Anda di halaman 1dari 58

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT
HEMATO -
IMUNOLOGI
Dr. dr. Idawati Trisno, M.Kes
FK UNDANA, April 2018
EPIDEMIOLOGI
■ Ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi, serta
penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah
kesehatan (Gordis, 2000)

■ The study of the distribution and determinants


of health-related states or events in specified
population, and the application of this study to
control of health problems.
[source: Last (ed.) Dictionary of Epidemiology, 1995]
Ruang lingkup epidemiologi
1. Frekuensi masalah kesehatan  besarnya
masalah kesehatan pada sekelompok
masyarakat (prevalensi, insidens, morbiditas,
mortalitas, dll)
2. Penyebaran dan pengelompokkan masalah
kesehatan menurut waktu (time), place (tempat)
dan kelompok manusia (person)
3. Faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan (host – agent –
environment)
Jenis Epidemiologi
■ Epidemiologi Deskriptif: studi epid yang dirancang
untuk mempelajari pola penyebaran penyakit,
kecenderungan, dan dampak penyakit (burden of
disease) dalam suatu populasi

■ Epidemiologi Analitik: studi epid yang dirancang


untuk mempelajari paparan, faktor risiko, kausa,
dan faktor yang diduga mempunyai hubungan
dengan kejadian penyakit (determinan penyakit).
Beberapa istilah Epidemiologi

■ Insidens: jumlah kasus baru dalam suatu


populasi dalam kurun waktu tertentu
■ Prevalensi: jumlah orang yang terkena suatu
penyakit, yang ditentukan oleh besarnya
insidens dan durasi sakit.
Gangguan Sistim Imun

■ Adalah suatu penyakit dan gangguan sistem


kekebalan tubuh yang dikategorikan
tergantung dari aktivitas sistem kekebalan
tubuh itu sendiri.
■ Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif
berpotensi banyak untuk membahayakan
kesehatan dari pada sistem kekebalan tubuh
yang kurang aktif.
Sistim Imun yang kurang aktif

1. Immune Deficiency Conditions


2. SCID (Severe Combined Immuno
deficiency)
3. AIDS
Sistem Imun yang terlalu
aktif
1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis
makanan, obat-obatan, sengatan
serangga, atau zat tertentu)
2. Anafilaksis
3. Asma
4. Penyakit autoimun (Lupus, Rheumatoid
Arthritis, juvenile arthritis, dll)
AIDS
■ HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistim imun yang
serius, dan merupakan penyebab kematian terbanyak di
seluruh dunia.
■ AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari perkembangan HIV,
dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh gagal total – dan
setelah itu kesehatan penderita akan memburuk perlahan-
lahan AIDS akan membuat penderita rentan pilek dan flu,
dan yang penyakit yang lebih serius seperti pneumonia dan
kanker
■ AIDS dianggap sebagai penyakit menular seksual yang
paling mengancam jiwa, yang dapat ditularkan melalui
kontak fisik(seksual), transfusi darah, berbagi jarum suntik,
dan sejenisnya.
Epidemiologi HIV/AIDS
■ HIV/AIDS merupakan tantangan global kesehatan
masyarakat yang paling signifikan, terutama di
negara berpenghasilan rendah – sedang (low and
middle income country).
■ Secara global, terdapat sekitar 36,7 juta ODHA pd
thn 2015; 1,8 juta adalah anak2. Dan sekitar 2,1
juta adalah penderita yang baru terinfeksi HIV.
■ Sampai saat ini, lebih dari 35 juta orang meninggal
karena HIV di seluruh dunia, termasuk kurang
lebih 1,1 juta di tahun 2015.
Epidemiologi HIV/AIDS
■ Sebagian besar ODHA berada di low & middle income
country.
■ Sub-Saharan Africa adalah daerah yang paling banyak
HIV/AIDS, dengan 25.6 (23.1–28.5) juta ODHA di thn 2015.
Sub-Saharan Africa juga bertanggung jawab untuk 2/3
kejadian kasus baru HIV/AIDS di seluruh dunia.

■ Pada tahun 2015, diperkirakan sebanyak 1,2 juta (11%) dari


10,4 juta penderita TB di seluruh dunia adalah HIV positif.
■ Di tahun yang sama, sekitar 390,000 kematian akibat TB
terjadi pada ODHA.
■ Data WHO regional Afrika menyebutkan bahwa sekitar 75%
kematian akibat TB terjadi pada penderita HIV.
Diagnosa
■ Infeksi HIV biasanya didiagnosa melalui HIV
rapid diagnostic tests (RDTs), yang
mendeteksi ada atau tidaknya antibodi
terhadap HIV.
■ Diperkirakan hanya 60% ODHA yang tahu
akan status mereka. Sisanya sebanyak 40%
atau lebih dari 14 juta orang belum
terdiagnosa sehingga perlu mendapatkan
akses untuk pelayanan tes HIV.
Terapi
■ Belum ada terapi untuk infeksi HIV. Tetapi
pengobatan ARV yang efektif dapat mengontrol
perkembangan virus dan membantu dalam
mencegah transmisi virus, sehingga ODHA dan
mereka yang berisiko tertular dapat hidup dengan
produktif.
■ Jika reproduksi virus HIV berhenti, sel imun bisa
hidup lebih lama dan memberikan proteksi bagi
tubuh terhadap infeksi.
■ Terapi ART yang efektif dapat mengurangi jumlah
virus dalam tubuh dan bisa mengurangi risiko
penularan sebesar 96%.
Terapi ART
■ Antara tahun 2000 - 2015, new HIV infections berkurang
sebanyak 35%, dan AIDS-related deaths berkurang
sebesar 28% dengan sekitar 8 juta orang yang
terselamatkan.
■ Kemajuan juga dicapai dalam pencegahan dan eliminasi
mother-to-child transmission. Di thn 2015, sekitar 8 dari 10
bumil dengan HIV atau sekitar 1.2 juta bumil, telah
menerima terapi ART.
■ Sampai pertengahan 2016, 18.2 (16.1–19.0) juta ODHA di
seluruh dunia telah mendapatkan terapi ART. Tetapi jumlah
tsb hanya 46% dari total 36.7 juta penderita HIV/AIDS di thn
2015.
■ Memperluas terapi ART bagi seluruh ODHA dan
memperluas pilihan pencegahan dapat membantu
mengurangi 21 juta kematian akibat AIDS dan mencegah
terjadinya 28 juta kasus baru pada tahun 2030.
Penyakit Autoimun

■ Penyakit autoimun adalah kelompok gangguan


sistem kekebalan tubuh, dimana sel-sel sistem
kekebalan tubuh salah menafsirkan sinyal, dan
mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.
■ Penyakit autoimun menyebabkan bahaya bagi
kesehatan yang serius.
Insidens dan prevalensi

■ Diperkirakan 3% dari penduduk A.S


menderita penyakit autoimun (Jacobson et
al, 1997).
■ United States national institutes of health
(2000) melaporkan prevalensi autoimun
sebesar 5-8%.
Pola Demografi
■ Berbagai penyakit autoimun mempunyai onset yang
berbeda.
■ DM tipe 1 dan myocarditis banyak dijumpai pada anak dan
remaja.
■ Dermatomyositis, hypothyroidism, miastenia gravis, dan
uveitis 10x lebih banyak pada dewasa
■ Addison disease, multiple sklerosis dan vitiligo sering pada
dewasa muda.
■ Penyakit tiroid autoimun, lupus, systemic sklerosis, dan RA
biasanya terjadi pada usia reproduktif lanjut dan di tahun2
awal post menopause.
Pola demografi
■ Hampir semua penyakit autoimun yang onsetnya pada
usia dewasa lebih banyak dijumpai pada wanita.
■ > 85% Syorgen syndrom, Systemic Lupus Erythematosus
(SLE), dan systemic sclerosis dijumpai pada wanita.
Demikian juga 65-75% RA dan multiple sklerosis.
■ Sedangkan pada pria lebih sering terjadi DM tipe1,
ANCA- associated vasculitis, dan primary sclerosing
cholangitis.
■ Insidens dan prevalensi DM tipe 1, juvenile RA dan
multiple sklerosis cenderung lebih banyak di Eropa Utara
daripada Eropa Selatan dan Asia.
■ Risiko SLE lebih tinggi pada etnis Afrika-Amerika dan Asia
dibanding orang kulit putih.
Penyakit Autoimun di Indonesia
■ Kita menghadapi epidemic alergi (60 juta orang), Asmatik (30
juta orang), masalah auto imun (24 juta orang).
■ Penyakit autoimun yang banyak ditemukan adalah
rheumatoid arthritis, lupus, multiple sclerosis, psoriasis, celiac
disease, thyroid disease, dan banyak yang lain yang sulit sekali
untuk diklasifikasikan di abad 21 ini.

■ Penyakit autoimun, bila semuanya dikumpulkan,


bisa menjadi masalah utama kesehatan.
■ Penyakit autoimun adalah yang kedelapan menyebabkan
kematian pada wanita, dan memperpendek usia hidup
pasien sebanyak 8 tahun.
■ Biaya tahunan untuk kesehatan penyakit auto imun
adalah 120 milyar dolar, 2 kali lipat dari biaya
kesehatan untuk kanker (sekitar 70 milyar dolar).
Skrining
■ Bisa dilakukan dengan pemeriksaan auto
antibodi tetapi hanya ada untuk beberapa jenis
penyakit autoimun seperti DM type 2, RA dan
penyakit tiroid autoimun.
■ Rheumatoid factor ditemukan pada 3-10%
penduduk usia > 60 thn. Adanya rheumatoid
factor dapat memprediksi kejadian penyakit
RA (Korpillande et al, 2003).
■ Beberapa penelitian melaporkan peningkatan
prevalensi rheumatoid factor pada perokok
(Johnson et al, 1998).
Systemic Lupus Erytematosus
(SLE)
SLE
■ merupakan penyakit radang atau inflamasi
multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor
(Isenberg and Horsfall,1998)
■ Ditandai dengan adanya gangguan disregulasi sistem
imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi
autoantibodi yang berlebihan (Albar, 2003).
Epidemiologi SLE

■ Prevalensi SLE yang dilaporkan di United


States adalah 20-150 kasus per 100,000
■ Pada wanita, angka prevalensi bervariasi dari
164 (kulit putih) sampai 406 (Afrika Amerika)
per 100.000.
■ Insidens penyakit ini meningkat hampir 3x
lipat pada akhir abad 20.
Distribusi ras dan geografis
Perbedaan ras dan geografis mempengaruhi prevalensi
SLE dan juga frekuensi serta severitas manifestasi klinis
dan laboratorium:
■ SLE lebih sering ditemukan di daerah urban
dibandingkan daerah rural.
■ Di AS, prevalensi SLE lebih tinggi pada ras Asia,
Afrika Amerika, Afrika Karibia dan Hispanik Amerika
dibandingkan pada ras Kaukasian. DI Eropa
prevalensi SLE juga lebih tinggi pada keturunan Asia
dan Afrika.
■ Di New Zealand, prevalensi dan mortalitas SLE lebih
tinggi pada ras Polinesia dibanding ras Kaukasian.
Faktor Risiko SLE

■ SLE dapat mengenai segala usia, termasuk


anak2. Tetapi WUS (15 – 44 thn) mempunyai
risiko terbesar terkena penyakit ini.
■ Perempuan lebih banyak terkena dibanding
pria (perkiraan perbandingan adalah 4-12
wanita dibanding 1 pria).
■ Kelompok etnis minoritas — blacks/African
Americans, Hispanics/Latinos, Asians, and
American Indians/Alaska Natives— lebih
banyak terkena dibanding kulit putih.
Mortalitas
■ Penyebab mortalitas paling tinggi terjadi pada awal
perjalanan penyakit SLE adalah infeksi yang
disebabkan oleh pemakaian imunosupresan.
■ Sedangkan mortalitas pada penderita SLE dengan
komplikasi nefritis paling banyak ditemukan dalam 5
tahun pertama ketika dimulainya gejala.
■ Penyakit jantung dan kanker yang berkaitan dengan
inflamasi kronik dan terapi sitotoksik juga merupakan
penyebab mortalitas.
■ Hasil penelitian Bartels (2006) menemukan bahwa
penyebab mortalitas 144 dari 408 pasien SLE yang
dimonitor lebih dari 11 tahun adalah: SLE yang akif
(34%), infeksi (22%), penyakit jantung (16%), dan
kanker (6%).
Mortalitas

■ The Framingham Offspring Study menunjukkan


bahwa wanita dengan usia 35 – 44 tahun yang
menderita SLE mempunyai resiko 50 kali lipat lebih
besar untuk terkena infarct miocard daripada wanita
sehat.
■ Penyebab peningkatan penyakit coronary artery
disease (CAD) merupakan multifaktor termasuk
disfungsi endotelial, mediator inflamasi,
kortikosteroid yang menginduksi arterogenesis, dan
dislipidemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal
(salah satu manifestasi klinis dari SLE).
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT
HEMATOLOGI
Global epidemiology of haemoglobin
disorders and derived service indicators,
WHO bulletin
■ Kelainan Hb pada awalnya hanya endemis di 60% dari 229
negara, dan secara potensial bisa berdampak pada 75%
kelahiran.
■ Tetapi saat ini sudah terdapat di 71% negara dan
berdampak pada 89% kelahiran, sehingga diperlukan
upaya strategis untuk pencegahan dan penanganannya.
■ Tabel 1 menunjukkan perkiraan prevalensi anemia di
kawasan regional WHO. Sedikitnya 5.2% populasi dunia
dan >7% bumil mempunyai kelainan Hb. Dan 20% populasi
adalah carrier (pembawa gen) Thalassemia.
Epidemiologi Hb disorders
■ Sekitar 1.1% pasutri di seluruh dunia berisiko
mempunyai anak dengan kelainan Hb dan akan
berdampak pada 2,7/1000 kehamilan.
■ Prevalensi kelahiran yang terdampak
diperkirakan 2,55/1000 KH.
■ Penderita yg lahir di negara maju biasanya bisa
bertahan meski dengan berbagai kelainan kronis,
tetapi yang lahir di negara miskin akan meninggal
sebelum usia 5 thn.
■ Kelainan Hb menyumbang sekitar 3,4% kematian
balita di seluruh dunia.
Epidemiologi kelainan Hb

■ Setiap tahun terdapat lebih dari 332.000


kehamilan dengan kelainan tsb, sekitar
275.000 dengan kelainan sickle cell yang
membutuhkan diagnosis dini dan tindakan
profilaksis.
■ Juga terdapat sekitar 56 000 penderita
thalasemia mayor, termasuk kurang lebih 30
000 orang yang membutuhkan transfusi
reguler untuk bisa bertahan hidup.
■ Sekitar 5500 bayi meninggal karena
thalasemia mayor dalam masa perinatal.
Dampak kelainan Hb

■ Sekitar 12% anak yang lahir dengan thalasemia


β membutuhkan transfusi, tetapi yang
mendapatkan terapi iron-chelation yang
adekuat hanya kurang dari 40% nya.
■ Dari sekitar 100 000 pasien yang menjalani
transfusi reguler, sedikitnya 3000 orang
meninggal pada usia remaja atau awal usia 20
thn setiap tahunnya karena kelebihan besi yang
tidak terkontrol (uncontrolled iron overload).
Program Skrining
■ 75% kelahiran terjadi di negara2 dengan endemis
kelainan Hb dan 13% penduduk dari daerah endemis
bermigrasi serta melahirkan di negara2 lain, sehingga
secara umum 88% dari 123 juta bumil setiap tahunnya
seharusnya dilakukan skrining.
■ Lebih dari 9 juta wanita yang membawa gen kelainan
Hb (carrier) akan mengalami kehamilan setiap
tahunnya. Risiko bahwa pasangannya juga carier
bervariasi antara 0.1–40% (dengan rata2 global
sebesar 14%). Mereka membutuhkan informasi dan
akses untuk program skrining.
Program Skrining

■ Setiap tahun, sedikitnya akan ada 948.000


pasangan carrier yang baru, dan lebih dari 1,7
juta kehamilan dari pasangan carrier ini 75%
nya berisiko. Karena itu diperlukan risk
assessment dan konseling genetik bagi
kelompok ini.
■ Di samping itu juga ada sekitar 1,33 juta
kehamilan berisiko setiap tahunnya, yang
membutuhkan diagnosis prenatal.
Program Skrining
■ Skrining untuk carier dan diagnosis prenatal dikembangkan di
beberapa negara Asia (China, Taiwan, India, Iran, Maldives dan
Singapore.
■ Di Australia, New Zealand dan North America, skrining carrier
saat antenatal dan diagnosis perinatal merupakan standar praktik.
Untuk deteksi risiko tepat waktu, skrining seharusnya bisa
dilakukan di pelayanan kesehatan primer.
■ Data global menunjukkan perkiraan terjadinya penurunan
kelahiran dengan thalasemia sebesar 16% dan dengan kelainan
sickle cell sebesar 4%. Penurunan ini diperkirakan lebih banyak
karena berkurangnya kehamilan pada pasangan berisiko yang
sudah mendapatkan informasi, dibandingkan karena diagnosis
perinatal.
ANEMIA DEFISIENSI BESI (ADB)
■ ANEMIA adalah kondisi seseorang di mana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari
normal

Batas normal kadar Hb menurut WHO :


– Anak umur 6 bulan s/d 6 tahun 11 g/100 ml
– Anak umur 6 tahun s/d 14 tahun 12 g/100 ml
– Dewasa laki-laki 13 g/100 ml
– Dewasa wanita 12 g/100 ml
– Wanita hamil 11 g/100 ml

■ Di Indonesia, anemia kebanyakan disebabkan


karena defisiensi zat besi
Penyebab ADB
■ Kurangnya konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal
dari sumber hewani.
■ Kehilangan zat besi karena infeksi cacing.
■ Karena kebutuhan yang meningkat seperti pada masa balita,
remaja dan kehamilan.
■ Tumbuh kembang dan pada penyakit infeksi, seperti malaria,
TBC.
■ Terjadinya ketidak seimbangan antara kebutuhan tubuh pada zat
besi dibandingkan dengan penyerapan dari makanan.
■ Diduga kuat, sebagian besar bahan makanan penduduk Indonesia
berasal dari nabati, padahal zat besi dari nabati (seperti bayam,
kangkung, atau daun singkong) lebih sulit diserap oleh tubuh.
■ Akibatnya, rata-rata makanan penduduk Indonesia mengandung zat besi
lebih rendah dari kebutuhan. Padahal, zat besi juga banyak terdapat di
bahan makanan hewani seperti hati, daging sapi atau ayam, serta ikan.
Epidemiologi ADB – WHO 2011

■ Anemia adalah masalah PH dan masalah nutrisi


secara global
■ Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita
anemia dan lebih dari 50% adalah ADB
■ ADB mengenai semua kelompok umur, tetapi
prevalensi lebih tinggi pada bumil dan anak2.
Remaja putri juga rentan terhadap defisiensi Fe
■ Laporan WHO (2002): ADB termasuk 10 risiko
paling besar di negara dengan AKB tinggi,
penanganan terhadap ADB adalah intervensi PH
yang cost effective.
ADB pada Remaja
■ ADB pada remaja termasuk masalah PH mayor
■ Insidens anemia pada remaja cenderung
meningkat sesuai usia dan berhubungan dengan
akselerasi pertumbuhan selam masa remaja.
■ Prevalensi tertinggi adalah antara usia 12-15 thn.
Lebih dari 50% remaja putri dilaporkan
menderita anemia.
■ Remaja usia 10-19 thn termasuk kelompok risti
utk ADB, karena kebutuhan zat besi yang
meningkat, intake makanan yang kurang zat
besi, tingginya angka infeksi cacing dan budaya
pernikahan dini serta kehamilan remaja
■ Onset kehamilan yang terjadi pada masa
remaja meningkatkan kebutuhan zat besi dan
menyebabkan terjadinya ADB.
■ 47% perempuan di India dan > 50% perempuan
di Bangladesh dan Nepal menikah pada usia 18
thn. Di Indonesia , Thailand dan Srilanka
persentase pernikahan dibawah 18 thn adalah
22%, 19,7% dan 10%.
Epidemiologi ADB di Indonesia
■ ADB di Indonesia masih merupakan masalah
gizi utama selain kekurangan kalori protein,
vitamin A dan yodium.
■ Hasil SKRT 1992: prevalensi ADB pada balita
sebesar 55,5%.
Sindonews.com
Dampak ADB
■ ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi
kesehatan anak berupa gangguan tumbuh
kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya
ingat.
■ ADB pada balita menyebabkan:
– terjadinya gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
sehingga tidak dapat mencapai tinggi yang optimal,
– berhubungan dengan peningkatan morbiditas karena mudah
terkena penyakit infeksi akibat daya tahan tubuh menurun
– mengganggu perkembangan kognitif dan presstasi sekolahnya
Dampak ADB

Menurut penelitian Zlotkin (2003), efek atau


akibat dari anemia pada balita berupa:
■ terjadinya penurunan perilaku dan kognitif
■ rentan terhadap penyakit
■ cengeng
■ terjadinya gangguan perkembangan motorik
Kerugian Ekonomi ADB

■ Biaya ekonomi ADB diperkirakan 4.05% dari GDP,


yaitu sebesar USD 2.32 per kapita untuk kehilangan
produktifitas dan USD 14.46 per kapita untuk
hilangnya fungsi kognitif (ADB mengurangi IQ
setengah dari standar deviasi).
■ Di seluruh dunia, setiap tahunnya terjadi kehilangan
sekitar USD 50 juta dalam GDP akibat kerugian
ekonomi yang ditimbulkan oleh ADB (kognitif dan
produktifitas).
Penanganan ADB di Indonesia

■ Jika sumber makanan dianggap masih belum


mencukupi, maka suplemen penambah darah yang
mengandung zat besi dan asam folat untuk membantu
membentuk hemoglobin darah dapat dikonsumsi.
■ Dosisnya tak perlu berlebihan, cukup 1 tablet setiap
hari untuk ibu hamil, nifas, atau menyusui.
■ Sementara perempuan usia subur yang sangat aktif
bekerja hanya cukup mengonsumsi 1 tablet setiap
minggu.
Pencegahan ADB -
Rekomendasi WHO
■ Suplementasi tablet Fe setiap hari
direkomendasikan sebagai intervensi PH
bagi bayi dan anak usia 6–23 bulan, yang
tinggal di daerah dengan prevalensi anemia
dalam kelompok umur ini mencapai 40%
atau lebih, untuk mencegah kejadian ADB.
Tugas Kelompok
Uraikan tentang beberapa penyakit sistim imun dan hematologi
berdasarkan ruang lingkup epidemiologi sebagai berikut:
1. Frekuensi masalah kesehatan  besarnya masalah
kesehatan pada sekelompok masyarakat (prevalensi,
insidens, morbiditas, mortalitas,, prognosis dll)
2. Penyebaran dan pengelompokkan masalah kesehatan
menurut konsep waktu, tempat (gambaran distribusi
secara global, terutama secara nasional dan di NTT kalau
ada) dan orang (kelompok penduduk yang mana, usia, ras,
jenis kelamin, dll). Gunakan data terbaru, cth: riskesdas
2013, dll
3. Faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan (host – agent – environment),
identifikasi faktor risiko, skrining, dan pencegahan, dan
prognosis
Tugas Kelompok
Kelompok dibagi 6, dengan topik:
1. Rheumatoid Arthritis & SLE (terutama di
Indonesia)
2. HIV/AIDS (terutama di Indonesia dan NTT)
3. Anemia Defisiensi Fe (terutama di
Indonesia dan NTT)
4. Leukemia & Thalassemia
5. Limfoma (Hodgkin dan Non Hodgkin)
Buat ppt nya dan kumpulkan dalam 1 CD

Anda mungkin juga menyukai