporsi parous dari sejumlah nyamuk yang diperiksa kandung
telurnya.

Perkiraan Umur Nyamuk = 1


p
- log e
log e = bilangan tertentu.
 
Menurut White, 1981 siklus gonotropik untk nyamuk An.
balabacensis adalah selama 3 hari.

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 38
FK UNDANA
2. Kontak antara Manusia dengan Nyamuk
a. Hospes
b. Frekuensi Menggigit
c. Hubungan frekuensi menggigit dengan
perkembangan parasit di dalam tubuh
nyamuk.

3. Kerentanan nyamuk terhadap Penyakit


4. Kepadatan Nyamuk
5. Sumber Penularan

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 39
FK UNDANA
HOST

AGENT ENVIRONMENT
1. HOST (PENJAMU)
a. MANUSIA = Host Intermediate,
Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat
Malaria sebelumnya, Cara Hidup,
Sosial ekonomi, status gizi dan
immunitas.

b. Nyamuk Anopheles = Host Definitive


Di dunia = 400 spesies Anopheles, 67
sp dpt menularkan malaria: 24
diantaranya terdapat di Indonesia;
Vektor utama Anopheles di Indonesia
adalah: An. aconitus; An. punctulatus;
An. farauti; An barbirostris, An.
40
Acep.Effendi.Bahan sundaicus; An. macultus.
Kuliah.FKM-FK UNDANA
MALARIA VECTOR IN NTT PROVINCE

Vector : ( Riset 1973-1989)


Source :
An. subpictus
- Dien et all, Soeroto
An. barbirostris
- NAMRU
An. sundaicus
- Kemenkes RI
Suspect : ( Riset, 1954-1990)
An. aconitus
An. maculatus
An. subpictus : Sikka and Reo (Manggarai)
An. vagus : Sujud, 1990 (TTS)
Acep.Effendi,2016
PEMETAAN
PENYEBARAN NYAMUK VEKTOR MALARIA
ANOPHELES DI PROP. NTT
DI PROVINSI NTT, 2016
1, 2, 3, 4
L A U T F L O R E S
P.ADONARA
1, 2, 3, 4 LARANTUKA
KALABAH
LEMBATA

P.KOMODO
RUTENG MAUMERE P. SOLOR
1, 2, 3, 4
ENDE
BAJAWA 1, 2, 3, 4,
1, 2, 3, 4, 6 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9 DILLI
1, 3, 5 1,2,3,4,5,6,9,11,13
ATAMBUA
S EL A T SU MB A

TTU
2, 3, 4, 6
WAIKABUBAK 2, 3, 4, 6

WAINGAPU
1, 2, 3, 4, 6 TTS 1, 2, 3, 4, 6, 7
10,11,12 L A U T S A W U
P. SAWU
KUPANG
1, 2, 3, 4, 5, 6

1. An1.subpictus, 2.An.sundaicus,
An subpictus - 2. An aconitus3. -An vagus,
3. An 4. An
vagus P. ROTI
U
barbirostris, 5. An maculatus,
4. An barbirostris 6. An annularis,
- 5. An maculatus - 6. An7.annularis
An
7. Mansonia
aconitus sp - 8. An 9.
8. An indefinitus, sundaicus - 9. An indefinitus
An. flavirostris, 10. An.
Tessalatus, 11. An. Kochi, 12. An. umbrosus, 13.
An.minimus, 14.An.punctulatus, 15.An.balabacensis Acep.Effendi,2016
Pemetaan Vektor Malaria berdasarkan
Ketinggian tempat /satuan Ekologi di NTT

An.maculatus
An.umbrosus
An.aconitus An.maculatus
An.barbirostris An.balabacensis
An.vagus
An.anullaris
An.punctulatus
Mansonia, spp
An.sundaicus HUTAN & SUNGAI
An.subpictus

PERKEBUNAN
SAWAH/
Kolam
RAWA 2

LAGOON MATA AIR /


( Mangrove ) ALIRAN SUNGAI

Acep.Effendi,2016
AEDES AEGYPTI BETINA
• Umur Aedes aegypti betina + 14
hr, dpt mencapai 2-3 bulan.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah berkali-kali
• Aktifitas tinggi pd pagi & sore hr
• Setiap kali mengisap darah,
sambil mengeluarkan air liur yg
KONDISI SEBELUM KENYANG DARAH berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah untuk pematangan telur.
• Proses pematangan telur 3-4 hr.
• Sekali bertelur : 100-200
butir/ekor
• Jarak terbang ±100 meter
• Nyamuk dan tempat
perkembang biakannya banyak
ditemukan disekitar/didalam 44
Acep.Effendi.Bahan
KONDISI SETELAH KENYANG DARAH
rumah
Kuliah.FKM-FK UNDANA
SIKLUS HIDUP NYAMUK Aedes aegypti

Nyamuk dewasa + betina 14 hari

Pupae (1-2 hari) Larvae (5-7 hari) Telur


Acep.Effendi.Bahan 45
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Telur Aedes

Diletakkan sedikit diatas permukaan
air dan menempel di dinding
penampungan air
• Di tempat kering dapat bertahan
sampai 6 bulan yang akan langsung
menetas bila terkena air (musim hujan)

Acep.Effendi.Bahan 46
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Jentik Aedes
• Sering ditemukan ditempat penampungan air
yang jernih (bak mandi, ban bekas, sampah
plastik, dispenser, dll)
• Usia 6-8 hari lalu menjadi pupa
• Fase paling mudah di intervensi, karena :
– Luas tempat hidup terbatas (bak, ban, dll)
– Mudah ditemukan
– Mudah dibasmi (kuras, dikubur, dikeringkan,
abatisasi)

Acep.Effendi.Bahan 47
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Larva Aedes aegypti

Acep.Effendi.Bahan 48
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pupa Ae. aegypti
• Fase tidak makan.
• Usia 1-2 hari lalu
menjadi nyamuk
dewasa.
• Indikator bahwa di
tempat tersebut sudah
lama (lebih dari 1
minggu) tidak dilakukan
PSN. PSN harus lebih
digiatkan.

Acep.Effendi.Bahan 49
Kuliah.FKM-FK UNDANA
BREEDING PLACES
DHF VECTORS

Acep.Effendi.Bahan 50
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat Aedes

Acep.Effendi.Bahan 51
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat Aedes

Acep.Effendi.Bahan 52
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PEMBERANTASAN JENTIK
NYAMUK PENULAR DBD

Acep.Effendi.Bahan 53
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pemakaian repelent

Acep.Effendi.Bahan 54
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ikan predator

Acep.Effendi.Bahan 55
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Tanaman pengusir

Acep.Effendi.Bahan 56
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pestisida rumah tangga
• Obat nyamuk bakar
• Space spray
• Elektrik
• Dll

Larvasida (Abate)

Acep.Effendi.Bahan 57
Kuliah.FKM-FK UNDANA
JAPANESE ENCEPHALITIS/JE (Penyakit Radang Otak)

 JE adalah penyakit radang otak yang disebabkan oleh flavivirus


yang disebut Japanese Encephalitis (JE); ditularkan oleh nyamuk.
 Pertama kali ditemukan di Jepang; Tahun 1871 dengan nama
Japanese Encephalitis (JE)
 Tahun 1924 pernah terjadi wabah JE di Jepang yang menimbulkan
korban 6.000 jiwa .
 Virus JE pertama kali diisolasi dari jaringan otak penderita pada
tahun 1935
 Vektor utama penularan JE di Jepang adalah nyamuk Culex
Tritaeniorhynchus yang menyebar ke semenanjung Korea, Cina
dan ke Negara-negara Asia lainya termasuk Indonesia.
 Manusia dapat tertular secara kebetulan bila densitas nyamuk
Culex sangat padat. Tidak semua manusia yang digigit Culex yang
terinfeksi menunjukan gejala klinis encephalitis.
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 58
FK UNDANA
CARA PENULARAN
JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 59
FK UNDANA
UPAYA PENANGANAN

Secara Garis besar, upaya penanggulangi penyakit


– penyakit yang ditularkan oleh nyamuk meliputi

• Penemuan dan Pengobatan Penderita


• Perubahan Perilaku dan Partisipasi
Masyarakat
• Pengendalian Vektor / Nyamuk

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 60
FK UNDANA
• Penemuan dan Pengobatan Penderita
 Aktif: Pencarian dan Pengobatan Penderita langsung ke
masyarakat.
 Pasif: Pencarian dan Pengobatan penderita melalui fasilitas-
fasilitas kesehatan. Masyarakat yang datang untuk mencari
pertolongan/pengobatan

2. Perubahan Perilaku dan Partisipasi Masyarakat


 Upaya promosi dan penyuluhan kesehatan sehingga masyarakat
tahu dan mau melakukan upaya-upaya perlindungan diri
terhadap gigitan nyamuk dan mencari pengobatan segera jika
sakit.
 Mendukung dan mengfasilitasi masyarakat agar mau terlibat
aktif dalam upaya-upaya penanggulangan penyakit-penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 61
FK UNDANA
3. Pengendalian/Pemberantasan Nyamuk
 Biologis: Pengendalian/pemberantasan nyamuk secara alami
menggunakan musuh alami nyamuk, misalnya dengan penebaran
ikan kepala timah (Ikan pemakan jentik)
 Kimiawi: Pengendalian/pemberantasan nyamuk dengan
menggunakan bahan kimia yang dianggap aman untuk ekosistem
dan kesehatan manusia. Misalnya penebaran ABATE, fogging,
penyemprotan rumah dengan Icon, malathion, dll.
 Penataan Lingkungan: Pengendalian/pengendalian nyamuk dengan
cara menata lingkungan sehingga tidak menjadi tempat
berkembang biak/sarang nyamuk. Contohnya gerakan
pemberantasan sarang nyamuk 3 M (MENUTUP, MENGUBUR,
MENIMBUN).
 Legislasi / Per- UU ( PERDA NTT. No. 3 Tahun 2005, tentang
Pemberantasan Nyamuk)

Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 62
FK UNDANA
SASARAN PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
(Nyamuk Anopheles sp)
Penyemprotan
Rumah dg
Nyamuk Insektisida (IRS)
Dewasa Kelambunisasi
(LLITNs)
Kasanisasi (Kasa
PENGENDALIAN Ventilasi)
VEKTOR
MALARIA Larviciding
Telur &
Jentik Manaj. Lingk

Biological control
Acep.Effendi,2016
VEKTOR MEKANIK

Acep.Effendi.Bahan 64
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Klasifikasi :
O r d o
D I P T E R A

S u b o r d o S u b o r d o
B R A C H Y C E R A C Y C L O R R H A P H A

F a m ili F a m ili
T a b a n id a e M u s c id a e

C a llip h o r id a e

S a r c o p h a g id a e

H ip p o b o s c id a e

G a s t e r o p h ilid a e

O e s t r id a e
Acep.Effendi.Bahan 65
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Subordo : Brachycera
Famili : Tabanidae
• Terdiri dari 3 genus :
• Tabanus
• Chrysops
• Haematopota

Acep.Effendi.Bahan 66
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Subordo : Cyclorrhapha
Famili : Muscidae

Terdiri dari 3 genus penting:


• Musca
• Stomoxys
• Haematobia

Acep.Effendi.Bahan 67
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Musca domestica
(Lalat rumah)

Acep.Effendi.Bahan 68
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi Musca domestica

• Daur hidup : Telur – Larva – Pupa – Dewasa/imago


(metamorfosis sempurna)
• Telur, berbentuk seperti pisang, warna krem, diletakkan
berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 100 – 150 butir.
• Tempat peletakan telur yang disukai adalah manur, feses,
sampah organik yang membusuk dan lembab. Menetas 6-8 jam.
• Larva berbentuk maggot, berwarna krem, ukuran 10 –12 mm.
Terdiri dari 3 instar, lama stadium larva 5 hari.

Acep.Effendi.Bahan 69
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi Musca domestica
• Sebelum menjadi pupa, larva mencari tempat yang kering
• Pupa berbentuk barel, kecoklatan. Lama stadium pupa 3-4 hari.
• Lalat menetas dari pupa melalui kantung di bagian atas kepala
yang disebut ptilinum.
• Jarak terbang lalat mencapai 20 mil
• Lalat bertelur setelah 4-8 hari kawin. Makanan lalat dapat
berbentuk cair, semi padat dan padat.
• Lalat mempunyai tipe mulut menghisap, labium memanjang
terbagi menjadi 2 labellum di bagian distal. Mempunyai
pseudotrachea yang merupakan saluran untuk menghisap.

Acep.Effendi.Bahan 70
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Telur :
Daur Hidup Lalat •Berbentuk seperti
pisang (1-2mm)
•Berwarna putih susu
•Diletakkan di tempat
yang lembab
•Menetas (6-8 jam)

Pupa :
•24 jam pertama,
kulit mengeras,
kutikula berubah
warna menjadi Larva :
coklat tua hampir •Terdiri dari 3 instar larva
hitam • bentuk silinder,tipis dengan
• 3-4 hari anterior berbentuk kerucut
(kepala) dan posterior yang
lancip
• tembus cahaya (I,II) dan
putih /kekuningan (III)
• 5 hari

Acep.Effendi.Bahan 71
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pulvilus, konturnya seperti busa/spons

Acep.Effendi.Bahan 72
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Kerugian yang ditimbulkan
: • Penular berbagai jenis penyakit
perut pada manusia (disentri,
kolera, diare)
• Menimbulkan gangguan higienis
pada peternakan
• Status higiene dan sanitasi

Acep.Effendi.Bahan 73
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Lalat hijau
Chrysomya megacephala

Acep.Effendi.Bahan 74
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Chrysomya megacephala
(Lalat Hijau)
• Metamorfosis sempur : telur, larva, pupa dan dewasa.
• Dewasa ukuran sedang hingga besar, berwarna hijau,
abu-abu, perak mengkilat, abdomen berwarna gelap
• Berkembangbiak di bahan yang cair, atau semi cair
yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai,
sampah hewan, dan tanah yang mengandung kotoran
hewan.
• Juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia.

Acep.Effendi.Bahan 75
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Chrysomya megacephala
(Lalat Hijau)
• Jumlah telur rata-rata 254 butir, menetas 9 –
10 jam.
• Lama stadium larva sekitar 4 hari.
• Lalat dewasa dapat hidup sampai 105 hari.
• Biasanya hidup di sekeliling permukiman, pada
populasi yang tinggi masuk ke dalam rumah di
sekitar dapur

Jenis lalat hijau lain yang ada di Indonesia


adalah Chrysomya bezziana, jarang di
permukiman, banyak ditemukan di padang
gembala. Acep.Effendi.Bahan 76
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Chrysomya megacephala
(Lalat Hijau)

Masalah kesehatan yang ditumbulkan :

- Miasis
- Lalat jenis ini dilaporkan membawa telur
cacing Ascaris lumbricoides dan Tricuris
trichiura.

Acep.Effendi.Bahan 77
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga sp.
(Lalat daging)

Acep.Effendi.Bahan 78
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga spp.
- Berwarna abu-abu, berukuran sedang sampai
besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya.
- Mempunyai tiga garis gelap pada bagian
dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak
seperti papan catur.
- Bersifat viviparus dan mengeluarkan larva
hidup pada tempat perkembangbiakannya
sperti daging, bangkai, kotoran dan sayur-
sayuran yang sedang membusuk.
- Umumnya ditemukan di pasar dan warung
terbuka, pada daging, sampah dan kotoran,
jarang memasuki rumah.
Acep.Effendi.Bahan 79
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga spp.

• Masalah kesehatan yang ditumbulkan :

• Lalat jenis ini dilaporkan juga membawa telur cacing


Ascaris lumbricoides (cacing gilig) dan Tricuris trichiura
(cacing cambuk).

Acep.Effendi.Bahan 80
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)

Acep.Effendi.Bahan 81
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)
•Bentuknya menyerupai lalat rumah, tetapi berbeda pada struktur
mulutnya (probosis) meruncing berfungsi menusuk dan menghisap
darah.
•Metamorfosis sempurna, dengan siklus hidup berkisar 3-5 minggu
•Lalat betina harus mendapatkan darah untuk produksi telurnya, telur
diletakkan pada manur atau kotoran hewan, sampah sayuran,
potongan rumput, telur menetas dalam beberapa hari.
•Fase larva, tahap makan, berlansung 1-3 minggu, pupa 1 minggu.

Acep.Effendi.Bahan 82
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)
•Lalat sering dijumpai di sekitar kandang pada peternakan sapi perah
atau sapi yang selalu dikandangkan, kadang menyerang manusia
menggigit pada daerah kaki atau bagian bawah.
•Menyebabkan produksi susu dan daging menurun.

Acep.Effendi.Bahan 83
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGENDALIAN LALAT
• Meningkatnya jumlah lalat di suatu daerah
dapat dianggap sebagai sebuah indikator
efisiensi pembuangan sampah dan standard
sanitasi di suatu daerah.
• Beberapa pertimbangan : (1) Sumber serangga
tersebut, (2) Bagaimana populasi serangga
tersebut biasa meningkat?, (3) Bagaimana
derajat gangguannya pada individu dan
komunitas, dan (4) Peran serangga terhadap
penularan penyakit bakterial dan viral.
Acep.Effendi.Bahan 84
Kuliah.FKM-FK UNDANA
METODE NON KIMIAWI
• Hygiene dan sanitasi
• Kertas perekat lalat
• Perangkap lampu (light trap) yang
dapat membunuh lalat dewasa
dengan aliran listrik.

Acep.Effendi.Bahan 85
Kuliah.FKM-FK UNDANA
METODE KIMIAWI
• Penggunaan insektisda golongan
organofosfat, karbamat, piretrin dan
berbagai jenis piretroid sintetik.
• Larvasida (pembunuh larva)
• Repelan (penolakan lalat)
• Residual surface spray (pembunuhan lalat
dewasa dengan cara penyemprotan residu
permukaan)
• Space spray (penyemprotan ruangan)
• Bait (pengumpanan).
Acep.Effendi.Bahan 86
Kuliah.FKM-FK UNDANA
VEKTOR ; Kecoa/Lipas

Acep.Effendi.Bahan 87
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi lipas
• Ordo Orthoptera, ordo Dictyoptera atau Blattodea,
Blattaria
• Tubuhnya oval, gepeng, Mulut: gigi geraham yang
kuat
• 2 ps sayap, lebar dan kokoh, terdapat tegmina
• Warna:coklat muda - gelap
• Ukuran panjang 1-5 cm
• Antena yang panjang, jarang terbang, berjalan
sangat cepat.
Acep.Effendi.Bahan 88
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Acep.Effendi.Bahan 89
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Dur hidup lipas
Metamorfosis sederhana (telur, nimfa, dewasa)

Acep.Effendi.Bahan 90
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Telur di dalam ooteka

Acep.Effendi.Bahan 91
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi lipas
Betina meletakkan telurnya di dalam kantung disebut ooteka,
berisikan 16-50 butir telur.
Ooteka seperti dompet, berwarna coklat kehitaman, diletakkan
pada sudut-sudut perabot yang gelap dan lembab, pada beberapa
spesies ooteka menempel di abdomen dibawa kemana-mana.
Telur menetas 42-81 hari, menjadi nimfa kecil berwarna keputihan
tidak bersayap melalui perkembangan 5-13 instar sebelum menjadi
lipas dewasa.
Lipas dewasa berumur beberapa bulan sampai 2 tahun, seekor
betina dapat menghasilkan 4-90 ooteka.

Acep.Effendi.Bahan 92
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ooteka

Acep.Effendi.Bahan 93
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ooteka Nimfa

Acep.Effendi.Bahan 94
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat dan perilaku lipas
Lipas berkembang baik pada lingkungan yang terlindung dan
banyak bahan makanan, misal dapur.
Lipas biasanya pindah (dalam bentuk telur atau dewasa)
melalui kardus, tas/koper, furnitur, bus, kereta api, kapal laut
dan pesawat.
Omnivor, pemakan segala.
Nokturnal, aktif mencari makan malam hari, apabila terlihat
siang hari menandakan populasi yang sangat tinggi.
Thigmotactic, istirahat dicelah-celah dinding dan plafon.
Gregarious, istirahat dalam kelompok yang besar, bersama-
sama di celah-celah yang sempit, gelap dan lembab.
Grooming, membersihkan diri dg menjilat tubuhnya.
Acep.Effendi.Bahan 95
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sifat gregarious, istirahat berkumpul dalam kelompok yang besar

Acep.Effendi.Bahan 96
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Jenis-jenis Kecoa di
Indonesia
• Periplaneta americana
• Periplaneta australasiae
• Periplaneta brunnea
• Blatella germanica
• Blatta orientalis
• Neostylophyga rombifolia
• Supella longipalpa
• Symploce sp
Acep.Effendi.Bahan 97
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Periplaneta americana
• Jenis paling besar
• Abdomen merah kecoklatan
• Pronotum kuning keruh, tengahnya
terdapat sepasang bercak coklat
• Belakang abdomen terdapat sepasang
serkus panjang tipis dan runcing seperti
cemeti
• Banyak terdapat di restoran, rumah sakit
dan supermarket atau tempat
penyimpanan makanan, pada populasi
tinggi berkeliaran di dapur dan kamar
mandi
• Lebih menyukai hidup di bagian dasar
Acep.Effendi.Bahan
rumah yang lembab dan gelap. 98
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Periplaneta brunnea
• Ukuran dan warna hampir
sama Periplaneta americana
• Warna kuning pronotum
kurang jelas
• Warna abdomen lebih coklat
• Serkus kokoh, lebih tebal,
ujung tidak meruncing dan
tidak panjang
• Banyak ditemukan di saluran
pembuangan
• Normalnya makananya
adalah bahan tanaman,
kadang memasuki rumah.
Acep.Effendi.Bahan 99
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Blatella germanica
• Lipas kecil
• Abdomen coklat muda agak kekuningan
• Betina warna lebih tua dari jantan
• Pronotum coklat, dari atas tampak dua garis
hitam memanjang.
• Dua garis memanjang juga tampak pada nimfa.
• Nimfa coklat tua, sangat aktif
• Ooteka di bagian bawah abdomen selalu
dibawah kemana-mana
• Sering dijumpai di kapal, kereta, pesawat,
hotel, restoran, rumah sakit, supermarket, dan
gudang makanan

Acep.Effendi.Bahan 100
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Blatta
orientalis
• Lipas medium
• Coklat gelap hingga gelap
• Betina: sayap mereduksi (wings pad)
• Jantan: sayap hampir menutupi slruh tubuh,
abdomen tampak sedikit
• Menyukai kondisi lebih dingin

Acep.Effendi.Bahan 101
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Supella longipalpa
• Mirip Blatella germanica, tetapi
punya dua pita melintang, satu
pada dasar sayap, dan kedua
pada 1/3 tubuh dari belakang
• Betina: tegmina tidak
mencapai ujung abdomen
• Jantan: tegmina lebih panjang
dan lebih langsing

Acep.Effendi.Bahan 102
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Daur Hidup Lipas
Lipas Telur/ Periode Molting Life Ooteka/
Ooteka Nimfa span betina
B.g 30-40 6-12mg 6-7 4-6bln 5-8
P.am 12-16 6-12mg 7-10 6-12bln 10-50
P.aus 16-24 6-12mg 10-12 4-8bln 12-20
S.l 10-18 2-4bln 6-8 3-6mg 6-13
B.o 12-16 6-18bln 7-10 3-6mg 8-14

Acep.Effendi.Bahan 103
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Relative numbers of the four domestic cockroaches placed
into low, moderate, high and extremely high categories
(C. Ogg 1995).

Category B.ger- S.longi- B.orien- P.ameri-


manica palpa talis cana
Low 0-5 0-3 0-1 0-1

Modera- 5-20 3-10 1-10 1-10


te
High 20-100 10-50 10-25 10-25

Extreme- >100 >50 >25 >25


ly High
Acep.Effendi.Bahan 104
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Peranan Bidang Kesehatan
Lipas memakan segala, mulai dari makanan
manusia sampai kotoran manusia. Mencari
makan di daerah kotor, seperti tempat
sampah, saluran pembuangan dan septik
teng. Perilaku lipas mengeluarkan makanan
yang baru dikunyah atau memuntahkan
makanan dari lambungnya. Sehingga dapat
berperan sebagai :
• Sebagai vektor mekanik, menghantarkan penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, cacing dang fungi, yang
umumnya menimbulkan penyakit diarea, disentri, kolera dan demam
tifoid.

• Beberapa kasus menyebabkan alergi, dengan efek dermatitis kulit,


edema kelopak mata, gatal dan reaksi alergi lainnya, yang disebabkan
oleh tinja lipas yang mengandung asam xanturenat, asam kunurenat
Acep.Effendi.Bahan 105
dan asam 8-hidroksikuinaldat.
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pengendalian Lipas

Pengendalian nonkimia
• Upaya sanitasi dan higiene : menghilangkan sisa-
sisa makanan, menutup rapat tempat penyimpanan
makanan dan menghilangkan tempat berlindung
lipas (celah dan lubang retakan).
• Penggunaan perangkat, lem.

Acep.Effendi.Bahan 106
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pengendalian Lipas

Pengendalian kimia
• Penyemprotan residual, pada celah dan retakan.
• Penyemprotan non residual, tidak hanya membunuh, tapi
juga untuk menemukan lokasi dan ukuran besaran populasi.
• Dust, insektisida bentuk serbuk, menaburkan pada celah dan
retakan, lubang-lubang dinding yang dalam.
• Umpan, berinsektisida.

Acep.Effendi.Bahan 107
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Acep.Effendi.Bahan 108
Kuliah.FKM-FK UNDANA

Anda mungkin juga menyukai