Kidney
Disease
Bimbingan Dokter Muda
Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNS
Definisi
Chronic kidney disease (CKD) adalah
suatu kerusakan pada struktur atau fungsi
ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan,
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit peradangan
seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, malformasi saat perkembangan janin
dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar
prostat, dan infeksi saluran kemih yang berulang (Wilson, 2005).
Faktor Resiko
• Usia,
• Riwayat keluarga CKD,
• Intake air putih ≤2000ml/day,
• Konsumsi minuman
berkarbonasi,
• Riwayat penyakit ginjal (AKI),
batu ginjal, hipertensi, and
diabetes mellitus
• Gender: pria > wanita
• Obesitas
• Merokok
• Nefrotoksin: alkohol, obat
analgesik
PATOFISIOLOGI
• Hiperkalemia biasanya tidak terjadi hingga GFR turun menjadi kurang dari 20-25 mL / mnt / 1,73
m², di mana ginjal mengalami penurunan kemampuan untuk mengeluarkan kalium.
• Hiperkalemia dapat diamati lebih cepat pada pasien yang mengonsumsi makanan kaya kalium atau
memiliki kadar aldosteron serum rendah. Sumber umum kadar aldosteron rendah adalah diabetes
mellitus dan penggunaan inhibitor ACE, NSAID, atau beta-blocker.
• Hiperkalemia pada CKD dapat diperburuk oleh pergeseran kalium ekstraseluler, seperti terjadi
pada keadaan asidemia atau karena kurangnya insulin.
Asidosis metabolik
Pada CKD, ginjal tidak mampu menghasilkan cukup amonia dalam tubulus
proksimal untuk mengeluarkan asam endogen ke dalam urin dalam bentuk
ammonium. Pada tahap 5 CKD, akumulasi fosfat, sulfat, dan anion
organik lainnya adalah penyebab peningkatan gap anion.
Retensi garam dan air
Regulasi garam dan air oleh ginjal berubah dalam CKD. Ekspansi volume
ekstraseluler dan kelebihan volume tubuh total terjadi akibat kegagalan
ekskresi natrium dan air. Biasa dimanifestasikan secara klinis ketika
GFR turun menjadi kurang dari 10-15 mL / menit / 1,73 m², ketika
mekanisme kompensasi sudah minimum.
Retensi garam dan air (cont’d..)
Ketika fungsi ginjal menurun lebih banyak, retensi natrium dan ekspansi volume
ekstraseluler menyebabkan edema perifer dan tidak jarang, edema paru dan hipertensi.
Pada GFR yang lebih tinggi, kelebihan natrium dan asupan air dapat menghasilkan
gambaran yang sama jika jumlah natrium dan air yang dicerna melebihi potensi yang
tersedia untuk kompensasi ekskresi.
ANEMIA
Anemia normositik normokromik terutama berkembang dari penurunan sintesis
erythropoietin ginjal, hormon yang bertanggung jawab untuk stimulasi
sumsum tulang untuk produksi sel darah merah (RBC). Anemia dimulai
pada awal perjalanan penyakit dan menjadi lebih parah karena massa ginjal
yang berfungsi dengan baik menyusut dan GFR semakin menurun.
BONE DISEASE
Renal Bone Disease adalah komplikasi umum dari CKD. Ini mengakibatkan
komplikasi skeletal (misalnya, kelainan pada pergantian tulang, mineralisasi,
pertumbuhan linear) dan komplikasi ekstraskeletal (misalnya, kalsifikasi
jaringan pembuluh darah atau jaringan lunak).
(Kemenkes RI)
KLASIFIKASI STADIUM
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
kemampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. Klasifikasi ini ditujukan
untuk memfasilitasi penerapan pedoman praktik klinis, pengukuran kinerja
klinis dan peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen CKD
Pemeriksaan fisik CKD
Manifestasi klinik CKD tidak spesifik dan biasanya ditemukan pada tahap akhir penyakit. Pada
stadium awal, CKD biasanya asimtomatik, meliputi :
penunjang CKD pada pasien CCKD untuk menilai fungsi ginjal. Kadar
elektrolit seperti sodium, potassium klorida dan bikarbonat dapat
menentukan kelainan biokimiawi darah
3. Bersihan suatu zat/klirens
sihan suatu zat / Klirens Klirens dari suatu zat adalah
volume dari plasma yang dibersihkan dari zat
tersebut dalam satuan waktu.
Zat yang difiltrasi kemudian tidak direabsorbsi maupun disekresi adalah inulin,
nilai bersihannya sesuai dengan laju filtrasi glomerulus.
• Kadarnya di
Klirens kreatinin secara konvensional memerlukan pengumpulan urine 24 jam.
plasma relatif
konstan dan
Untuk menghindari
klirensnya dapatkesalahan penilaian karena pengumpulan urine, digunakan
rumus bersihan
diukur tanpa pengukuran kadar kreatinin urine yakni rumus Cockcroft-
sebagai
Gault.
indikator laju
filtrasi
A= luas permukaan tubuh
glomerulus. dengan menggunakan
nomogram Du Bois
1. Laboratorium
Pemeriksaan
penunjang CKD
• Proteinuria
• Proteinuria sebagai petunjuk • Urea
adanya penyakit ginjal. terjadi • Senyawa nitrogen non • Kalium
karena adanya protein dengan konsentrasi • Kalium sebagian besar
• peningkatan permeabilitas disekresi oleh nefron
tertinggi di dalam darah
membran glomerulus (glomerular
adalah urea. bagian bawah. Pada diet
proteinuria), gangguan reabsorbsi
tubulus (tubular proteinuria), tinggi kalium, akan
peningkatan protein yang beradaptasi dengan
abnormal dalam plasma dan meningkatkan ekskresi
sekresi protein yang abnormal di nefron dan sekresi di
dalam traktus urinarius (post renal usus.
proteinuria).
1. Laboratorium
Pemeriksaan
penunjang CKD
• Kalsium (Ca)
• Natrium • Penurunan kadar kalsium • Fosfat (P)
• Pada penyakit ginjal kronik total pada penyakit ginjal • Terjadi penurunan
terjadi kegagalan peningkatan kronik merangsang sekresi ekskresi fosfat pada
ekskresi NaCl untuk hormon paratiroid dan nefron menyebabkan
menyesuaikan dengan katabolisme hormon peningkatan kadar fosfat
peningkatan dietnya. paratiroid terbanyak di serum. Nilai normal
ginjal, sehingga terjadi fosfat plasma/serum
hiperparatiroid sekunder normal: 2,5 – 4,5 mg/dl
1. Laboratorium
Pemeriksaan
penunjang CKD
• Asam urat
• Magnesium • Asam urat merupakan
• Peningkatan Mg serum terjadi produk akhir dari Nilai rujukan asam urat darah dengan
saat GFR < 20 ml/menit metabolisme purin. Asam metode urikase adalah:
karena ekskresi menurun dan urat bersifat kurang larut 1. Wanita dewasa = 2,6 – 6 mg/dl (0,16 –
air, oleh enzim urikase / 0,36 mmol/L)
absorbs di usus tetap normal.
2. Pria dewasa = 3,5 – 7,2 mg/dl (0,21 –
Nilai normal magnesium urat oksidase
0,43 mmol/L)
serum: 0,6 – 1,1 mmol/L. dikatabolisme menjadi 3. Anak – anak = 2 – 5,5 mg/dl (0,12 –
alantoin yang larut air. 0,33 mmol/L)
Pemeriksaan
penunjang CKD 1. Radiologis
Non
Farmakologis
Farmakologis
Non farmakologis
• Nutrisi
Pasien non dialisis dengan LFG
<20ml / menit, evaluasi status
nutrisi dari serum albumin
dan/atau BB aktual tanpa edema
Non farmakologis
• Protein
• Pasien Non dialisis 0,6-0,75 gr/kgBB ideal/hari
• Pasien Hemodialisis 1-1,2 gr/kgBB ideal/hari
• Pasien Peritoneal Dialisis 1,3 gr/kgBB ideal/hari
• Lemak : 30-40% dari kalori total (jumlah asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
seimbang)
• Karbohidrat : 50-6-% dari kalori total
• Natrium : <2 gram /hari
Non farmakologis
farmakologis
• Kontrol Tekanan Darah
• ACE –I / ARB evaluasi Cr dan K serum, bila Cr meningkat >35% atau timbul
Hiperkalemi harus dihentikan
• CCB
• Diuretik
• Kontrol Gula Darah
• Hindari Metmorfin dan obat Sulfonilurea masa kerja panjang.
• Target HbA1C : DM tipe 1 0,2 di atas nilai normal tertinggi, DM tipe 2 6%
farmakologis
• Koreksi Anemia : target Hb 10-12 g/dl
• Kontrol anemia : Efrek, ROEPO (SC), Transfusi PRC
• Kontrol Hiperfosfatemi : Kalsium karbonat/kalsium asetat
• Kontrol Osteodistrofi Renal : Kalsitriol
• Koreksi asidosis metabolik : taget HCO3 20-22 mEq/l
• Kontrol dislipidemia : target LDL<100 mg/dl, dianjurkan gol statin
• Koreksi Hiperkalemi
• Terapi ginjal pengganti
Pedoman KDIGO merekomendasikan memantau eGFR dan albuminuria
setidaknya sekali setahun
Pasien berisiko tinggi, langkah-langkah ini harus dipantau setidaknya
dua kali per tahun
Pasien dengan risiko sangat tinggi harus dimonitor minimal 3 kali per
tahun.
Pasien dengan risiko sedang hingga risiko tinggi mempunyai
peningkatan risiko kelainan elektrolit, gangguan mineral dan tulang, dan
anemia.
thankyou
Bimbingan Dokter Muda
Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UNS
SUMBER :
Rahmawati, F (2018). “Aspek Laboratorium Gagal Ginjal Kronik”. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 6(1), hal. 14-22.
Alwi, L. Dkk. (Ed). (2019). Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia
Desitasari, Tri Gamya U, Misrawati. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Riau. 29-114.
Rina, D. 2010. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Skripsi tidak
dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.
Sudoyo dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI