Anda di halaman 1dari 47

MATERI INTI 4

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT

DR. DRH. SUGIARTO, MSI


DIREKTORAT SURVEILANS DAN KEKARANTINAAN KESEHATAN,
DITJEN P2P - KEMENTERIAN KESEHATAN

Pelatihan Pengawasan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit


2024
BIODATA
• Nama : SUGIARTO
• TTL : Rembang, 2 Oktober 1982
• Instansi Kerja :
Tim Kerja Pengendalian Vektor, Dit. SKK - Ditjen P2P
• Pendidikan :
Sekolah Pascasarjana IPB, Program Doktoral Parasitologi dan Entomologi Kesehatan (DR, MSi)
Fakultas Kedokteran Hewan, IPB (drh)
• Training :
Course of Implementation Integrated Vector Management, Puducherry-India.
Training of Trainers (ToT) Integrated Vector Management, Manila-Filipina.
Training of Trainers (ToT) Integrated Vector Management, Hanoi, Vietnam.
• Email : sugik_ok@yahoo.com , ugik.ok@gmail.com
• HP : 081317887270
HASIL BELAJAR

Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu


melakukan upaya pengendalian vektor dan binatang
pembawa penyakit
INDIKATOR HASIL BELAJAR
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
1. Menjelaskan standar dan persyaratan vektor dan binatang
pembawa penyakit
2. Melakukan kegiatan surveilans dan pengendalian vektor
dan binatang pembawa penyakit
MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK

1. Standar dan Persyaratan Vektor dan Binatang Pembawa


Penyakit
2. Kegiatan Surveilans dan Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit
APERSEPSI

Fenomena apa yang terjadi di wilayah ini?


TOPIK BAHASAN ▪ Dasar Hukum
▪ Surveilans dan Pengendalian
Vektor
▪ SBMKL
▪ Peran Lintas Sektor

7 7
DASAR HUKUM PENGENDALIAN VEKTOR

1 2

8
Artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit.

KETENTUAN Vektor
UMUM

Binatang selain Artropoda yang


dapat menularkan, memindahkan,
dan/atau menjadi sumber penular
penyakit

Binatang Pembawa Penyakit


9
Setiap penghuni dan/atau keluarga Dalam keadaan tertentu, Pemerintah
yang bertempat tinggal di Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan
lingkungan Permukiman wajib Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mewujudkan kepadatan Vektor dan sesuai dengan kewenangannya wajib
Binatang Pembawa Penyakit Pasal 4 mewujudkan media air, udara, Tanah,
sesuai SBMKL dan Persyaratan Pangan, Sarana dan Bangunan yang
Kesehatan. memenuhi SBMKL dan Persyaratan
Kesehatan, dan bebas Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit.

Akibat dari suatu proses kejadian yang


Setiap pengelola, penyelenggara, dan bersifat alamiah atau akibat ulah
penanggung jawab lingkungan manusia yang berpengaruh terhadap
Permukiman, Tempat Kerja, Tempat kelangsungan hidup dan pelaksanaan
Rekreasi, serta Tempat dan Fasilitas kegiatan manusia di lingkungan tersebut,
Umum wajib mewujudkan Vektor dan dapat berupa banjir, erupsi gunung
Binatang Pembawa Penyakit sesuai berapi, gempa bumi, kebakaran,
SBMKL dan Persyaratan Kesehatan. kejadian luar biasa/wabah, dan
perpindahan penduduk karena konflik
TOPIK BAHASAN ▪ Dasar Hukum
▪ Surveilans dan
Pengendalian Vektor
▪ SBMKL
▪ Peran Lintas Sektor

11 11
Surveilans Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BP2) (1/2)
Surveilans vektor dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data keberagaman dan perilaku
vektor sebagai dasar pengendalian

Surveilans dapat dilaksanakan secara:


● Rutin → dilakukan rutin (minimal 1x/bulan) di seluruh wilayah kerja Puskesmas dan KKP (Kantor
Kesehatan Pelabuhan).
● Sentinel → dilakukan secara terus menerus pada wilayah kerja tertentu (Laboratorium
Kesehatan).

Contoh penyakit yang Contoh penyakit yang


ditularkan oleh vektor: ditularkan oleh binatang
• Dengue pembawa penyakit:
• Malaria • Hanta
• Chikungunya • Pes
• Japanesse • Leptospirosis
encephalitis • Schistosomiasis
• Filariasis

12
Surveilans Vektor dan BP2 (2/2) Target
Algoritma Surveilans Vektor dan BP2

Standar Baku
Surveilans Puskesmas
Mutu Vektor BP2
Rutin Kesehatan contoh: contoh:
Lingkungan Dinkes
Nyamuk
Kab/Kota/Provinsi Tikus

IHR 2005 (Jika


Pintu Masuk Pengendalian
Negara
Ditemukan
Vektor Terpadu
Pengendalian
Vektor)

Fisik Biologis Kimia


Kemenkes

Surveilans Konfirmasi
Vektor dan
Sentinel BP2
Labkesmas
Terpadu
13
PERSYARATAN PIHAK KE 3 DALAM PENGENDALIAN
VEKTOR DAN BPP

❑ Berbentuk badan usaha

❑ Memiliki izin penyelenggaraan Pengendalian


Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (OSS KBLI 81290)
Pemenkes No 2 2023
14
SDM (KETENAGAAN)

• Tenaga entomolog kesehatan


dan/atau tenaga kesehatan
lingkungan yang memiliki
keahlian dan kompetensi di
bidang entomologi kesehatan.

15
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
SITUASI ENDEMISITAS DAN KASUS MALARIA 2022

450.000 2
415.140
400.000 Positif API 2

2
350.000
304.607

1,51
1
300.000
250.644 254.055 1
250.000
222.085

1,12
1
200.000

0,94
0,93

1
0,84

150.000
1

100.000
0

50.000 0
- - - - -
- -
2018 2019 2020 2021 2022
90% kasus malaria berasal dari Papua
2018-2022 Peningkatan kasus dan API (Annual
Provinsi yang masih terdapat endemis tinggi malaria :
Paracite Incidens) selaras dengan peningkatan
Papua, Papua Barat, NTT dan Kaltim (Kab.PPU – IKN)
penemuan kasus dan kelengkapan laporan malaria

17
Peta Jalan Eliminasi Malaria di Indonesia
2030
2029
2028 Eliminasi
Semua Prov & Malaria
2025 Regio eliminasi
Semua Kab/kota Nasional
2019 eliminasi malaria malaria
Indigenous terakhir
di Indonesia
RPJMN 300 Kab/ko
Eliminasi
5. Regional Papua
& Papua Barat 2029

4. Regional Maluku & NTT 2028


3. Regional Kalimantan
& Malut 2027

2. Regional Sumatera,
Sulawesi, NTB 2025
1. Regional Jawa-Bali
Usulan Sertifikasi Eliminasi Malaria-WHO Per Wilayah 2023
Regional
Malaria life cycle-tubuh nyamuk
Strategi Pengendalian Malaria
Target 2022 : 365 Kab/Kota Eliminasi Malaria
Capaian 2022 : 372 Kab/Kota Eliminasi Malaria

Universal Akses Dukungan Pemberdayaan


1 2 Surveilans 3 4
Kebijakan Masyarakat
• Penjaminan mutu diagnostik • Peningkatan penemuan • Komitmen Pemerintah • Penemuan kasus secara
• Diagnosis dan pengobatan kasus malaria Pusat dan Daerah aktif oleh kader malaria
sesuai standar • Sistem dan manajemen data eliminasi malaria serta • Perubahan perilaku
• Penguatan public Private Mix • Penyelidikan epidemiologi pencegahan penularan
• Integrasi pelayanan malaria • Sistem Kewaspadaaan Dini kembali
dengan Kesehatan Ibu dan dan KLB-Bencana • Penguatan dukungan
Anak • Surveilans migrasi lintas program dan lintas
• Pengendalian vektor terpadu • Surveilans vektor
sektor termasuk swasta
(kelambu berinsektisida, IRS • Malaria pada populasi
khusus

5 Penguatan Sistem Kesehatan


• Penguatan manajemen program
• Penguatan manajemen dalam upaya sertifikasi eliminasi malaria
• Peningkatan koordinasi lintas batas wilayah

6 Pengembangan Penelitian dan Inovasi


• Percepatan penurunan kasus dengan MDA
• Pengembangan vaksin malaria

20
Permenkes 22 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan Malaria
INTERVENSI PRIORITAS UNTUK ELIMINASI MALARIA
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
PETA/ GRAFIK SEBARAN IR DBD
PER PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Angka Kesakitan/Incidence Rate (IR)
Tahun 2018 sd 2023
2022 60,00
51,48 51,77
50,00
39,92
40,00
KASUS DENGUE TERJADI DI 484 KAB/KOTA PADA 34 30,00 24,73 27,00
PROVINSI 20,00
10,00
0,85
0,00
2018 2019 2020 2021 2022 2023

Angka Kematian/Case Fatality Rate (CFR)


DBD Tahun 2018 sd Tahun 2023
1,2
1,0
1,0
0,9
0,8 0,7 0,7 0,7
0,6

0,4
0,3
0,2

0,0
2018 2019 2020 2021 2022 2023

Sumber: Kementerian Kesehatan, Januari 2022 23


20,00
40,00
60,00
80,00

0,00
160,00
180,00
200,00

100,00
120,00
140,00
KALTARA 181,31

KALTIM 156,88

BABEL 125,26

BALI 111,27

KEPRI 91,25

SULUT 86,57

DKI JKT 75,97

JABAR 72,26

SUMBAR 71,17

BENGKULU 65,70

N.T.B 60,70

SULTENG 59,59

SUMUT 56,54

N.T.T. 54,67

LAMPUNG 53,70

D.I YOGYA 50,42

IR DBD
GORONTALO 48,12
INCIDENCE RATE (IR) DBD TAHUN 2022

SULBAR 47,77
TARGET: IR DBD ≤ 10/100.000 PENDUDUK

MALUKU UTR 43,88


TARGET

BANTEN 39,87

SULSEL 39,48

ACEH 37,60

JAMBI 37,47

JATENG 35,55

RIAU 33,00

SULTRA 32,99

JATIM 32,69

SUMSEL 32,42

KALTENG 32,27

PAPUA BARAT 28,40

KALBAR 26,51

KALSEL 23,20

PAPUA 15,30

MALUKU 5,26

INDONESIA 52,08
10

24
STRATEGI PENANGGULANGAN DENGUE
•Target 2022 : 80% proporsi kab/kota dengan incidence rate dengue ≤10 per 100 ribu penduduk
•Capaian 2022: 26% proporsi kab/kota dengan incidence rate dengue ≤10 per 100 ribu penduduk

1 Manajemen Vektor 2 Surveilans 3 Tatalaksana


• Pengendalian vektor sebelum masa • Mewujudkan surveilans realtime • Penerbitan Pedoman Tatalaksana
penularan dengan pemberdayaan • Tim Gerak Cepat dalam Dengue
masyarakat melalui Gerakan 1 penanggulangan KLB • Penggunaan RDT Dengue sebagai
Rumah 1 Jumantik • Sistem Kewaspadaan Dini KLB alat bantu penegakkan diagnosis
• Pemeriksaan Jentik Berkala dini
• Jejaring rujukan

4 Partisipasi Masyarakat
• Pemberdayaan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
• Revitalisasi Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL)

5 Managemen Program, Kemitraan dan Komitmen Pemerintah


• Pedoman Penanggulangan Dengue
• Penyusunan RPM Penanggulangan Dengue

6 Pengembangan Kajian, Penelitian, dan Inovasi


• Kajian pemanfaatan vaksin Dengue
• Piloting pemanfaatan teknologi Wolbachia
25
MELIHAT WOLBACHIA BEKERJA Catatan

• Nyamuk ber-Wolbachia
Jika nyamuk ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk tidak ber- akan kawin dengan nyamuk
Wolbachia betina, telur tidak akan menetas lokal dan mewariskan
Wolbachia ke anak-anaknya
Jika nyamuk tidak ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk ber- • Pelepasan hanya 10 persen
Wolbachia seluruh telurnya akan ber-Wolbachia
dari populasi dan hanya
sekitar 6 bulan
Jika nyamuk ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk ber-Wolbachia
seluruh keturunan akan ber-Wolbachia
• Teknologi nyamuk ber-
Wolbachia sebagai
pelengkap dari upaya-
upaya lainnya
• PSN dan upaya-upaya lain
harus tetap dilakukan
• Proteksi untuk jangka
panjang
• Perkembangan nyamuk ber-
Wolbachia stabil dan
sustainable

26
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
1000
1500
2500
3000
3500
4000

2000

500

0
PAPUA

3.629
NTT

1.276
PAPBAR

620

Sumber: Kemenkes, 2022


ACEH

JABAR

507 424
JATIM

241
JAMBI

KALBAR

224 188
SULTENG

SUMBAR

RIAU

SUMUT

SUMSEL

BANTEN

KALTIM

BABEL

KEPRI
149 128 124 112 109 105 104 100 78

JATENG
70

BENGKULU
64

SULBAR
64

SULSEL
62

KALTENG
48
KASUS KRONIS FILARIASIS PER PROVINSI TH 2022

SULTRA
44

KALSEL
42

MALUKU
42

LAMPUNG
34

JAKARTA
21

SULUT
13
7

NTB
2

BALI
2

YOGYAKARTA
2

GORONTALO
1

MALUT
28
0

KALTARA
SITUASI FILARIASIS TAHUN 2022

Jumlah Kab/Kota Sertifikasi Eliminasi Filariasis Th 2022

25 23

20 18

15 11 10 12 12 12
10 11 9
9 9 8 9 9
10 7 6 8
5 6 6 6 5
5 4 4 4 4 4
5 5 3
2 2 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

Kab/Kota Endemis Kab/Kota Sertifikasi Eliminasi

Proporsi Capaian Eliminasi Filariasis


100%
100%
80% 67%
50% 55%
60%
40% 29% 25% 20% 20% 20% 17% 17% 17%
20% 11% 11% 11% 9%
0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
0%

Sumber: Kemenkes, 2022


29
Strategi Pengendalian Filariasis
Target 2022 : 106 Kab/Kota Eliminasi Filariasis
Capaian 2022 : 103 Kab/Kota Eliminasi Filariasis

1 Pencegahan 2 Surveilans 3 Penanganan Kasus


• Edukasi pencegahan penularan filariasis •
• Pelaksanaan Pemberian Obat
Survei evaluasi prevalensi mikrofilaria • Penemuan kasus secara
pasca POPM aktif oleh tenaga
Pencegahan Massal (POPM) Filariasis • Survei evaluasi penularan Filariasis 1 - 3 kesehatan dan kader
dengan menggunaka DEC dan Albendazol (Transmission Assesment Survey 1-3)
pada penduduk usia 2-70 tahun • Surveilans pasca eliminasi yang
• Tata laksana kasus klinis
• Percepatan eliminasi dengan pelaksanaan berkelanjutan melalui deteksi dini dan
• Manajemen kasus kronis
POPM menggunakan regimen Ivermectin, pengendalian faktor risiko
DEC dan Albendazol (IDA) • Surveilans vektor
• Pengendalian faktor risiko
• Pengendalian vektor terpadu

4 Penguatan Sistem Kesehatan


• Penguatan manajemen dalam upaya sertifikasi eliminasi filariasis • Peningkatan komitmen dan koordinasi lintas program
• Penguatan SDM terlatih dalam bidang surveilans

5 Pengembangan Penelitian dan Inovasi


• Percepatan pencapaian eliminasi dengan regimen 3 obat • Penelitian dan pengembangan rapid test untuk survey penularan filariasi pada daerah
Brugia

Permenkes 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis


TOPIK BAHASAN ▪ Dasar Hukum
▪ Surveilans dan Pengendalian
Vektor
▪ SBMKL
▪ Peran Lintas Sektor

31 31
STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PERSYARATAN KESEHATAN (SBMKL)
Permenkes No 2 Tahun 2023

32
GERMAS

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN


KESEHATAN (SBMKL) UNTUK VEKTOR DAN BP2
No Vektor Parameter Satuan Ukur Nilai Baku Mutu

1 Nyamuk Anopheles sp. MBR Angka gigitan nyamuk per orang per malam <0,025
(Man biting rate)
2 Larva Anopheles sp. Indeks habitat Persentase habitat perkembangbiakan yang positif larva <1

3 Nyamuk Aedes aegypti Angka Istirahat (Resting rate) Angka kepadatan nyamuk istirahat (resting) per jam <0,025
dan/atau Aedes albopictus
4 Larva Aedes aegypti dan/atau ABJ (Angka Bebas Jentik) Persentase rumah/ bangunan yang negatif larva ≥95
Aedes albopictus
5 Nyamuk Culex sp. MHD (Man Hour Density) Angka nyamuk yang hinggap per orang per jam <1

6 Larva Culex sp. Indeks habitat Persentase habitat perkembangbiakan yang positif larva <5

7 Mansonia sp. MHD (Man Hour Density) Angka nyamuk yang hinggap per orang per jam <5

8 Pinjal Indeks Pinjal Xenopsylla cheopis Jumlah pinjal Xenopsylla cheopis dibagi dengan jumlah tikus <1
yang diperiksa
Indeks Pinjal Umum Jumlah pinjal yang tertangkap dibagi dengan jumlah tikus <2
yang diperiksa
9 Lalat Indeks Populasi Lalat Angka rata-rata populasi lalat <2
10 Kecoa Indeks Populasi Kecoa Angka rata-rata populasi kecoa <2
GERMAS

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN


KESEHATAN (SBMKL) UNTUK VEKTOR DAN BP2

Binatang Pembawa
No Parameter Satuan Ukur Nilai Baku Mutu
Penyakit
1 Tikus Success trap Persentase tikus yang <1
tertangkap oleh perangkap
2 Keong Oncomelania Indeks habitat Jumlah keong dalam 10 0
hupensis lindoensis meter persegi habitat
(keong penular
Schistosomiasis/ demam
keong)
5
TOPIK BAHASAN ▪ Dasar Hukum
▪ Surveilans dan Pengendalian
Vektor
▪ SBMKL
▪ Peran Lintas Sektor

36 36
PERAN LINTAS SEKTOR

Perguruan Tinggi
• Menghasilkan lulusan entomologi
Kesehatan Kader
• Menghasilkan hasil riset yang dapat
menjadi referensi kebijakan pemerintah
Kesehatan/Anggota
• Pemberdayaan masyarakat dalam Keluarga (1R1J)
pengendalian vector lewat pengabdian • Pengamatan vector dan Binatang pembawa
masyarakat. penyakit

• Pengamatan habitat perkembangbiakan

• Pengamatan lingkungan

• Larvasidasi

• Pengendalian metode fisiik, biologi, dan kimia


Sektor Swasta secara terbatas
• Penguatan perusahaan pengendali vector dan
• Sanitasi lingkungan
binatang pembawa penyakit

• Kolaborasi dengan masyarakat, puskesmas,


atau dinas kesehatan
PENGENDALIAN VEKTOR TERPADU
(INTEGRATED VECTOR MANAGEMENT – IVM)

38
KESIMPULAN
1. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) untuk vektor dan binatang
pembawa Penyakit terdiri dari jenis, kepadatan, dan habitat perkembangbiakan.
Jenis dalam hal ini adalah nama/genus/spesies vektor. Kepadatan dalam hal ini
adalah angka yang menunjukkan jumlah vektor dalam satuan tertentu sesuai
dengan jenisnya, baik periode pradewasa maupun periode dewasa.
2. Persyaratan Kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit adalah
kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan berkembangnya vektor, paling
sedikit meliputi:
a. Angka kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit sesuai SBMKL;
dan
b. Habitat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa penyakit
sesuai SBMKL.
REFERENSI
1. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
2. Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3. Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
4. Kementerian Kesehatan. 2019. Petunjuk Teknis Surveilans Tikus Berbasis
Laboratorium
5. Kementerian Kesehatan. 2019. Petunjuk Teknis Surveilans Vektor Malaria
Berbasis Laboratorium
6. Kementerian Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis Surveilans Sentinel Kepadatan
Tikus Dan Deteksi Leptospirosis
7. Kementerian Kesehatan. 2021. Pedoman Surveilans Dan Pengendalian Tikus
TERIMAKASIH
PENUGASAN DISKUSI KELOMPOK
1. Waktu : 2 JPL (90 menit)
Tujuan : Setelah mengikuti materi ini, peserta melakukan pengisian form inspeksi Pengendalian Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar.
2. Alat dan Bahan :
a. Komputer/laptop
b. Bahan tayang
c. Lembar Observasi Inspeksi Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
d. Instrumen Ukur Sanitasi Kesehatan Lingkungan
3. Langkah-langkah:
a. Persiapan (5 menit)
• Peserta dibagi dalam 3 kelompok
• Kelompok menyiapkan ketua, sekretaris dan penyaji saat diskusi
• Menyiapkan Lembar Observasi Inspeksi
b. Diskusi Kelompok (40 menit) pen
▪ Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok
• Setiap kelompok melakukan diskusi tentang Surveilans dan Pengendalian vector dan binatang
pembawa Penyakit.
• Kelompok secara bersama-sama menyusun bahan presentasi,
c. Paparan hasil diskusi kelompok. Masing-masing kelompok @10 menit
• Peserta kelompok lain memberikan masukan
• Fasilitator memberi penguatan atas paparan peserta (5 menit).

Total: 90 Menit (2 JPL)


TOPIK DISKUSI KELOMPOK

1. Bagaimana cara melakukan kegiatan surveilans dan


pengendalian vektor dengue (Aedes sp.) di rumah sakit?
2. Bagaimana cara melakukan kegiatan surveilans dan
pengendalian vektor malaria (Anopheles spp.) di rumah sakit?
3. Bagaimana cara melakukan kegiatan surveilans dan
pengendalian tikus sebagai reservoir leptospirosis di rumah
sakit?
TERIMAKASIH
EVALUASI
1. Bagaimana standar dan persyaratan vektor dan binatang
pembawa Penyakit?
2. Bagaimana cara melakukan kegiatan surveilans dan
pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
MOTIVASI

Anda mungkin juga menyukai