DAN
PENGENDALIANNY
Oleh :
A
Acep Effendi, SKM, M.Si
Materi Kuliah FK. UNDANA 2018
Acep.Effendi.Bahan 2
Kuliah.FKM-FK UNDANA
DASAR PENGENDALIAN
VEKTOR
• INDENTITAS VEKTOR SASARAN
• BIOEKOLOGI VEKTOR SASARAN
• PILIH ALTERNATIF CARA CONTROL
• PILIH PESTISIDA (MANAGEMENT)
• TENTUKAN CARA APLIKASINYA
Acep.Effendi.Bahan 3
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN RESERVOIR
DI INDONESIA TERMASUK NTT :
DISTRIBUSI LUAS / BERAT:
MALARIA
DBD & DEMAM DENGUE
CHIKUNGUNYA Penyakit Tular Nyamuk
FILARIASIS
ZIKA...(Sikka/NTT 2016..?) (ada Semua di NTT )
DISTRIBUSI LOKAL/FOKUS:
PES
JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)
LEPTOSPIROSIS
HANTA VIRUS
08/24/2020 Acep.Effendi,2016
SEBARAN PENYAKIT TULAR VEKTOR DAN ZOONOSIS DI PROV. NTT
DBD SIKKA
NGADA
DBDZONE
ANTRAKS NE TTU
ZO
SUMBA TIMUR
SUMBA BARAT
MALARIA JE KUPANG BELU
DBD
DBDDBD
KOTA
TTS
ROTE NDAO N
DBD
W E
FILARIASIS ZONE
S
Acep.Effendi.Bahan 6
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
MENURUNNYA
PROTEKSI DIRI
R
SANITASI
INSPEKSI SANITASI BREEDING
LINGKUNGN E PLACES
S MANAJEMEN
U
VECTOR CONTROL
R LINGKUNGN E POPULASI
V KEG PROGRAM/ VEKTOR RESIKO INSIDENS
E PENGENDALIAN SEKTOR TERKAIT KEBERADAAN PENYAKIT
I VEKTOR & BERSUMBER
L VEKTOR S UMUR
VEKTOR BPP VEKTOR
A KEDARURATAN
N
S
V KONTAK
E MANUSIA
K VEKTOR
T
O PEMBERDAYAA
R N MASYARAKAT A BIMBINGAN
KEMITRAAN
BTKL MONEV
KKP
DINKES
Acep.Effendi.Bahan 7
Loka Litbang PPBB
Kuliah.FKM-FK UNDANA
TANTANGAN & HAMBATAN PENGENDALIAN
VEKTOR
• Informasi vektor belum menjadi kekuatan utama untuk digunakan sebagai
dasar pengendalian vektor
Belum optimalnya surveilans vektor berdasarkan lokal spesifik
Belum optimalnya monitoring dan evaluasi penggunaan
insektisida
• Pengendalian vektor secara kimiawi masih menjadi pilihan utama
meluasnya daerah yang vektornya sudah resisten terhadap
insektisida
• Perlu pengembangan teknologi pengendalian vektor yang tepat guna dan
ramah lingkungan
• Integrated Vektor Management (IVM) belum dilaksanakan secara
menyeluruh, baik lintas sektor maupun lintas program.
• Belum ada pengelola program khusus surveilans vektor di Dinkes provinsi
dan Dinkes kab/kota
Tenaga Entokes dan sarana (insektarium) masih sangat minim.
Acep.Effendi.Bahan 8
Kuliah.FKM-FK UNDANA
TANTANGAN & HAMBATAN PENGENDALIAN
VEKTOR
• KLB (Re/New Emerging Diseases) : musim,
mobilitas penduduk, dan perubahan lingkungan
fisik dan masuknya new emerging diseases (tular
vektor) melalui inter-national traffic
• Tuntutan masyarakat terhadap layanan prima
dalam pengendalian vektor
Acep.Effendi.Bahan 9
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGERTIAN & MACAM2 VEKTOR
• Dibedakan menjadi :
- Vektor Mekanis
- Vektor Biologis
Acep.Effendi.Bahan 10
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor Mekanis
• Suatu proses transmisi dimana patogen
ditransmisikan secara kebetulan terikut di
tubuh vektor (pathogen tidak mengalami
perubahan secara biologis) dan ditularkan
kepada host.
Acep.Effendi.Bahan 11
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor Biologis
• Proses transmisi dimana patogen
mengalami perubahan bentuk
secara biologis (tumbuh dan
berkembangbiak) dalam tubuh
vektor.
Acep.Effendi.Bahan 12
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pembagian Vektor Biologis
• Siklopropagatif
• Siklodevelopmental
• Propagatif
Acep.Effendi.Bahan 13
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Siklopropagative
• Patogen dalam tubuh vektor
mengganda (bertambah banyak) dan
membesar (merubah bentuk).
• Misalnya pada Plasmodium malaria,
akan bertambah banyak dan berubah
bentuk dalam sel darah merah.
Acep.Effendi.Bahan 14
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Siklus Hidup Nyamuk
SPOROZOIT
Manusia
Hipnosoit
Fase eritrositer
Zison
Gametogoni
Gametozoit
Nyamuk
- Trophoizoit
- Schizont
- Gametocyt
Schizont
Host Definitif :
- Zygot
- Sporozoit Gametocyt
08/24/2020 16
Siklodevelopmental
• pathogen dalam tubuh vektor tidak
mengalami penambahan dalam jumlah
tetapi mengalami perubahan bentuk.
• Sebagai contoh pada kasus filariasis,
mikrofilaria mengalami perubahan
bentuk menjadi cacing dewasa.
Acep.Effendi.Bahan 17
Kuliah.FKM-FK UNDANA
18
Acep.Effendi.Bahan Siklodevelopmental cacing filariasis
Kuliah.FKM-FK UNDANA
VEKTOR FILARIASIS
• NYAMUK MERUPAKAN VEKTOR FILARIASIS
• DI INDONESIA ADA 23 SPESIES NYAMUK YANG
DIKETAHUI BERTINDAK SEBAGAI VEKTOR DARI
GENUS: MANSONIA, CULEX, ANOPHELES, AEDES
DAN ARMIGERES.
• W.BANCROFTI PERKOTAAN VEKTORNYA CULEX
QUINQUEFASCIATUS
• W.BANCROFTI PEDESAAN: ANOPHELES, AEDES
DAN ARMIGERES
• B.MALAYI : Mansonis spp, An. barbirostris
• B.TIMORI : An.barbirostris
Acep.Effendi.Bahan 19
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENYAKIT KAKI GAJAH (FILARIASIS) PADA KAKI
FILARIASIS PADA PAYUDARA & ALAT KELAMIN
FILARIASIS PADA ALAT KELAMIN LAKI-LAKI
PENDERITA KAKI GAJAH (FILARIASIS)
PADA ANAK-ANAK
HOSPES DIFINITIF
• MANUSUA MERUPAKAN HOSPES DEFINITIF
• HAMPIR SEMUA DAPAT TERTULAR TERUTAMA
PENDATANG DARI DAERAH NON-ENDEMIK
• BEBERAPA HEWAN DAPAT BERTINDAK
SEBAGAI HOSPES RESERVOIR
• DI INDONESIA HANYA Brugia malayi YANG
DAPAT MENGINFEKSI HEWAN
• HEWAN TERSEBUT ADALAH: LUTUNG
(Presbythis cristata), KERA EKOR PANJANG
(Macaca fascicularis) DAN KUCING (Felis catus)
Acep.Effendi.Bahan 27
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Propagative
• Patogen dalam tubuh vektor tidak
berubah , tetapi jumlahnya bertambah
banyak.
• Virus Dengue bertambah banyak didalam
tubuh Aedes aegypti.
Acep.Effendi.Bahan 28
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Vektor DD/DBD/DC
Postulat Barnett
Dikatakan suspect vector karena ada
bukti telah terjadi kontak dengan
manusia.
Dalam tubuh suspect vector ditemukan
patogen yang berada dalam stadium
yang infektif.
Stadium infeksi harus dapat
dikembalikan pada inang yang baru dan
menimbulkan penyakit.
Coinsidensi dalam tempat dan waktu,
antara kejadian penyakit dan
peningkatan populasi.
Acep.Effendi.Bahan 30
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Karakteristik Vektor Penyakit
Jenis vektor dan penyakit berbeda ;
- Pengaruhi agent penyakit yang ditularkannya,
- Kecocokan agent dg vektor yg mrp Host/reservoar
- Agent sangat dipengaruhi o/ Bionomik, Perilaku
vektor
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 31
FK UNDANA
- Vektor penyakit Protozoa oleh nyamuk;
Malaria, filariasis limfatik & Penyakit virus DBD, JE,
Chik).
- Vektor peny Bakteri oleh Xenopsylla cheopis (Pinjal)
reservoar Tikus ; Pes atau sampar.
- Vektor mekanik oleh Musca domestica (Lalat Rumah) ;
Amebiasis, disentri basilaris dan penyakit cacing usus
- Vektor mekanik lainnya o/ Periplaneta (Kecoa) ;
Amebiasis, lambliassis dan askariasis,
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 32
FK UNDANA
Macam-macam
Pemberantasan Vektor
• Kimia
• Biologi
• Fisik
• Pengelolaan Lingkungan
• Modifikasi Lingkungan
• Genetik
• Legislasi / Per-UU (Contoh : PERDA NTT,
No.3 Th. 2005 ttg Pemberantasan Nyamuk
08/24/2020 Acep.Effendi,2016
Kemenkes RI, 2011
Aedes albopictus
Anopheles. sp
a s is, Mansonia. sp
a
ila ri i k
& F a,Z
a y
Ma lari , JE g un
a sis u n
ar i h ik
Fi l , C
D
D ,D
DB
Plasmodium (Malaria):
P. Vivax 7 hr, P. falciparum 10 hr, & P. malariae 14– 16 hr.
Dengue (DBD) :
Pada nyamuk Aedes aegypti selama 8 – 10 hari (U.S. Dep.
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 37
Of Health, 1977) FK UNDANA
Perkiraan umur nyamuk dapat dihitung dg perhitungan:
A
P = B
P = Peluang hidup nyamuk setiap hari.
A = lama siklus gonotropik dalam hari.
B = Proporsi parous dari sejumlah nyamuk yang diperiksa kandung
telurnya.
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 38
FK UNDANA
2. Kontak antara Manusia dengan Nyamuk
a. Hospes
b. Frekuensi Menggigit
c. Hubungan frekuensi menggigit dengan
perkembangan parasit di dalam tubuh
nyamuk.
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 39
FK UNDANA
HOST
AGENT ENVIRONMENT
1. HOST (PENJAMU)
a. MANUSIA = Host Intermediate,
Usia, Jenis Kelamin, Ras, Riwayat
Malaria sebelumnya, Cara Hidup,
Sosial ekonomi, status gizi dan
immunitas.
P.KOMODO
RUTENG MAUMERE P. SOLOR
1, 2, 3, 4
ENDE
BAJAWA 1, 2, 3, 4,
1, 2, 3, 4, 6 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9 DILLI
1, 3, 5 1,2,3,4,5,6,9,11,13
ATAMBUA
S EL A T SU MB A
TTU
2, 3, 4, 6
WAIKABUBAK 2, 3, 4, 6
WAINGAPU
1, 2, 3, 4, 6 TTS 1, 2, 3, 4, 6, 7
10,11,12 L A U T S A W U
P. SAWU
KUPANG
1, 2, 3, 4, 5, 6
1. An1.subpictus, 2.An.sundaicus,
An subpictus - 2. An aconitus3. -An vagus,
3. An 4. An
vagus P. ROTI
U
barbirostris, 5. An maculatus,
4. An barbirostris 6. An annularis,
- 5. An maculatus - 6. An7.annularis
An
7. Mansonia
aconitus sp - 8. An 9.
8. An indefinitus, sundaicus - 9. An indefinitus
An. flavirostris, 10. An.
Tessalatus, 11. An. Kochi, 12. An. umbrosus, 13.
An.minimus, 14.An.punctulatus, 15.An.balabacensis Acep.Effendi,2016
Pemetaan Vektor Malaria berdasarkan
Ketinggian tempat /satuan Ekologi di NTT
An.maculatus
An.umbrosus
An.aconitus An.maculatus
An.barbirostris An.balabacensis
An.vagus
An.anullaris
An.punctulatus
Mansonia, spp
An.sundaicus HUTAN & SUNGAI
An.subpictus
PERKEBUNAN
SAWAH/
Kolam
RAWA 2
Acep.Effendi,2016
AEDES AEGYPTI BETINA
• Umur Aedes aegypti betina + 14
hr, dpt mencapai 2-3 bulan.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah berkali-kali
• Aktifitas tinggi pd pagi & sore hr
• Setiap kali mengisap darah,
sambil mengeluarkan air liur yg
KONDISI SEBELUM KENYANG DARAH berfungsi untuk mencegah
pembekuan darah.
• Aedes aegypti betina mengisap
darah untuk pematangan telur.
• Proses pematangan telur 3-4 hr.
• Sekali bertelur : 100-200
butir/ekor
• Jarak terbang ±100 meter
• Nyamuk dan tempat
perkembang biakannya banyak
ditemukan disekitar/didalam 44
Acep.Effendi.Bahan
KONDISI SETELAH KENYANG DARAH
rumah
Kuliah.FKM-FK UNDANA
SIKLUS HIDUP NYAMUK Aedes aegypti
Acep.Effendi.Bahan 46
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Jentik Aedes
• Sering ditemukan ditempat penampungan air
yang jernih (bak mandi, ban bekas, sampah
plastik, dispenser, dll)
• Usia 6-8 hari lalu menjadi pupa
• Fase paling mudah di intervensi, karena :
– Luas tempat hidup terbatas (bak, ban, dll)
– Mudah ditemukan
– Mudah dibasmi (kuras, dikubur, dikeringkan,
abatisasi)
Acep.Effendi.Bahan 47
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Larva Aedes aegypti
Acep.Effendi.Bahan 48
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pupa Ae. aegypti
• Fase tidak makan.
• Usia 1-2 hari lalu
menjadi nyamuk
dewasa.
• Indikator bahwa di
tempat tersebut sudah
lama (lebih dari 1
minggu) tidak dilakukan
PSN. PSN harus lebih
digiatkan.
Acep.Effendi.Bahan 49
Kuliah.FKM-FK UNDANA
BREEDING PLACES
DHF VECTORS
Acep.Effendi.Bahan 50
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat Aedes
Acep.Effendi.Bahan 51
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat Aedes
Acep.Effendi.Bahan 52
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PEMBERANTASAN JENTIK
NYAMUK PENULAR DBD
Acep.Effendi.Bahan 53
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pemakaian repelent
Acep.Effendi.Bahan 54
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ikan predator
Acep.Effendi.Bahan 55
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Tanaman pengusir
Acep.Effendi.Bahan 56
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pestisida rumah tangga
• Obat nyamuk bakar
• Space spray
• Elektrik
• Dll
Larvasida (Abate)
Acep.Effendi.Bahan 57
Kuliah.FKM-FK UNDANA
JAPANESE ENCEPHALITIS/JE (Penyakit Radang Otak)
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 59
FK UNDANA
UPAYA PENANGANAN
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 60
FK UNDANA
• Penemuan dan Pengobatan Penderita
Aktif: Pencarian dan Pengobatan Penderita langsung ke
masyarakat.
Pasif: Pencarian dan Pengobatan penderita melalui fasilitas-
fasilitas kesehatan. Masyarakat yang datang untuk mencari
pertolongan/pengobatan
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 61
FK UNDANA
3. Pengendalian/Pemberantasan Nyamuk
Biologis: Pengendalian/pemberantasan nyamuk secara alami
menggunakan musuh alami nyamuk, misalnya dengan penebaran
ikan kepala timah (Ikan pemakan jentik)
Kimiawi: Pengendalian/pemberantasan nyamuk dengan
menggunakan bahan kimia yang dianggap aman untuk ekosistem
dan kesehatan manusia. Misalnya penebaran ABATE, fogging,
penyemprotan rumah dengan Icon, malathion, dll.
Penataan Lingkungan: Pengendalian/pengendalian nyamuk dengan
cara menata lingkungan sehingga tidak menjadi tempat
berkembang biak/sarang nyamuk. Contohnya gerakan
pemberantasan sarang nyamuk 3 M (MENUTUP, MENGUBUR,
MENIMBUN).
Legislasi / Per- UU ( PERDA NTT. No. 3 Tahun 2005, tentang
Pemberantasan Nyamuk)
Acep.Effendi.Bahan Kuliah.FKM- 62
FK UNDANA
SASARAN PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA
(Nyamuk Anopheles sp)
Penyemprotan
Rumah dg
Nyamuk Insektisida (IRS)
Dewasa Kelambunisasi
(LLITNs)
Kasanisasi (Kasa
PENGENDALIAN Ventilasi)
VEKTOR
MALARIA Larviciding
Telur &
Jentik Manaj. Lingk
Biological control
Acep.Effendi,2016
VEKTOR MEKANIK
Acep.Effendi.Bahan 64
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Klasifikasi :
O r d o
D I P T E R A
S u b o r d o S u b o r d o
B R A C H Y C E R A C Y C L O R R H A P H A
F a m ili F a m ili
T a b a n id a e M u s c id a e
C a llip h o r id a e
S a r c o p h a g id a e
H ip p o b o s c id a e
G a s t e r o p h ilid a e
O e s t r id a e
Acep.Effendi.Bahan 65
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Subordo : Brachycera
Famili : Tabanidae
• Terdiri dari 3 genus :
• Tabanus
• Chrysops
• Haematopota
Acep.Effendi.Bahan 66
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Subordo : Cyclorrhapha
Famili : Muscidae
Acep.Effendi.Bahan 67
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Musca domestica
(Lalat rumah)
Acep.Effendi.Bahan 68
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi Musca domestica
Acep.Effendi.Bahan 69
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi Musca domestica
• Sebelum menjadi pupa, larva mencari tempat yang kering
• Pupa berbentuk barel, kecoklatan. Lama stadium pupa 3-4 hari.
• Lalat menetas dari pupa melalui kantung di bagian atas kepala
yang disebut ptilinum.
• Jarak terbang lalat mencapai 20 mil
• Lalat bertelur setelah 4-8 hari kawin. Makanan lalat dapat
berbentuk cair, semi padat dan padat.
• Lalat mempunyai tipe mulut menghisap, labium memanjang
terbagi menjadi 2 labellum di bagian distal. Mempunyai
pseudotrachea yang merupakan saluran untuk menghisap.
Acep.Effendi.Bahan 70
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Telur :
Daur Hidup Lalat •Berbentuk seperti
pisang (1-2mm)
•Berwarna putih susu
•Diletakkan di tempat
yang lembab
•Menetas (6-8 jam)
Pupa :
•24 jam pertama,
kulit mengeras,
kutikula berubah
warna menjadi Larva :
coklat tua hampir •Terdiri dari 3 instar larva
hitam • bentuk silinder,tipis dengan
• 3-4 hari anterior berbentuk kerucut
(kepala) dan posterior yang
lancip
• tembus cahaya (I,II) dan
putih /kekuningan (III)
• 5 hari
Acep.Effendi.Bahan 71
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pulvilus, konturnya seperti busa/spons
Acep.Effendi.Bahan 72
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Kerugian yang ditimbulkan
: • Penular berbagai jenis penyakit
perut pada manusia (disentri,
kolera, diare)
• Menimbulkan gangguan higienis
pada peternakan
• Status higiene dan sanitasi
Acep.Effendi.Bahan 73
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Lalat hijau
Chrysomya megacephala
Acep.Effendi.Bahan 74
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Chrysomya megacephala
(Lalat Hijau)
• Metamorfosis sempur : telur, larva, pupa dan dewasa.
• Dewasa ukuran sedang hingga besar, berwarna hijau,
abu-abu, perak mengkilat, abdomen berwarna gelap
• Berkembangbiak di bahan yang cair, atau semi cair
yang berasal dari hewan, daging, ikan, bangkai,
sampah hewan, dan tanah yang mengandung kotoran
hewan.
• Juga meletakkan telur di luka hewan dan manusia.
Acep.Effendi.Bahan 75
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Chrysomya megacephala
(Lalat Hijau)
• Jumlah telur rata-rata 254 butir, menetas 9 –
10 jam.
• Lama stadium larva sekitar 4 hari.
• Lalat dewasa dapat hidup sampai 105 hari.
• Biasanya hidup di sekeliling permukiman, pada
populasi yang tinggi masuk ke dalam rumah di
sekitar dapur
- Miasis
- Lalat jenis ini dilaporkan membawa telur
cacing Ascaris lumbricoides dan Tricuris
trichiura.
Acep.Effendi.Bahan 77
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga sp.
(Lalat daging)
Acep.Effendi.Bahan 78
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga spp.
- Berwarna abu-abu, berukuran sedang sampai
besar, kira-kira 6-14 mm panjangnya.
- Mempunyai tiga garis gelap pada bagian
dorsal toraks, dan perutnya mempunyai corak
seperti papan catur.
- Bersifat viviparus dan mengeluarkan larva
hidup pada tempat perkembangbiakannya
sperti daging, bangkai, kotoran dan sayur-
sayuran yang sedang membusuk.
- Umumnya ditemukan di pasar dan warung
terbuka, pada daging, sampah dan kotoran,
jarang memasuki rumah.
Acep.Effendi.Bahan 79
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sarcophaga spp.
Acep.Effendi.Bahan 80
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)
Acep.Effendi.Bahan 81
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)
•Bentuknya menyerupai lalat rumah, tetapi berbeda pada struktur
mulutnya (probosis) meruncing berfungsi menusuk dan menghisap
darah.
•Metamorfosis sempurna, dengan siklus hidup berkisar 3-5 minggu
•Lalat betina harus mendapatkan darah untuk produksi telurnya, telur
diletakkan pada manur atau kotoran hewan, sampah sayuran,
potongan rumput, telur menetas dalam beberapa hari.
•Fase larva, tahap makan, berlansung 1-3 minggu, pupa 1 minggu.
Acep.Effendi.Bahan 82
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Stomoxys calcitrans
(Lalat kandang)
•Lalat sering dijumpai di sekitar kandang pada peternakan sapi perah
atau sapi yang selalu dikandangkan, kadang menyerang manusia
menggigit pada daerah kaki atau bagian bawah.
•Menyebabkan produksi susu dan daging menurun.
Acep.Effendi.Bahan 83
Kuliah.FKM-FK UNDANA
PENGENDALIAN LALAT
• Meningkatnya jumlah lalat di suatu daerah
dapat dianggap sebagai sebuah indikator
efisiensi pembuangan sampah dan standard
sanitasi di suatu daerah.
• Beberapa pertimbangan : (1) Sumber serangga
tersebut, (2) Bagaimana populasi serangga
tersebut biasa meningkat?, (3) Bagaimana
derajat gangguannya pada individu dan
komunitas, dan (4) Peran serangga terhadap
penularan penyakit bakterial dan viral.
Acep.Effendi.Bahan 84
Kuliah.FKM-FK UNDANA
METODE NON KIMIAWI
• Hygiene dan sanitasi
• Kertas perekat lalat
• Perangkap lampu (light trap) yang
dapat membunuh lalat dewasa
dengan aliran listrik.
Acep.Effendi.Bahan 85
Kuliah.FKM-FK UNDANA
METODE KIMIAWI
• Penggunaan insektisda golongan
organofosfat, karbamat, piretrin dan
berbagai jenis piretroid sintetik.
• Larvasida (pembunuh larva)
• Repelan (penolakan lalat)
• Residual surface spray (pembunuhan lalat
dewasa dengan cara penyemprotan residu
permukaan)
• Space spray (penyemprotan ruangan)
• Bait (pengumpanan).
Acep.Effendi.Bahan 86
Kuliah.FKM-FK UNDANA
VEKTOR ; Kecoa/Lipas
Acep.Effendi.Bahan 87
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi lipas
• Ordo Orthoptera, ordo Dictyoptera atau Blattodea,
Blattaria
• Tubuhnya oval, gepeng, Mulut: gigi geraham yang
kuat
• 2 ps sayap, lebar dan kokoh, terdapat tegmina
• Warna:coklat muda - gelap
• Ukuran panjang 1-5 cm
• Antena yang panjang, jarang terbang, berjalan
sangat cepat.
Acep.Effendi.Bahan 88
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Acep.Effendi.Bahan 89
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Dur hidup lipas
Metamorfosis sederhana (telur, nimfa, dewasa)
Acep.Effendi.Bahan 90
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Telur di dalam ooteka
Acep.Effendi.Bahan 91
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Biologi lipas
Betina meletakkan telurnya di dalam kantung disebut ooteka,
berisikan 16-50 butir telur.
Ooteka seperti dompet, berwarna coklat kehitaman, diletakkan
pada sudut-sudut perabot yang gelap dan lembab, pada beberapa
spesies ooteka menempel di abdomen dibawa kemana-mana.
Telur menetas 42-81 hari, menjadi nimfa kecil berwarna keputihan
tidak bersayap melalui perkembangan 5-13 instar sebelum menjadi
lipas dewasa.
Lipas dewasa berumur beberapa bulan sampai 2 tahun, seekor
betina dapat menghasilkan 4-90 ooteka.
Acep.Effendi.Bahan 92
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ooteka
Acep.Effendi.Bahan 93
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Ooteka Nimfa
Acep.Effendi.Bahan 94
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Habitat dan perilaku lipas
Lipas berkembang baik pada lingkungan yang terlindung dan
banyak bahan makanan, misal dapur.
Lipas biasanya pindah (dalam bentuk telur atau dewasa)
melalui kardus, tas/koper, furnitur, bus, kereta api, kapal laut
dan pesawat.
Omnivor, pemakan segala.
Nokturnal, aktif mencari makan malam hari, apabila terlihat
siang hari menandakan populasi yang sangat tinggi.
Thigmotactic, istirahat dicelah-celah dinding dan plafon.
Gregarious, istirahat dalam kelompok yang besar, bersama-
sama di celah-celah yang sempit, gelap dan lembab.
Grooming, membersihkan diri dg menjilat tubuhnya.
Acep.Effendi.Bahan 95
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Sifat gregarious, istirahat berkumpul dalam kelompok yang besar
Acep.Effendi.Bahan 96
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Jenis-jenis Kecoa di
Indonesia
• Periplaneta americana
• Periplaneta australasiae
• Periplaneta brunnea
• Blatella germanica
• Blatta orientalis
• Neostylophyga rombifolia
• Supella longipalpa
• Symploce sp
Acep.Effendi.Bahan 97
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Periplaneta americana
• Jenis paling besar
• Abdomen merah kecoklatan
• Pronotum kuning keruh, tengahnya
terdapat sepasang bercak coklat
• Belakang abdomen terdapat sepasang
serkus panjang tipis dan runcing seperti
cemeti
• Banyak terdapat di restoran, rumah sakit
dan supermarket atau tempat
penyimpanan makanan, pada populasi
tinggi berkeliaran di dapur dan kamar
mandi
• Lebih menyukai hidup di bagian dasar
Acep.Effendi.Bahan
rumah yang lembab dan gelap. 98
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Periplaneta brunnea
• Ukuran dan warna hampir
sama Periplaneta americana
• Warna kuning pronotum
kurang jelas
• Warna abdomen lebih coklat
• Serkus kokoh, lebih tebal,
ujung tidak meruncing dan
tidak panjang
• Banyak ditemukan di saluran
pembuangan
• Normalnya makananya
adalah bahan tanaman,
kadang memasuki rumah.
Acep.Effendi.Bahan 99
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Blatella germanica
• Lipas kecil
• Abdomen coklat muda agak kekuningan
• Betina warna lebih tua dari jantan
• Pronotum coklat, dari atas tampak dua garis
hitam memanjang.
• Dua garis memanjang juga tampak pada nimfa.
• Nimfa coklat tua, sangat aktif
• Ooteka di bagian bawah abdomen selalu
dibawah kemana-mana
• Sering dijumpai di kapal, kereta, pesawat,
hotel, restoran, rumah sakit, supermarket, dan
gudang makanan
Acep.Effendi.Bahan 100
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Blatta
orientalis
• Lipas medium
• Coklat gelap hingga gelap
• Betina: sayap mereduksi (wings pad)
• Jantan: sayap hampir menutupi slruh tubuh,
abdomen tampak sedikit
• Menyukai kondisi lebih dingin
Acep.Effendi.Bahan 101
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Supella longipalpa
• Mirip Blatella germanica, tetapi
punya dua pita melintang, satu
pada dasar sayap, dan kedua
pada 1/3 tubuh dari belakang
• Betina: tegmina tidak
mencapai ujung abdomen
• Jantan: tegmina lebih panjang
dan lebih langsing
Acep.Effendi.Bahan 102
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Daur Hidup Lipas
Lipas Telur/ Periode Molting Life Ooteka/
Ooteka Nimfa span betina
B.g 30-40 6-12mg 6-7 4-6bln 5-8
P.am 12-16 6-12mg 7-10 6-12bln 10-50
P.aus 16-24 6-12mg 10-12 4-8bln 12-20
S.l 10-18 2-4bln 6-8 3-6mg 6-13
B.o 12-16 6-18bln 7-10 3-6mg 8-14
Acep.Effendi.Bahan 103
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Relative numbers of the four domestic cockroaches placed
into low, moderate, high and extremely high categories
(C. Ogg 1995).
Pengendalian nonkimia
• Upaya sanitasi dan higiene : menghilangkan sisa-
sisa makanan, menutup rapat tempat penyimpanan
makanan dan menghilangkan tempat berlindung
lipas (celah dan lubang retakan).
• Penggunaan perangkat, lem.
Acep.Effendi.Bahan 106
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Pengendalian Lipas
Pengendalian kimia
• Penyemprotan residual, pada celah dan retakan.
• Penyemprotan non residual, tidak hanya membunuh, tapi
juga untuk menemukan lokasi dan ukuran besaran populasi.
• Dust, insektisida bentuk serbuk, menaburkan pada celah dan
retakan, lubang-lubang dinding yang dalam.
• Umpan, berinsektisida.
Acep.Effendi.Bahan 107
Kuliah.FKM-FK UNDANA
Acep.Effendi.Bahan 108
Kuliah.FKM-FK UNDANA