1
I. Pendahuluan
6
Sistem matrilineal tidak hanya menjadi
sebuah aturan atau adat, tetapi telah
menjadi way of live dan kecenderungan
untuk selalu berada di dalam sistem.
Bahkan sekarang dalam banyak kasus,
sistem matrilineal sudah menjadi suatu
pola pikir masyarakat Minangkabau.
Hasil pencaharian sendiri yang seharusn
dibagi menurut hukum faraidh, justru ora
Minangkabau cenderung menyerahkann
kepada anak perempuan. Baik kecenderung
tersebut datangnya dari ayah ibu maup
anak laki-laki merek
7
II. Permasalahan
8
Masalah-masalah di dalam kaum:
konstribusi tugas dan tanggung jawab
terhadap kaum dan harta pusaka,
hak dan wewenang antara ninik mamak
dengan kemenakan tidak terjaga dengan baik,
campur tangan pihak mande karena ninik mamak
tidak menjalankan kewajibannya.
10
Jadi,
permasalahannya adalah;
mencari suatu modus yang tepat
tentang bakuan, petunjuk dan pelaksanaan
dari sistem matrilineal.
Tidak hanya berangkat dari
pendekatan ilmiah semata,
tetapi juga harus dapat dipahami
secara menyeluruh lapisan
masyarakat Minangkabau.
Dipercaya secara keilmuan dan
diyakini oleh para pelakunya.
11
III. Sistem Matrilineal
k a s u s; p a n
b e r a p a l e n g k a
b e k e
Dalam tidak punya i mereka
e re k a i t u , t a p r i n y a
m e p e r ti k a n d i
t s a ta
syara ak i n m e n g
n j al a n k a n
g i tu y a n m e
be i n a n g d
a n g M n a n g .
or d a y a M i
adat b u
15
Bagi seseorang yang ingin menjadi
“orang Minang” juga dibuka pintu
dengan memenuhi berbagai persyaratan.
Di dalam adat disebut;
inggok mancangkam
tabang basitumpu
17
a. Sako
Sako adalah milik kaum yang tidak berbentuk
material; gelar penghulu, kebesaran kaum,
tuah dan penghormatan yang diberikan masyarakat
kepadanya.
Sako merupakan hak bagi laki-laki dan tidak dapat
diberikan kepada suku lain.
18
Pengaturan pewarisan gelar mengikuti kepada
ketentuan dari kelarasan yang dianutnya;
19
Gelar kepenghuluan (datuk) atau gelar kebesaran
dapat diberikan dengan tiga cara;
4. Dari mamak ke kemenakan. Gelar itu mengikuti
kepada perkauman yang batali darah.
6. Yang diberikan bako (keluarga pihak ayah) kepada
anak pisang-nya.
Gelar ini tidak boleh diwariskan kepada anak
atau kemenakan.
Gelar ini disebut gelar yang diberikan berdasarkan
batali adat.
12. Gelar yang diberikan oleh raja Pagaruyung kepada
seseorang yang dianggap berjasa menurut ukuran
tertentu.
Gelar ini disebut gelar yang diberikan berdasarkan
batali suto atau batali ameh.
20
a. Pusako
Pusako adalah milik kaum yang tampak nyata;
sawah, ladang, rumah gadang, pandam pakuburan.
Pusako dimanfaatkan oleh perempuan.
Lelaki berhak mengatur pemakaiannya tetapi
tidak berhak untuk memiliki.
i pe n a f s i r an
a t a t a n : r j a di b e r baga o n c a n g an
C a h al in i t e r b a gai k e g
k e t i g bulk a n b e
Dalam b k a n t i m
a n g m e n y eba
y a t u k a um.
s u
di dalam 22
b. Peranan laki-laki
Di dalam kaum, laki-laki mempunyai peranan
secara bertingkat;
i. Sebagai kemenakan
Seorang laki-laki bermula sebagai
kemenakan.
Dalam menentukan status mereka
sebagai pewaris sako dan pusako,
kemenakan dikelompokkan dalam
tiga tingkatan:
* kemenakan di bawah daguak
* kemenakan di bawah pusek
* kemenakan di bawah lutuik.
Umumnya, kemenakan di bawah
lutuik tidak diikutkan di dalam
pewarisan sako jo pusako.
23
ii. Sebagai mamak
Setelah dewasa (berumah tangga) si kemenakan
menjadi mamak dan bertanggung jawab kepada
kemenakannya.
iii. Sebagai penghulu
Selanjutnya dia akan memegang kendali kaum
sebagai penghulu bergelar datuk.
Prinsip mempertahankan pusaka adalah;
kalau indak bisa manambah, jan mangurangi
Secara keseluruhan
peranan laki-laki di dalam kaumnya adalah;
tagak badunsanak, mamaga dunsanak
tagak basuku, mamaga suku
tagak ba kampuang mamaga kampuang
24
Di luar kaum, laki-laki menjadi sumando
atau tamu dalam kaum pihak istrinya.
Laki-laki sebagai “duta” kaumnya di dalam
wilayah kaum isterinya, begitu sebaliknya.
Berdasarkan tabiat dan perilaku, seorang
sumando dijuluki dengan berbagai
ungkapan; sumando ninik mamak, dsbnya.
25
c. Kaum dan Pesukuan
Orang Minangkabau yang berasal dari satu
keturunan dalam garis matrilineal merupakan
anggota kaum.
Di dalam sebuah kaum
Unit terkecil disebut samande
Unit yang lebih luas
disebut saparuik
Selanjutnya disebut
- Saniniak
- sakaum
- sasuku
26
Pada mulanya, sebuah nagari dihuni oleh
empat suku; Koto, Piliang, Bodi dan Caniago
Dalam perkembangannya -
Koto dan Piliang berkembang menjadi beberapa suku;
Tanjuang, Sikumbang, Kutianyir, Guci, Payobada,
Jambak, Salo, Banuhampu, Damo, Tobo, Galumpang,
Dalimo, Pisang, Pagacancang, Patapang, Malayu,
Bendang, Kampai, Panai, Sikujo, Mandahiliang dan lainnya.
Bodi dan Caniago berkembang pula menjadi beberapa
suku; Sungai Napa, Singkuang, Supayang, Lubuk Batang,
Panyalai, Mandaliko, Sumagek dan lainnya.
27
Di dalam majlis peradatan keempat-empat suku
disebut urang nan ampek suku.
Ada juga nagari yang memasukkan suku Melayu
disebut urang nan limo suku.
28
Sebuah kaum mempunyai keterkaitan
dengan suku-suku lain, biasanya disebabkan
oleh perkawinan. Oleh sebab itu, setiap kaum
mempunyai struktur ke dalam dan ke luar.
29
d. Peranan dan kedudukan perempuan
Perempuan diposisikan sebagai pengikat,
pemelihara dan penyimpan semua harato
pusako kaum.
30
IV. Nilai-nilai ideal dari
sistem matrilineal
31
3. Kesadaran terhadap suatu ikatan.
Perempuan merasa perlu dengan
saudara laki-lakinya, begitu sebaliknya.
Mamak merasa perlu dengan
kemenakannya, begitu juga sebaliknya.
33
2. Nilai pendidikan.
Pendidikan adat melalui keteladanan,
tingkah laku dari orang tua, penghulu,
mamak selalu digalakkan.
Baik secara langsung maupun melalui
cerita, kisah, penerbitan buku-buku kaba.
3. Nilai semangat.
Menimbulkan keinginan yang bersungguh-
sungguh dari setiap kaum untuk selalu
menjalankan adat dan mengetahui nilai-nilai
yang terkandung di dalam setiap aktivitas.
34
Hal-hal tersebut perlu ditindaklanjuti
dengan cara sebagai berikut;
35
b. Pemikiran-pemikiran legendaris
(yang selalu bertolak dari keagungan
dan kekeramatan Minangkabau
masa lalu)
lalu) secara perlahan harus
diubah menjadi pemikiran yang
sistematik. Agar masyarakat tidak
terkungkung lagi dengan sesuatu
yang tidak ada relevansi dengan
kenyataan kehidupan hari ini.
36
a. Menciptakan situasi yang kondusif
dan kreatif untuk dapat melakukan
dialog interaktif sebanyak mungkin
dengan keluarga/individu Minang,
perkumpulan/studi-studi klub adat
dan budaya Minang, dalam usaha
meyakinkan bahwa nilai-nilai
adat dan sistem matrilineal perlu
untuk dikembangkan
di masa depan.
37
Sekian
dan
Terima kasih
38