Anda di halaman 1dari 48

Undang-undang dan hukum

perlindungan konsumen terkait bahan


makanan

DOSEN PENGAMPU:

ILMA NURIA SULRIENI, M.KES


TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

• Asas Kebebasan Berkontrak (Pasal 1338 ayat 1)


 Asas Hukum
Aspek Hukum Privat: •Asas Konsensualitas (Pasal 1320 ayat 1).
•Asas Itikad Baik (Pasal 1338 ayat 3)

• Perjanjian dengan syarat2 baku


(standard contract).
Hukum Perjanjian • Lihat Praktik di Inggris
•“ The Unfair Contrcat Terms Act 1977

• Syarat baku dilarang berkaitan dengan:


• pengecualian tanggungjawab karena
wan prestasi.
• Menghindari Tanggungjawab atas kelaikan
• barang.
•Pembatasan tanggungjawab ( jumlah gantirugi,
Kaidah Hukum •jangka waktu klaim, pemanfaatan hak)
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

Kaidah Hukum LIHAT PERIKATAN

Perjanjian

Perbuatan Melawan Hukum


TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Nyonya Donoghue diajak temannya kr restoran milik Minchella,
dan di sana ia ditraktir temannya itu dengan sebotol minuman
“ginger beer” dan es krim. Botol “ginger beer” itu guram sehingga
orang tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya. Minchella
menuangkan sebagian “ginger beer” ke dalam gelas berisi es krim
untuk Nyonya Donoghue dan langsung diminumnya, sedangkan
sisanya dituangkan teman Nyonya Donoghue ke gelas kosong lain
yang tersedia, dan kini di dalam gelas kosong tersebut terlihat
keong (snail) dalam bentuk terpotong-potong. Milihat barang
menjijikan tersebut Nyonya Donoghue shock dan menderita
“gastro enteritis”. Atas gangguan kesehatan tubuh dan
kejiwaannya, ia menggugat gantirugi terhadap Stevenson,
produsen “ginger beer” itu.

APA HUBUNGAN HUKUMNYA?.


TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK
Perbuatan Melawan Hukum

• House of Lord memutuskan:


•Nyonya Donoghue mempunyai alas hak untuk menggugat
Stevenson dan mengabulkan gugatan Nyonya Donoghue.

• Pertimbangan House of Lord


• …. That a manufacturer owner a general duty to take care
to ultimate consumer”
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

 Aspek Hukum Publik terdiri atas:


 Hukum Administrasi:
 Peraturan yang berhubungan dengan pembinaan dan pengawasan mutu dan
keamanan barang.
 Peraturan yang berhubungan dengan praktik penjualan.
 Peraturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
 Hukum Pidana:
 KUHPidanadan peraturan perundang-undangan diluar KUHPidana.terdiri atas
KUHAPidana
 Dapat dijadikan dasar untuk menggugat secara perdata (kasus biskuit beracun).
 Pasal-pasal penting: Pasal 204, 205 KUHPidana: menyangkut barang-barang pada
umumnya.
 Pasal 382 bis : persaingan curang.
TINJAUAN
ASPEK HUKUM PRIVAT DAN PUBLIK

 Aspek Hukum Publik terdiri atas:


 Pasal 383: penjual menipu pembeli tentang berbagai barang, keadaan, sifat
dst.
 Pasal 386: menyangkut khusus barang makanan, minuman dan obat-
obatan.
 Pasal 386 ayat 2: barang makanan, minuman dan obat-obatan palsu yaitu
yang harga dan guna obat tersebut menjadi berkurang karena telah
dicampur dengan bahan-bahan lain.
 Dst.
 Hukum Internasional:
 Yurisdiksi : Hakim mana yang berwenang mengadili gugatan.
 Pilihan hukum: hukum mana yang digunakan dalam memeriksa dan
memutus sengketa yang terjadi.
Hukum Konsumen/
Hukum Perlindungan KOnsumen

Hukum Perdata
Hukum Publik
(dalam arti luas)

Hukum Administrasi

Hukum Pidana
Hukum Perdata

Hukum Perdata Internasional

Hukum Dagang
Hukum Acara
Perdata/Pidana
Pendahuluan

 Ketidakseimbangan antara produsen dan konsumen →


dikompensasi
 Kekuatan kapital/modal,
 Produsen lebih terorganisasi, konsumen lebih individual,
 Produsen diberikan kemudahan-kemudahan oleh pemerintah.

 Caranya: gerakan perlindungan konsumen, perangkat


kelembagaan dan hukum, dan upaya lain supaya
konsumen bisa mengkonsumsi dengan lebih aman.
 Hal ini merupakan keharusan, karena perkembangan
ekonomi dan industri maju → dampak negatif.
9
 Perkembangan industri dan gerak modal yang cepat
menyebabkan produksi barang dan jasa semakin
kompleks.
 Informasi di balik proses industri → salah satu faktor
persaingan.
 Hal lain, konsumen golongan bawah mempunyai pilihan
yang terbatas hanya untuk barang-barang murah.
 Mekanisme dan transaksi pasar, tidak selalu adil sehingga
sering merugikan konsumen.
 Pemerintah masih kurang berperan untuk menjadi wasit
dalam mengatasi mekanisme pasar yang unfair dan
cenderung merugikan konsumen.
10
 Perkembangan ekonomi dan industrialisasi sangat kuat → konsumen menjadi
lemah.
 Untuk itu kekuatan konsumen perlu digalang.
 Dengan kelembagaan yang kuat, produsen diharapkan akan lebih berhati-hati
dalam memproduksi barang dan jasa.
 Apabila kepentingan konsumen dilanggar, gerakan konsumen dimungkinkan
masuk ke bidang politik ekonomi → menambah bargaining power dengan
wakil-wakil politiknya.

11
 Kesenjangan ekonomi paling merugikan konsumen sebagai salah satu
pelaku ekonomi.
 Resolusi PBB No. 39/248 Tahun 1985 tentang Perlindungan Konsumen,
tanggal 16 April 1985 (No. A/RES/39/248)
– The UN Guidelines for Consumer Protection.
 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, tanggal 20 April
1999.
 Keikutsertaan Indonesia di WTO
– Dampak positif,
– Dampak negatif.
 Kongres Internasional Organization of Consumers Unions (IOCU) ke-14,
sekarang Consumers International (CI) memandang perlu menindaklanjuti
Resolusi PBB.
12
Hukum Konsumen

 Digabungkan dengan Hukum Persaingan dengan nama Antitrust and


Consumers Protection.
 Unfair competition – selalu berpengaruh kepada konsumen.

Sanitasi Makana 13 Juni 2021 13


Prinsip-prinsip Hukum Perlindungan
Konsumen
 Pelaku usaha mengangkat konsumen, sekaligus melindungi rakyat yakni
dengan cara meningkatkan kualitas barangnya dengan harga yang tetap
terjangkau.
 Perlindungan hukum perdata, pidana, dan administrasi negara (perlindungan
yang lebih bersifat tidak langsung, preventif, proaktif).

14
Kedudukan Konsumen

 Let the buyer beware (caveat emptor)


◦ Pelaku usaha dan konsumen seimbang sehingga tidak perlu
perlindungan.
 The due care theory
◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melakukan prinsip kehati-
hatian dalam memasyarakatkan produk (barang/ jasa).
 The privity of contract
◦ Pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen,
tetapi hal itu baru dapat dilakukan apabila di antara mereka terjalin
suatu hubungan kontraktual.
 Prinsip kontrak bukan merupakan syarat
◦ Kontrak bukan merupakan syarat untuk menetapkan eksistensi suatu
hubungan hukum.

15
Hak Konsumen
Empat Hak Dasar Konsumen
(John F. Kennedy)
 The right to safe products,
 The right to be informed about products,
 The right to definite choice in selecting products,
 The right to be heard regarding consumer interests.

16
The Rights of the Consumer
 The Right to Basic Needs
The right to basic needs means the right to all the goods and
services that are needed in our daily life including enough food,
clothing, house, health and education.
 The Right to Safety
The consumers have the right to be protected from goods, services
and manufacturing processes that might expose their health and
life to danger.
 The Right to be Informed
The right to be informed means that the consumers have the right
to obtain accurate and precise facts about the goods and services
that they want to consume in order for them to make the right
choice. The consumers need to be equipped with enough
information so that they can act in a wise and responsible way.
 The Right to Choose
The consumers are entitled to have freedom in buying or assuring
that the goods and services that they need are obtained through
the right channels, based on the right price. In the case of
monopoly, the consumers need to obtain guarantee over the 17 quality
of the goods and services at a reasonable price.
 The Right to be Heard
This means the right to advocate consumers' interest with a
view to their receiving full and sympathetic consideration in the
formulation and execution of economic and other policies.
 The Right of Redress
The right of redress means the consumers have the right to a
fair settlement of just claims.
 The Right for Consumer Education
The consumers have the right to acquire the knowledge and
skills necessary to be an informed consumers.
 The Right to a Healthy Environment
This means the right to a physical environment that will
enhance the quality of life.
18
Contoh: Hak atas Kebutuhan Pokok

 Hak untuk memperoleh kebutuhan pokok “the right to satisfaction of basic


needs”.
 Pangan, papan, sandang, kesehatan, dan pendidikan.

19
UN Guidelines:
Kepentingan-kepentingan Konsumen

 Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan


keamanannya,
 Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen,
 Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan
kemampuan mereka melakukan pelatihan yang tepat sesuai kehendak
dan kebutuhan pribadi,
 Pendidikan konsumen,
 Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif,
 Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya
yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut
untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut kepentingan mereka.
20
UUPK
Anatomi (15 bab, 65 pasal)
 Bab I Ketentuan Umum
 Bab II Asas dan Tujuan
 Bab III Hak dan Kewajiban
 Bab IV Perbuatan yang Dilarang bagi Pelaku Usaha
 Bab V Ketentuan Pencantuman Klausua Baku
 Bab VI Tanggung Jawab Pelaku Usaha
 Bab VII Pembinaan dan Pengawasan
 Bab VIIIBadan Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
 Bab IX Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
 Bab X Penyelesaian Sengketa
 Bab XI Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
 Bab XII Penyidikan
 Bab XIII Sanksi
 Bab XIVKetentuan Peralihan
 Bab XV Ketentuan Penutup

21
UUPK
Konsumen
 “Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

22
UUPK
Pelaku usaha
 “Setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi”.
 Produsen pabrikan, rekanan, agen, distributor, serta jaringan-
jaringan yang melaksanakan fungsi pendistribusian dan
pemasaran barang dan/atau jasa kepada masyarakat luas
selaku pemakai dan/atau penggunaan barang dan/atau jasa.

23
UUPK
Hak & Kewajiban
• Hak konsumen
– Pasal 4
• 9 butir

• Kewajiban konsumen
– Pasal 5
• Hak pelaku usaha
– Pasal 6
• Kewajiban pelaku usaha
– Pasal 7

24
UUPK

 Penerapan asas beban pembuktian terbalik dalam


hukum pidana – Pembuktian terhadap ada/tidaknya
unsur kesalahan dalam kasus pidana, merupakan
beban dan tanggung jawab pelaku usaha (Pasal 22
UUPK).
◦ Isu HAM pelaku usaha dalam posisi pihak yang
bersalah >< presumption of innocence.
◦ Dinilai fair bagi konsumen karena pelaku uaha
mempunyai akses yang lebih besar atas produk dan
proses dari barang dan/atau jasa yang dihasilkan.
25
UUPK
Barang
 Definisi barang
 “Setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen”.
 Di Eropa
 Dikecualikan:

 Agricultural product (apabila produk hasil pertanian langsung


dikonsumsi, tidak termasuk dalam product liability karena
tidak mengalami proses awal),
 Hunting product (sda),
 Fishery product (sda).
26
UUPK
Jasa
 “Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen”.

27
UUPK
Hal-hal baru
 Pertanggungjawaban pidana korporasi
 Hak gugat lembaga konsumen
 Gugatan kepentingan kelompok
 Beban pembuktian terbalik

28
UUPK
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

• Subjek tindak pidana dalam UUPK adalah pelaku usaha


• Penjelasan Pasal 1 angka 3: Pelaku usaha
– Perusahaan,
– Korporasi,
– BUMN,
– Koperasi,
– Importir,
– Pedagang,
– Distributor.

29
UUPK
Hak Gugat Lembaga Konsumen
 LK a.n. konsumen dapat mengajukan gugatan atas pelanggaran yang
dilakukan pelaku usaha yang merugikan kepentingan konsumen (Pasal 46 ayat
(1) huruf c).
 LK mempunyai hak gugat (legal standing to sue) kepada pelaku usaha, lepas
ada atau tidak ada surat kuasa dari konsumen yang dirugikan.

30
UUPK
Gugatan Kepentingan Kelompok
 Terhadap sengketa konsumen yang melibatkan konsumen
dalam jumlah besar/massal, padahal inti persoalan
menyangkut hal yang sama, konsumen dapat mengajukan
gugatan kepentingan kelompok (class action) kepada
pelaku usaha (Pasal 46 ayat (1) huruf b).
 Gugatan kepada pelaku usaha cukup diwakili beberapa
konsumen dan apabila gugatan dimenangkan dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, konsumen lain yang
tidak ikut menggugat dapat langsung menuntut ganti rugi
berdasarkan putusan pengadilan tersebut.
31
Class Action

• Pasal 123 HIR (Hukum Acara Perdata)


– Untuk mengajukan gugatan ganti rugi, korban harus membuat surat kuasa khusus
kepada pengacara untuk selanjutnya mengajukan gugatan perdata ke PN setempat.
– Apabila korban ratusan, surat kuasa khusus tersebut sulit.
– Hanya korban yang menggugat yang akan memperoleh ganti rugi apabila
gugatannya berhasil.

32
Class Action

• Gugatan perwakilan kelompok.


• Sifat massal.
• Untuk kasus yang sama, cukup diwakili beberapa korban menuntut secara
perdata ke pengadilan.
• Untuk putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap pihak korban
dimenangkan, korban lain yang tidak mengajukan gugatan dapat meminta
ganti rugi tanpa harus mengajukan gugatan baru.

33
UUPK
Beban Pembuktian Terbalik
 Biasanya apabila menggugat, konsumen harus membuktikan bahwa produsen
melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian di pihak konsumen.
 Dari perspektif konsumen akan lebih adil apabila beban pembuktian ada pada
produsen: produsen harus membuktikan bahwa produsen telah melakukan proses
produksi sesuai dengan prosedur yang ada.

34
UUPK
Beban pembuktian terbalik
 Contoh: kasus biskuit beracun
 Apabila konsumen yang harus membuktikan, konsumen kesulitan karena awam
tentang proses produksi makanan ybs – secara teknis bukanlah hal yang
mudah/sederhana.

35
Reformasi terhadap Hukum Acara Perdata

• Small Claim Court


– : semacam peradilan kilat dengan hakim tunggal, tanpa harus menggunakan
pengacara, biaya ringan, tidak ada upaya banding.
– Untuk sengketa konsumen dengan nilai nomial sangat kecil – menghindari biaya
mahal dan prosedur rumit.
– Memberikan akses konsumen untuk menggugat produsen, walaupun nilai nominal
kasus kecil.

• Class Action
• Beban Pembuktian Terbalik

36
UUPK
Norma-norma Perlindungan Konsumen

 Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha (Bab IV UUPK),


 Ketentuan pencantuman klausula baku (Bab V UUPK).

37
Norma-norma itu disebut sebagai kegiatan-kegiatan
pelaku usaha dan secara keseluruhan

 Kegiatan produksi dan/atau perdagangan barang dan/atau jasa


(Pasal 8 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) UUPK),
 Kegiatan penawaran, promosi, dan periklanan barang dan/atau
jasa (Pasal 9 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 10, Pasal 12,
Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 15, Pasal 16, serta Pasal 17
ayat (1) dan ayat (2) UUPK),
 Kegiatan transaksi penjualan barang dan/atau jasa (Pasal 11,
Pasal 14, serta Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) UUPK),
 Kegiatan pascatransaksi penjualan barang dan/atau jasa (Pasal
25 ayat (1) dan ayat (2) UUPK).
38
Beberapa substansi
 Iklan menyesatkan,
 Keamanan pangan,
 Product liability,
 Unfair contract,
 Standard contract,
 Penjualan,
 Iklan perumahan,
 Redress mechanism, dan lain-lain.

39
Kasus-kasus Perlindungan Konsumen

 Kecelakaan transportasi (KA, pesawat udara, bus),


 Keracunan makanan,
 Penjualan perumahan fiktif,
 Likuidasi 16 bank bermasalah,
 Pemungutan dana stiker Sea Games,
 Pemadaman listrik oleh PT PLN, dan lain-lain.

40
Kasus:
Konsumen v Bank BCA
 YLKI: Konsumen Bank BCA a.n. Sri Rahayu A/C: 005-010814-7,
alamat Jl. Raya Bogor No. 2 RT 04/06, Kramatjati, Jaktim.
 Konsumen tuna netra nasabah Tahapan BCA melalui fasilitas
Halo BCA.
 Ybs tidak dapat membuat tanda tangan (hanya menggunakan
cap jempol tangan) maka apabila ybs ingin menjadi nasabah
BCA ditetapkan persyaratan khusus yi menggunakan pengampu
yang diangkat oleh hakim berdasarkan suatu putusan
pengadilan. Ketentuan ini untuk melindungi nasabah yi demi
keselamatan dana nasabah dari kemungkinan penyalahgunaan
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
41
Kasus:
Konsumen v Bank BCA
 Pasal 7 UUPK kurang lengkap.
 Pasal 5 UU No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat
 “setiap penyandang cacat mempunyai hak yang sama dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan”.
 Seseorang tidak cakap apabila sakit ingatan/gila dan di bawah umur 21
tahun.
 Sumber: Bidang Pengaduan YLKI, Register Kasus No. 128/B/SDM/YLKI/1999,
17 Feb 1999).

42
Perlindungan Konsumen yang Efektif

 2 arah secara bersama


 Arus bawah
 Adanya lembaga konsumen yang:
 Kuat
 Tersosialisasi secara merata dalam masyarakat
 Secara representatif dapat menampung dan
memperjuangkan aspirasi konsumen
 Arus atas
 Adanya departemen/bagian dalam struktur kekuasaan yang
secara khusus mengurusi masalah perlindungan konsumen
 Semakin tinggi posisi lembaga, makin kuat power yang dimiliki
untuk melindungi konsumen

43
Perlindungan Konsumen yang Efektif

 Tergantung pada
 Lembaga konsumen
 Kepedulian pemerintah
 Melalui institusi yang dibentuk untuk melindungi konsumen

44
Perlindungan Konsumen yang Efektif

 Kontribusi lembaga konsumen


 Bergantung pada kondisi perkembangan hukum:
 Apabila secara substansial hak-hak konsumen belum diakomodasi dalam hukum positif,
kontribusi: mendorong legalisasi UUPK
 Apabila sudah ada UUPK, kontribusi: mengawasi implementasi dan law enforcement UUPK
di lapangan

45
Perlindungan Konsumen yang Efektif

 Tiga pendekatan dalam upaya perlindungan konsumen


 Pendekatan sektoral
 : hak-hak konsumen diakomodasi dalam UU sektoral, e.g. UU Pangan

 Pendekatan holistik
 : ada UU khusus mengatur perlindungan konsumen dan menjadi payung UU sektoral yang
berdimensi konsumen

 Pendekatan gabungan
 : selain ada UUPK, dipertegas lagi dalam UU sektoral

46
Peran Serta Masyarakat

 Rakyat juga bertanggung jawab untuk efektivitas perlindungan konsumen


 Globalisasi
 Dumping barang dan jasa yang under quality – kesejahteraan rakyat lebih sulit
diwujudkan

47
Inti Permasalahan

 Substansi hukum,
 Kelembagaan,
 Budaya hukum.

48

Anda mungkin juga menyukai