7 7
DASAR HUKUM PENGENDALIAN VEKTOR
1 2
8
Artropoda yang dapat menularkan,
memindahkan, dan/atau menjadi
sumber penular penyakit.
KETENTUAN Vektor
UMUM
11 11
Surveilans Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BP2) (1/2)
Surveilans vektor dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data keberagaman dan perilaku
vektor sebagai dasar pengendalian
12
Surveilans Vektor dan BP2 (2/2) Target
Algoritma Surveilans Vektor dan BP2
Standar Baku
Surveilans Puskesmas
Mutu Vektor BP2
Rutin Kesehatan contoh: contoh:
Lingkungan Dinkes
Nyamuk
Kab/Kota/Provinsi Tikus
Surveilans Konfirmasi
Vektor dan
Sentinel BP2
Labkesmas
Terpadu
13
PERSYARATAN PIHAK KE 3 DALAM PENGENDALIAN
VEKTOR DAN BPP
15
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
SITUASI ENDEMISITAS DAN KASUS MALARIA 2022
450.000 2
415.140
400.000 Positif API 2
2
350.000
304.607
1,51
1
300.000
250.644 254.055 1
250.000
222.085
1,12
1
200.000
0,94
0,93
1
0,84
150.000
1
100.000
0
50.000 0
- - - - -
- -
2018 2019 2020 2021 2022
90% kasus malaria berasal dari Papua
2018-2022 Peningkatan kasus dan API (Annual
Provinsi yang masih terdapat endemis tinggi malaria :
Paracite Incidens) selaras dengan peningkatan
Papua, Papua Barat, NTT dan Kaltim (Kab.PPU – IKN)
penemuan kasus dan kelengkapan laporan malaria
17
Peta Jalan Eliminasi Malaria di Indonesia
2030
2029
2028 Eliminasi
Semua Prov & Malaria
2025 Regio eliminasi
Semua Kab/kota Nasional
2019 eliminasi malaria malaria
Indigenous terakhir
di Indonesia
RPJMN 300 Kab/ko
Eliminasi
5. Regional Papua
& Papua Barat 2029
2. Regional Sumatera,
Sulawesi, NTB 2025
1. Regional Jawa-Bali
Usulan Sertifikasi Eliminasi Malaria-WHO Per Wilayah 2023
Regional
Malaria life cycle-tubuh nyamuk
Strategi Pengendalian Malaria
Target 2022 : 365 Kab/Kota Eliminasi Malaria
Capaian 2022 : 372 Kab/Kota Eliminasi Malaria
20
Permenkes 22 Tahun 2022 Tentang Penanggulangan Malaria
INTERVENSI PRIORITAS UNTUK ELIMINASI MALARIA
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
PETA/ GRAFIK SEBARAN IR DBD
PER PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Angka Kesakitan/Incidence Rate (IR)
Tahun 2018 sd 2023
2022 60,00
51,48 51,77
50,00
39,92
40,00
KASUS DENGUE TERJADI DI 484 KAB/KOTA PADA 34 30,00 24,73 27,00
PROVINSI 20,00
10,00
0,85
0,00
2018 2019 2020 2021 2022 2023
0,4
0,3
0,2
0,0
2018 2019 2020 2021 2022 2023
0,00
160,00
180,00
200,00
100,00
120,00
140,00
KALTARA 181,31
KALTIM 156,88
BABEL 125,26
BALI 111,27
KEPRI 91,25
SULUT 86,57
JABAR 72,26
SUMBAR 71,17
BENGKULU 65,70
N.T.B 60,70
SULTENG 59,59
SUMUT 56,54
N.T.T. 54,67
LAMPUNG 53,70
IR DBD
GORONTALO 48,12
INCIDENCE RATE (IR) DBD TAHUN 2022
SULBAR 47,77
TARGET: IR DBD ≤ 10/100.000 PENDUDUK
BANTEN 39,87
SULSEL 39,48
ACEH 37,60
JAMBI 37,47
JATENG 35,55
RIAU 33,00
SULTRA 32,99
JATIM 32,69
SUMSEL 32,42
KALTENG 32,27
KALBAR 26,51
KALSEL 23,20
PAPUA 15,30
MALUKU 5,26
INDONESIA 52,08
10
24
STRATEGI PENANGGULANGAN DENGUE
•Target 2022 : 80% proporsi kab/kota dengan incidence rate dengue ≤10 per 100 ribu penduduk
•Capaian 2022: 26% proporsi kab/kota dengan incidence rate dengue ≤10 per 100 ribu penduduk
4 Partisipasi Masyarakat
• Pemberdayaan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik
• Revitalisasi Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL)
• Nyamuk ber-Wolbachia
Jika nyamuk ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk tidak ber- akan kawin dengan nyamuk
Wolbachia betina, telur tidak akan menetas lokal dan mewariskan
Wolbachia ke anak-anaknya
Jika nyamuk tidak ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk ber- • Pelepasan hanya 10 persen
Wolbachia seluruh telurnya akan ber-Wolbachia
dari populasi dan hanya
sekitar 6 bulan
Jika nyamuk ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk ber-Wolbachia
seluruh keturunan akan ber-Wolbachia
• Teknologi nyamuk ber-
Wolbachia sebagai
pelengkap dari upaya-
upaya lainnya
• PSN dan upaya-upaya lain
harus tetap dilakukan
• Proteksi untuk jangka
panjang
• Perkembangan nyamuk ber-
Wolbachia stabil dan
sustainable
26
KONDISI DAN
STRATEGI
PENGENDALIAN
VEKTOR
1000
1500
2500
3000
3500
4000
2000
500
0
PAPUA
3.629
NTT
1.276
PAPBAR
620
JABAR
507 424
JATIM
241
JAMBI
KALBAR
224 188
SULTENG
SUMBAR
RIAU
SUMUT
SUMSEL
BANTEN
KALTIM
BABEL
KEPRI
149 128 124 112 109 105 104 100 78
JATENG
70
BENGKULU
64
SULBAR
64
SULSEL
62
KALTENG
48
KASUS KRONIS FILARIASIS PER PROVINSI TH 2022
SULTRA
44
KALSEL
42
MALUKU
42
LAMPUNG
34
JAKARTA
21
SULUT
13
7
NTB
2
BALI
2
YOGYAKARTA
2
GORONTALO
1
MALUT
28
0
KALTARA
SITUASI FILARIASIS TAHUN 2022
25 23
20 18
15 11 10 12 12 12
10 11 9
9 9 8 9 9
10 7 6 8
5 6 6 6 5
5 4 4 4 4 4
5 5 3
2 2 2 2 2 2 1
1 1 1 1 1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
31 31
STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN PERSYARATAN KESEHATAN (SBMKL)
Permenkes No 2 Tahun 2023
32
GERMAS
1 Nyamuk Anopheles sp. MBR Angka gigitan nyamuk per orang per malam <0,025
(Man biting rate)
2 Larva Anopheles sp. Indeks habitat Persentase habitat perkembangbiakan yang positif larva <1
3 Nyamuk Aedes aegypti Angka Istirahat (Resting rate) Angka kepadatan nyamuk istirahat (resting) per jam <0,025
dan/atau Aedes albopictus
4 Larva Aedes aegypti dan/atau ABJ (Angka Bebas Jentik) Persentase rumah/ bangunan yang negatif larva ≥95
Aedes albopictus
5 Nyamuk Culex sp. MHD (Man Hour Density) Angka nyamuk yang hinggap per orang per jam <1
6 Larva Culex sp. Indeks habitat Persentase habitat perkembangbiakan yang positif larva <5
7 Mansonia sp. MHD (Man Hour Density) Angka nyamuk yang hinggap per orang per jam <5
8 Pinjal Indeks Pinjal Xenopsylla cheopis Jumlah pinjal Xenopsylla cheopis dibagi dengan jumlah tikus <1
yang diperiksa
Indeks Pinjal Umum Jumlah pinjal yang tertangkap dibagi dengan jumlah tikus <2
yang diperiksa
9 Lalat Indeks Populasi Lalat Angka rata-rata populasi lalat <2
10 Kecoa Indeks Populasi Kecoa Angka rata-rata populasi kecoa <2
GERMAS
Binatang Pembawa
No Parameter Satuan Ukur Nilai Baku Mutu
Penyakit
1 Tikus Success trap Persentase tikus yang <1
tertangkap oleh perangkap
2 Keong Oncomelania Indeks habitat Jumlah keong dalam 10 0
hupensis lindoensis meter persegi habitat
(keong penular
Schistosomiasis/ demam
keong)
5
TOPIK BAHASAN ▪ Dasar Hukum
▪ Surveilans dan Pengendalian
Vektor
▪ SBMKL
▪ Peran Lintas Sektor
36 36
PERAN LINTAS SEKTOR
Perguruan Tinggi
• Menghasilkan lulusan entomologi
Kesehatan Kader
• Menghasilkan hasil riset yang dapat
menjadi referensi kebijakan pemerintah
Kesehatan/Anggota
• Pemberdayaan masyarakat dalam Keluarga (1R1J)
pengendalian vector lewat pengabdian • Pengamatan vector dan Binatang pembawa
masyarakat. penyakit
• Pengamatan lingkungan
• Larvasidasi
38
KESIMPULAN
1. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan (SBMKL) untuk vektor dan binatang
pembawa Penyakit terdiri dari jenis, kepadatan, dan habitat perkembangbiakan.
Jenis dalam hal ini adalah nama/genus/spesies vektor. Kepadatan dalam hal ini
adalah angka yang menunjukkan jumlah vektor dalam satuan tertentu sesuai
dengan jenisnya, baik periode pradewasa maupun periode dewasa.
2. Persyaratan Kesehatan untuk vektor dan binatang pembawa penyakit adalah
kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan berkembangnya vektor, paling
sedikit meliputi:
a. Angka kepadatan vektor dan binatang pembawa penyakit sesuai SBMKL;
dan
b. Habitat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa penyakit
sesuai SBMKL.
REFERENSI
1. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
2. Permenkes RI No. 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
3. Permenkes Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan
4. Kementerian Kesehatan. 2019. Petunjuk Teknis Surveilans Tikus Berbasis
Laboratorium
5. Kementerian Kesehatan. 2019. Petunjuk Teknis Surveilans Vektor Malaria
Berbasis Laboratorium
6. Kementerian Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis Surveilans Sentinel Kepadatan
Tikus Dan Deteksi Leptospirosis
7. Kementerian Kesehatan. 2021. Pedoman Surveilans Dan Pengendalian Tikus
TERIMAKASIH
PENUGASAN DISKUSI KELOMPOK
1. Waktu : 2 JPL (90 menit)
Tujuan : Setelah mengikuti materi ini, peserta melakukan pengisian form inspeksi Pengendalian Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit sesuai standar.
2. Alat dan Bahan :
a. Komputer/laptop
b. Bahan tayang
c. Lembar Observasi Inspeksi Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit
d. Instrumen Ukur Sanitasi Kesehatan Lingkungan
3. Langkah-langkah:
a. Persiapan (5 menit)
• Peserta dibagi dalam 3 kelompok
• Kelompok menyiapkan ketua, sekretaris dan penyaji saat diskusi
• Menyiapkan Lembar Observasi Inspeksi
b. Diskusi Kelompok (40 menit) pen
▪ Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok
• Setiap kelompok melakukan diskusi tentang Surveilans dan Pengendalian vector dan binatang
pembawa Penyakit.
• Kelompok secara bersama-sama menyusun bahan presentasi,
c. Paparan hasil diskusi kelompok. Masing-masing kelompok @10 menit
• Peserta kelompok lain memberikan masukan
• Fasilitator memberi penguatan atas paparan peserta (5 menit).