Hukum Perlindungan Konsumen (I)
Hukum Perlindungan Konsumen (I)
MKn
Pertemuan I
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang
(2000-2004)
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Theory)
Transaksi bisnis dari hukum perjanjian yang
melahirkan konsumen
Teori Pertanggungjawaban Produk (Grand
Theory)
Aspek hukum UU perlindungan konsumen
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1),
Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan
Alternatif Penyelesian Sengketa
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No.
795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen
Perlindungan berasal dari kata dasar ‘lindung’
yg berarti berada dibalik, disamping maupun
di bawah sesuatu agar tidak tertimpa sesuatu
nestapa dari arah yg berlawanan
Perlindungan hukum (rechstbescherming)
Unsur Subyektif/Nisbi/Kejujuran
Itikad baik dalam arti subyektif ini merupakan sikap batin atau suatu
keadaan jiwa. Dalam pasal 531 BW tersebut, menunjukkan salah satu
indikator bezitter beritikad baik adalah sejak berkedudukan sebagai
bezitter, ia tidak mengetahui adanya cacat cela di dalam objek bezit
tersebut.
Unsur Mutlak/Objektif./Kepatutan
Mengutip pasal 1338 (3) KUH Perdata, maka kejujuran (itikad baik) tidak
terletak pada keadaan jiwa manusia, akan tetapi terletak pada tindakan
yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam melaksanakan janji, jadi
kejujuran disini bersifat dinamis. Pada itikad yang kedua, penilaian
terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif
untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak) menurut norma-norma
yang objektif.
Perjanjian Bernama dan tak bernama
1. Jual beli----pembeli sebagai konsumen
2. Sewa----penyewa sebagai konsumen
3. Pinjam-meminjam----peminjam sebagai
konsumen
4. Penitipan----pemberi titipan sebagai
konsumen
5. Leasing----leasor sebagai konsumen
Tuntutan ganti kerugian konsumen kepada
produsen dapat diajukan berdasarkan tiga teori
tanggung jawab, yaitu:
1. Tanggung jawab berdasarkan kelalaian
(negligence),
2. Tuntutan berdasarkan ingkar janji atau
wanprestasi (breach of warranty), dan
3. Tanggung jawab mutlak (strict product
liability).
(Jethro K. Lieberman dan George J. Siedel, Legal
Environment of Business (Harcourt Barce
Jovanovich, 1998), h. 264)
Hukum Konsumen/
Hukum Perlindungan KOnsumen
Hukum Perdata
Hukum Publik
(dalam arti luas)
Hukum Administrasi
Hukum Pidana
Hukum Perdata
Hukum Dagang
Hukum Acara
Perdata/Pidana
Aspek Hukum Privat:
Perjanjian