Anda di halaman 1dari 18

Nama : Retno Tri Pinuji Rahayu

NIM : 855978281
KELAS/SEMESTER : 2A (BI)
POKJAR : TEBING TINGGI

Pembelajaran Matematika SD
PDGK 4406
MODUL 1 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KBK
Landasan Pembelajaran Matematika KB 2 Pelaksanaan Pembelajaran
KB 1 Berdasarkan KBK Matematika yang Konstruktivistik

DASAR-DASAR TEORI BELAJAR STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Teori Thorndike yaitu memandang 6. Teori Pemecahan Masalah
peserta didik sebagai lembar kertas
1. Pemecahan Masalah
(George Polya) Menggunakan
putih yang siap menerima tehnik heuristic (bantuan untuk (Problem Solving)
pengetahuan secara pasif. menemukan). Peserta didik
2. Teori Ausubel (meaning theory) : menemukan sendiri
Pembelajaran bermakna dalam pengetahuannya dengan bantuan
mengajar matematika. dari guru.
3. Teori Jean Piaget : Kemampuan 7. Teori Van Hiele (Hierarki
2. Penyelidikan Matematika
intelektual anak berkembang secara Belajar Geometri) Eksistensi (Mathematical
bertingkat atau bertahap: Sensori lima tingkatan berbeda tentang Investivigation)
motorik (0-2 tahun), Pra-operasional geometrik : Level 0 (Visualisasi),
(2-7 tahun), Operasional konkret (7-11 Level 1 (analisis), Level 2
tahun), Operasional (11 tahun keatas). (dedukasi informal), Level 3
Konservasi : Konservasi Bilangan, (dedukasi), Level 4 (rigor)
Konservasi Panjang, dan Konservasi 8. RME (Realistic Mathematical
Isi Education) : Menggunakan
4. Teori Vygotsky : Peserta didik pendekatan pematematikaan 3. Penemuan terbimbing
membangun sendiri pengetahuannya horizontal. Yaitu mengaitkan
melalu kegiatan yang beraneka ragam pembelajaran matematika
dengan guru sebagai fasilitator. dengan situasi dunia nyata di
5. . Teori Jerome Bruner :Kemampuan sekitar siswa atau keadaan
anak berkembang secara bertahap. sehari-hari.
Tingkatan perkembangan mental anak: 9. Peta Konsep : Impelementasi 4. Contextual Learning
Enactive (manipulasi objek langsung), dari teori kebermaknaan
Iconic (manipulasi objek tidak langsung), Ausubel, yang ditunjukkan
Symbolic (manipulasi simbol) dengan bagan peta sehingga
hubungan antarkonsep menjadi
jelas dan keseluruhan.
Modul 2 Media Dan Bahan Manipulatif Dalam Pembelajaran Matematika SD
KB 1. Media Dalam Pembelajaran KB2. Bahan Manipulatif Dalam
Matematika SD Pembelajaran Matematika SD

JENIS – JENIS MEDIA 1. Bahan Manipulatif Dari Kertas Untuk 2. Model Stik (lidi: dari rangka daun
menjelaskan pecahan (konsep, kelapa, dari bambu, atau dari plastik)
Media Sederhana sama/senilai, operasi) Model-model stik ini dapat digunakan
• Papan Tulis untuk menjelaskan konsep numeral
• Papan Grafik (lambang bilangan), kesamaan bilangan,
• Papan Tempel operasi (penjumlahan, pengurangan,
perkalian) bilangan bulat
Media manipulasi dari kertas untuk
Media cetak menjelaskan Bangun-bangun itu antara lain 3. Model persegi dan strip dari
kubus, balok, parallepipidum, tetrahedron, kayu/tripleks
• Buku
oktahedron, ikosahedron, dan dodekahedron.

{
• Modul Kegunaan model persegi dan strip serupa
• LKS (Lembar Kerja dengan kegunaan model stik, yaitu untuk
Siswa) menjelaskan konsep numeral, kesamaan
• Petunjuk Praktik atau bilangan, dan operasi bilangan bulat.
Praktikum
4. Model kertas bertitik/berpetak
Media Elektronik Digunakan untuk menjelaskan banyak hal
• OHT (Over Head yang terkait dengan geometri (bangun
Transparency) datar dan sifat-sifatnya, hubungan antar
• OHP (Over Head bangun datar, dan luas bangun datar).
Projector)
• Audio (radio, tip)
• Audio & Video (TV,
VCD, DVD)
• Kalkulator
• Komputer
• Internet
MODUL 3 BILANGAN BULAT
KB 1. Pembelajaran Materi Bilangan Bulat di SD serta
Ragam Permasalahannya
 Bilangan Asli       : Dimulai dari 1  2  3  4  5 . . .
 Bilangan Cacah : Dimulai dari 0  1  2  3  4 .  .  .
 Bilangan Bulat    : 
-5 –  4  – 3   -2   – 1  0  1  2  3  4 5 6
OPERASI HITUNG PADA BILANGAN BULAT (PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN)
Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Pengenalan Konsep 2. Tahap Pengenalan Konsep


secara Konkret yaitu model secara semi konkret atau semi 3. Tahap Pengenalan Konsep secara abstrak
yang menggunakan abstrak) yaitu menggunakan yaitu mulai mengenalkan konsep ke siswa
pendekatan himpunan garis bilangan. Pada langkah cara atau tahapan penyelesaian tanpa
(menggunakan alat peraga "maju" untuk operasi menggunakan alat bantu. Tahapan – tahapan
manik-manik), dan yang penjumlahan dan langkah :
menggunakan pendekatan "mundur" untuk operasi • penjumlahan bilangan Positif (+)  +  (+)  = (+)
hukum kekekalan panjang pengurangan. •Penjumlahan bilangan positif dan negatif
(menggunakan alat peraga (+) +  (–)  =  (+) / (–)
balok garis bilangan). •Penjumlahan bilangan negatif (–)  +  (–) = (–)
Contoh:
1. Penjumlahan bilangan positif
2  +  5   =  7
2. Penjumlahan bilangan positif dan negatif
• 2  +  (-5)  = – 3 atau
• -2  +  5      =  3
3. Penjumlahan bilangan negatif
-2  +  (–2)  =  – 4
SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA KB 2. Perkalian dan Pembagian Pada
BILANGAN BULAT
1. Sifat tertutup artinya apabila kita menjumlahkan dua
Bilangan Bulat serta Sistem Persamaan Linier
bilangan bulat maka hasilnya adalah bilangan bulat atau
himpunan dari bilangan bulat. Operasi Hitung Perkalian Pada Bilangan Bulat Dalam Tahap
2. Sifat pertukaran (komutatif) => a + b = b + a Pengenalan Konsep Secara Konkret
3. Sifat Pengelompokan (Asosiatif) => (a + b) + c = a + (b + c) Dapat diartikan dengan penjumlahan berulang. a x b = b + b +
4. Sifat bilangan nol (sebagai unsur identitas penjumlahan) b + ... Sebanyak a kali. Contoh :
=> a + 0 = 0 + a 1. a x b dengan a > 0 dan b > 0
5. Sifat Invers Penjumlahan (Lawan Suatu Bilangan) Contoh : 3 x 2 = 6
2. a x b dengan a > 0 dan b < 0
Contoh : 3 x (-2) = -6
SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG PENGURANGAN 3. a x b dengan a < 0 dan b > 0
PADA BILANGAN BULAT Contoh : -3 x 2 = -6
1. Sifat tertutup adalah apabila kita mengurangkan dua 4. a x b dengan a < 0 dan b < 0
bilangan bulat maka hasilnya adalah bilangan bulat atau Contoh : -3 x -2 = 6
himpunan dari bilangan bulat. Konsep hitung perkalian pada bilangan caca, berlaku sifat:
2. Sifat bilangan nol (unsur identitas) adalah apabila suatu 2. Komutatif => a x b = b x a
bilangan dijumlahkan dengan bilangan tersebut maka 3. Asosiatif => (a x b) c = a x (b x c)
hasilnya tidak berubah atau bilangan itu sendiri. A – 0 = 4. Unsur identitas => a x 1 = 1 x a = a
a ; 0 – a = -a Operasi Pembagian Bilangan Bulat
 Pengenalan Konsep Secara Konkret
 Untuk menunjukkan bilangan yang akan dibagi misal : a
RAGAM PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN  Dengan skala bilangan pembagiannya misalnya : b
BILANGAN BULAT DI SD  Jika b > 0 (bilangan positif) a posisi awal model
1. Penggunaan Garis Bilangan Yang Prinsipnya Tidak menghadap ke bilangan positif
Konsisten  Jika b < 0 (bilangan negatif) a posisi model menghadap ke
2. Salah penafsiran bentuk a + (-b) sebagai a – b atau bilangan negatif
bentuk a – (-b) sebagai bentuk a + b  Bilangan yang merupakan hasil pembagiannya
3. Tidak dapat membedakan tanda – atau + sebagai ditentukan dari jumlah langkah
operasi hitung dengan tanda – atau + sebagai jenis  Jenis bilangannya ditentukan oleh gerakan maju atau
suatu bilangan. mundur model.
4. Kurang tepat memberikan pengertian bilangan bulat.
5. Sulitnya memberi penjelasan bagaimana melakukan
operasi hitung pada bilangan bulat secara konkret
maupun secara abstrak (tanpa menggunakan alat
bantu).
MODUL 4 Bilangan Rasional dan Desimal

Kesulitan Belajar dan Pembelajaran Bilanga


KB 1 BILANGAN RASIONAL KB 2 rasional
1.Siswa kurang tahu makna dari pecahan ½, 2/3,
Pengertian Bilangan Rasional dan Bentuk-Bentuk Pecahan
dan ¾
Bilangan Rasional adalah bilangan 2.Siswa Kurang memahami perkalian bilangan asli
 yang ditulis/ dinyatakan dalam bentuk Sifat Urutan Bilangan Rasional
dengan pecahan
pecahan, seperti
P disebut pembilang (numerator), dan 3.Siswa mengalami kesulitan dalam memahami
q disebut penyebut (denumerator). pecahan-pecahan yang senilai
Yang mana p dan q adalah bilangan-
bilangan bulat.
4. Siswa menalami kesulitan dalam membandingkan
Bentuk-bentuk pecahan sebagai
dan menurutkan pecahan
berikut :
1. Pecahan Biasa
5.Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil
2. Pecahan Campuran
pembagian
3. Pecahan Desimal
4. Pecahan Persen
Operasi Penjumlahan, Pengurangan,
Perkalian, dan Pembagian Bilangan 6.Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil
Rasional
5. Penjumlahan
6. Pengurangan 7.Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil
7. Perkalian pembagian
8. Pembagian

8.Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil


pembagian sembarang pecahan

9.Siswa mengalami kesulitan untuk mencari hasil


penjumlahan dan pengurangan pecahan
MODUL 5. BANGUN RUANG
 KB 1. Bidang Banyak dan Bangun Ruang
1. Titik adalah salah satu unsur dalam geometri yang biasanya bidang banyak beraturan di antaranya:
digambarkan dalam bentuk noktah pada sehelai kertas atau a. Bidang empat beraturan (tetrahedron);
pada papan tulis sebagai wujud dari pemodelannya

b. Bidang enam beraturan (heksahedron);

2. Garis merupakan suatu unsur dalam geometri yang himpunan


titik-titik yang bergerak lurus tak terhingga, sehingga kita tidak c. Bidang delapan beraturan (oktahedron);
tahu di mana ujungnya dan di mana pangkalnya.
d. Bidang dua belas beraturan (isohedron);

3. Bidang datar. Untuk menggambar suatu bidang sebagai yang


mewakilinya biasanya dibuat model dalam bentuk persegi e. Bidang dua puluh beraturan (dodecahedron).
panjang.
6. Bangun Ruang

4. Bidang banyak (polihedron). Bidang banyak adalah suatu


permukaan tetutup sederhana yang pembatas-pembatasnya 7. Prisma adalah bidang banyak yang
terdiri dari daerah-daerah segi banyak (poligon). dibatasi oleh dua bidang yang sejajar
dan beberapa bidang lain yang
berpotongan menurut garis-garis yang
sejajar

8. Limas ialah suatu benda ruang yang dibatasi oleh sebuah segi
5. Bidang banyak beraturan adalah bidang banyak yang sisi-
banyak dan segitiga-segitiga yang mempunyai titik puncak
sisinya berupa daerah segibanyak beraturan yang kongruen
persekutuan di luar segibanyak itu merupakan alas-alas segitiga-
atau identik (sama dan sebangun).
segitiga itu.
Gambar Limas atau Piramid
KB 2 Jaring Bangun Ruang
1. Jaring-jaring Kubus dan Balok
Jaring-jaring kubus adalah rangkaian enam daerah enam persegi
sedang jaring-jaring balok adalah rangkaian enam daerah persegi
panjang.
9. Tabung (Silinder) adalah tempat kedudukan titik-titik yang
berjarak tertentu (R) dari sebuah garis tetap s dinamakan
tabung atau silinder

2. Jaring–jaring Limas adalah rangkaian bangun rebahan.

10. Kerucut atau kerucut lingkaran tegak ialah tempat


kedudukan garis-garis yang melalui sebuah titik tetap P dan
memotong sebuah lingkaran (N,R) sehingga PN  bidang
lingkaran (N,R).

3. Jaring–jaring Prisma

11. Bola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak


sama (R) dari sebuah titik tetap M.

4. Jaring-jaring Tabung dan jaring-jaring Kerucut

12. Miskonsepsi dan Pembelajaran Bangun Ruang


Miskonsepsi sering terjadi ketika memahami konsep kerucut dan
tabung. kerucut mempunyai dua sisi. Sisi pertamanya adalah
daerah lengkungan tertutup sederhana yang disebut alas.
Sisi kedua merupakan daerah tertutup sederhana yang
terjadi karena sebuah titik dihubungkan oleh ruas garis-ruas
garis dengan tiap titik di tepi alasnya.
Modul 6 Luas dan Volume Bangun Ruang
Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 2
Luas dan Volume Kubus, Balok, Prisma, dan Tabung Luas dan Volume Limas, Kerucut, dan Bola

1. LUAS PERMUKAAN LIMA


1. LUAS DAERAH PERMUKAAN KUBUS
  luas   • Luas permukaan limas = luas daerah alas + luas daerah seluruh
daerah permukaan kubus = luas daerah
seluruh bidang sisi kubus = enam kali kuadrat permukaan sisi tegaknya
yang menyatakan ukuran panjang rusuknya. • Volume limas = luas alas x tinggi

2. LUAS DAERAH PERMUKAAN BALOK


Jumlah luas daerah bidang alas dan bidang atas = 2 pl cm2. 2. LUAS PERMUKAAN KERUCUT
Jumlah luas daerah semua sisi tegak = (2 pt + 2 lt) cm2. • Luas permukaan kerucut = luas daerah bidang lengkung = luas
Luas daerah permukaan balok = luas daerah seluruh bidang sisi daerah alas
balok = (2 pl + 2 pt + 2 lt) cm2 = 2(pl + pt + lt) cm2 • Volume kerucut = x luas alas x tinggi = = π R 2 t
(R = jari-jari lingkaran alas, t = tinggi kerucut).
3. LUAS DAERAH PERMUKAAN PRISMA
Luas daerah permukaan prisma adalah luas daerah bidang-bidang
sisi prisma tersebut, yaitu luas daerah alas + luas daerah atas + 3. LUAS PERMUKAAN BOLA
jumlah luas daerah sisi-sisi yang lain. • Luas permukaan bola = 4 π R2
(R=jari-jari bola)
4. LUAS DAERAH PERMUKAAN TABUNG (SILINDER) • Volume bola = πR3 (R = jari-jari bola)
luas daerah permukaan tabung:
L = luas bidang alas + luas bidang atas + luas bidang lengkung
tabung
= r²+ r² + 2 rt
= 2 r² + 2 rt
= 2 r (r + t).

5. VOLUME
• Volume balok = p x l x t (p = panjang, l = lebar, t = tinggi)
• Volume kubus = a3 (a = rusuk kubus)
• Volume prisma = L x t (L = luas alas dan t = tinggi)
• Volume tabung = π r2 t (r = jari-jari lingkaran alas/atas, t = tinggi,
π = 3,14 =
Modul 7 SISTEM KOORDINAT
Kegiatan Belajar 1
SISTEM BILANGAN REAL DAN KOORDINAT

A. Sistem Bilangan Real : gabungan himpunan bilangan rasional dan B. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
himpunan bilangan irrasional disebut himpunan bilangan real, yang Sistem koordinat kartesius pada bidang dua dimensi dibentuk oleh dua
dilambangkan dengan R. Hubungan antara himpunan bilangan asli, himpunan garis bilangan real yaitu :
bilangan cacah, himpunan bilangan bulat, himpunan bilangan rasional,  Garis Horizontal
himpunan bilangan irrasional, dan himpunan bilangan real dapat dinyatakan  Garis Vertikal
dalam diagram venn.  Dua garis yang saling berpotongan tegak lurus disebut sumbu
koordinat atau secara sederhana disebut sumbu. Sumbu yang
Bentuk Desimal Suatu Bilangan Real horizontal biasa dinamakan sumbu-x dan yang vertical dinamakan
a) Bentuk Desimal dari Bilangan Rasional: Sebagai hasil pembagian terhadap sumbu-y. Sumbu-x dan sumbu-y membagi bidang koordinat menjadi
pembilang oleh penyebut menghasilkan bilangan di belakang koma yang terbatas serta 4 wilayah yang disebut kuadran (quadrant).
berakhir dengan pengulangan bilangan nol, dan berulang tidak tebatas.  Kuadran I dibatasi oleh sumbu-x positif dan sumbu-y positif.
b) Bentuk Desimal dari Biangan Irrasional : Menghasilkan bilangan di belakang koma  Kuadran II dibatasi oleh sumbu x negatif dan sumbu-y positif.
yang tidak berulang dan tidak terbatas dan tidak berakhir dengan pengulangan bilangan
nol.
 Kuadran III dibatasi oleh sumbu-x negatife dan sumbu-y negatif.
 Kuadran IV dibatasi oleh sumbu-x positif dan sumbu-y negatif.
Kelengkapan dan Kerapatan Bilangan Real
c) Titik-titik dari garis bilangan rasional disebut titik-titik rasional. Setiap C. RUMUS JARAK (DISTANCE)
bilangan rasional berkorespondensi dengan titik rasional pada garis Ketika dua titik dihubungkan dengan duaa garis lurus, bagian garis antara
bilangan rasional, dan setiap titik rasional berkorespondensi dengan dua titik disebut ruas garis (a line segment). Panjang ruas garis tersebut
beberapa bilangan rasional. Karena bilangan irrasional tidak menunjukkan jarak antar dua titik di kedua ujung ruas garis tersebut.
berkorespondensi dengan titik-titik pada garis bilangan rasional, hal ini Teorema Pythagoras dapat digunakan untuk menentukana panjang ruas garis
menunjukkan bahwa pasti ada “lobang atau cela” di dalam garis bilangan yang tidak sejajar dengan sumbu koordinat.. Tetapi sebelum mendapatkan
rasional. Dengan mencantumkan titik-titik untuk bilangan irrasional pada hasil kedua titik harus direpresentasikan ke dalam koordinat 2 dimensi (x,
garis bilangan rasional maka tidak ada lagi lobang/cela pada garis y). Dua buah titik  P1 = (x1, y1) dan P2 = (x2, y2) menjadi persamaan berikut :
bilangan. Sifat kelengkapan ini menunjukkan bahwa bilangan real ada dan
lengkap.
d) Selain sifat kelengkapan, bilangan real juga memiliki sifat kerapatan. Di
antara dua bilangan real berapapun nilainya dan berapapun kerapatannya
letak antara dua bilangan real tersebut selalu ada bilangan rasional lain
atau bilangan irrasional lain. Sifat ini menunjukkan bahwa bilangan real Rumus jarak berlaku untuk semua titik P1 dan P2 di manapun letaknya pada
rapat satu sama lain dan tidak ada lobang/cela yang tidak terisi oleh bidang kartesius, dan jarak selalu bernilai positif, karena akar kuadrat selalu
bilangan real baik rasional maupun yang irrasional. bernilai positif.
D. Persamaan Lingkaran
Pada segitiga OPR dengan rumus phytagoras terdapat
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik (x,y) pada bidang yang berjarak
sama terhadap satu titik tetap yang disebut pusat lingkaran, jarak titik-titik (x,y) hubungan:
terhadap titik pusat disebut jari-jari (radius) dan dilambangkan r. Jika titik pusat
lingkaran P(a,b) dan jarak titik-titik Q(x,y) terhadap titip pusat P berjarak r,
maka dengan rumus jarak kita akan memperoleh hubungan antara titik Q(x,y),
P(a,b) dan r. Hubungan antara titik Q(x,y), P(a,b) dan r dapat ditunjukkan
dengan menerapkan teorema pythagoras pada segitiga .
Persamaan lingkaran yang bertitik pusat di P(a,b) dan melalui titik Q(x,y)
dengan jarak antara titik P dan Q disebut jari-jari r dan rumus jari-jarinya adalah
: r2 = ( x + 2 )2 + ( y – b )2

E. SISTEM KOORDINAT KUTUB


 
Dalam sistem koordinat kutub, letak suatu titik pada bidang ditandai dengan jarak dan sudut.

Titik P adalah titik sembarang pada bidang. Dalam sistem koordinat kutub, titik P terletak
pada jarak r satuan dari titik asal/kutub, dan sinar garis membentuk sudut terhadap sumbu
kutub. Sinar garis dibuat dengan menarik garis dari kutub hingga titik P. Letak titik pada
bidang koordinat kutub dapat diketahui jika nilai jarak r dan sudut diketahui dan letak titik
tersebut ditandai dengan (r, ).
Hubungan koordinat kutub dan koordinat kartesius tersebut berlaku
F. HUBUNGAN KOORDINAT KUTUB DENGAN KOORDINAT KARTESIUS pada seluruh kuadran pada bilangan kartesius.
Jika sumbu-sumbu pada sistem koordinat kutub dan sistem koordinat kartesius
dihimpitkan hingga saling menutupi, maka letak suatu titik pada sistem koordinat
kutub yang ditandai dengan pasangan terurut (r ,) dan titik pada sistem koordinat
kartesius yang ditandai dengan pasangan terurut (x,y) dapat dihubungkan oleh
persamaan berikut.
Kegiatan Belajar 2
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

A. Persamaan Linear Menentukan Persamaan garis yang melalui Titik dengan gradien
Konsep Persamaan Linear sering ditemui dalam tertentu
permasalahan sehari – hari.
Bentuk umum fungsi Linear adalah f(x) = ax + b dimana a
dan b konstan. Jika f(x) diganti dengan y, maka fungsi
linear dapat ditulis menjadi : y = ax + b

Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel


Penyelesaian dari persamaan linear dua variabel
adalah pasangan terurut dari bilangan ( x, y) yang
menyebabkan persamaan menjadi pernyataan yang Menentukan Persamaan Garis dengan y-intercept dan
bernilai benar. Gradien Diketahui
Intercept adalah memintas. Arti lainnya dari intercept adalah
Menggambar Persamaan Linear Dua Variabel memotong. Jadi, y-intercept adalah garis potong antara dua
Pada bidang koordiant, gambar dari persamaan yang variabel.
ekuivalen dengan ax + by = c, x dan y є {bilangan real}. Menentukan Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik
Dimana a, b, dan c adalah bilangan real dengan a dan b  (x1 , y1) dan (x2 , y2) adalah titik-titik pada satu garis
keduanya tidak sama dengan nol berupa garis lurus. dan (x,y) adalah titik lain pada garis yang sama dengan
gradien. Gradien garis dari (x1, y1) ke (x,y) adalah m1
Titik Potong Garis Terhadap Sumbu –x dan –y (x – dan y- dan gradien garis dari (x1,y1 ) ke (x2,y2 ) adalah m2 ,
intercept) yaitu :
Intercept-x adalah titik dimana garis memotong
sumbu –x. Intercept –y adalah titik dimana garis
memotong sumbu –y.

Kemiringan (Slope) atau Gradien Garis


Gradien garis lurus didefenisikan sebagai laju
perubahan koordinat –y dari suatu titik pada suatu
garis lurus terhadap koordinat –x.
 Pertidaksamaan linear dalam x dan y dapat ditulis dalam salah satu bentuk-bentuk berikut :
1. ax + by < c 2. ax + by > c
2. ax + by ≤ c 4. ax + by ≥ c
dimana a, b dan c adalah bilangan real, dan a dan b tidak keduanya nol

Gambar Himpunan Penyelesaian dari Pertidaksamaan Linear


Langkah-langkah menggambarkan himpunan penyelesaian dari ax + by < c, sebagai berikut :
1. gambar garis batas ax+by=c dengan bentuk putus-putus, merupakan batas dari setengah bidang
yang memuat himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan yang diberikan.
2. gambar titik seberang P(a,b) utuk menguji titik (0,0) dimana P adalah suatu titik pada salah satu
titik dari setengah bidang. gantikan x dengan a dan y dengan b pada pertidaksamaan yang
diberikan.
3. jika (a,b) adalah salah satu solusi dari ax+by < c, arsirlah daerah setengah bidang yang memuat
P(a,b). Jika (a,b) bukan solusi dari ax + by < c, arsirlah daerah setengah bidang yang tidak
memuat P(a,b).
MODUL 8 TRIGONOMETRI
Fungsi Trigonometri
KB 1 Sudut dan Fungsi Trigonometri KB 2 dan Penerapannya
Sudut 6. Konversi antara derajat dan A. Segitiga
Sudut merupakan dua buah segmen garis radian : 𝝅 𝒓𝒂𝒅 = 𝟏𝟖𝟎𝟎 ; 𝟐 𝝅 segitiga ABC siku-siku pada titik B (<B= 90’ ), sudut a,
yang memiliki satu titik ujung, titik O. 𝒓𝒂𝒅 = 𝟑𝟔𝟎𝟎 sudut lancip (<A=0), dengan 0’ <  < 90’ . Terhadap
1. Sudut Pada Bidang Koordinat adalah sudut A pada segitiga tersebut sisi AB, sisi BC, dan sisi
sudut yang digambarkan pada bidang AC, masingmassing dinamakan sisi alas, sisi depan, dan
7. Kecepatan sudut dan
koordinat 𝑥𝑂𝑦, dengan sumbu 𝑥 sisi miring.
kecepatan linear : 𝒗 = 𝒓 𝝎
positif sebagai awal sudut (sisi acuan, B. Penerapan fungsi trigonometri segitiga
dan pusat koordinat (0,0) sebagai titik trigonometri dapat diterapkan untuk menentukan
Fungsi Trigonometri menentukan luas suatu daerah yang berbentuk
sudut. Sudut yang dibentuk oleh rotasi
segitiga atau berbentukdaerah yang dapat dipecah
berlawanan arah jarum jam Untuk menghitung nilai fungsi menjadi beberapa segiitiga
dinamakan dinamakan sudut positif,
sedangkan sudut yang dibentuk trigonometri yang lebih tinggi dari 900 1. Aturan sinus dan cosinus
2. Aturan sinus
dengan rotasi searah jarum jam dicari dengan cara berikut:
dinamakan sudut negatif. pada segitiga ABCberlaku hubungan
2. Satuan Ukuran Sudut : Satuan sudut Jika 𝜑 sudut pada kuadran II maka a a C
 
ada dua macam yaitu, derajat dan sin A sin B sin C
ditentukan 𝜃 = 1800− 𝜑 demikian
radian. Satuan derajat digunakan pada
pemetaan tanah, navigasi dan sehingga memenuhi hubungan 0 < 𝜃 < 900
pembuatan perkakas mesin. Sedangkan
satuan radian digunakan pada bidang Jika 𝜑 sudut pada kuadran III maka
Titik 0 merupakan pusat lingkaran luar
sains dan matematika ditentukan 𝜃 = 𝜑 − 180 demikian
0 dari segitiga ABC.
3. Derajat Panjang BD=CE=AF=2R(2 kali jari-jari
4. Menit dan detik sehingga memenuhi hubungan 0 < 𝜃 < 900 lingkaran luar segitiga ABC)
5. Radian : Satu radian didefinisikan sebagai Panjang sisi AB=c, sisi BC =a, sisi AC=b
Jika 𝜑 sudut pada kuadran IV maka
besar sudut 𝜃 dengan titik sudut suatu
pusat lingkaran O, yang panjang jari-jarinya ditentukan 𝜃 = 3600− 𝜑 demikian
𝑟, dan panjang busur di depan sudut 𝜃
sehingga memenuhi hubungan 0 < 𝜃 < 900
adalah 𝑠.
3. Aturan cosinus : berlaku untuk sembarang Rumus Heron
segitiga.
L  s( s  a )( s  b)( s  c)
abc
a  x  h  b  (c  x )
2 2 2 2 2 Dengan s
2
a 2  x 2  b 2  (c 2  2cx  x 2 ) (setengah keliling segitiga)
L=luas segitiga dengan panjang sisinya masing-masing a,b
dan c
a 2  x 2  b 2  c 2  2cx  x 2 6.Sudut elevasi dan depresi
bila titik yang diamati kedudukanya lebih tinggi dari
a 2  b 2  c 2  2cx kedudukan titik pengamat maka sudut yang terbentuk
dinamakan sudut elevasi, dan bila kedudukan titik yang
diamati lebih rendah dari titik pengamat maka sudut yang
4.luas daerah segitiga : Dapat ditentukan terbentuk dinamakan sudut depresi.
luasnya bila diketahui panjang dua sisi
dan sudut di antara kedua sisi tersebut
.Misalkan alas segitiga ABC adalah b,
tinggi h, dan luas L, maka luas segitiga
ABC adalah
1
L  bh
2
Sedangkan h=c sin A(karena sin A=h/c)
maka
1
L  be sin A
2 sama dapat diturunkan
Dengan cara yang

1 1
L ac sin B L ac sin C
2 2
MODUL 9 BILANGAN BERPANGKAT DAN LOGARITMA

TERAPAN BILANGAN BERPANGKAT


KB 2 LOGARITMA DAN PENERAPANNYA
KB 1 ,NOTASI BAKU [ SCIENTIFIC NOTATION]

Bilangan berpangkat adalah bilangan yang


   Pengertian Logaritma
mempunyai faktor-faktor perkalian yang sama
Logaritma adalah suatu operasi kebalikan dari suatu perpangkatan, yaitu
mencari nilai yang menjadi pangkat dari suatu bilangan. Jika sebuah
NOTASI BAKU [scientific notation] adalah
perpangkatan ac = b, maka dapat dinyatakan dalam logaritma sebagai:
digunakan untuk menuliskan bilangan yang sangat
besar atau bilangan yang sangat dekat dengan nol
yaitu diantara 0 dan 1 atau diantara 0 dan -1
a
log b = c
Contoh :
,tujuannya yaitu agar penulisan angka tersebut
²log 8 = c maka c = 3, karena 2³ = 8.
lebih ringkas. Penulisan Notasi baku dilambangkan
dengan a x 10 n dengan 1 ≤ a < 10 dan n
Sifat-sifat Logaritma
bilangan bulat

Contoh penulisan angka notasi biasa menjadi


notasi baku yaitu Notasi biasa 7.500 Untuk
menjadi penulisan Notasi baku yaitu

x 1.000 =

7,5

7,5 x 1.000=7,5 x 103 maka penulisan angka


notasi baku dari 7.500 adalah 7,5 x 103

Defenisi 9.10
Untuk menghitung kecepatan cahaya jarak
matahari ke bumi sangat memerlukan angka yang
panjang klu menggunakan angka biasa
Notasi baku sangat pas tuk digunakan dalam
penulisan angka yang terllalu panjang
MODUL 9 BILANGAN BERPANGKAT DAN LOGARITMA

KB 3 LOGARITMA DAN PENERAPANNYA

Penerapan Logaritma

Anda mungkin juga menyukai