Anda di halaman 1dari 56

FARMAKOTERAPI PADA

GANGGUAN SISTEM
SARAF PUSAT

CECE SUPRIATNA
FARMAKOTERAPI NYERI
DEFINISI NYERI :
 Nyeri adalah pengalaman sensorik dan

emosional yang tidak menyenangkan yang


berhubungan dengan adanya kerusakan
jaringan.

 Berdasarkan lamanya nyeri, dibedakan


menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI NYERI
NYERI
 Merupakan gejala penyakit atau kerusakan
pada jaringan atau sel

 Disebabkan karena rangsang mekanik, panas, kimia


atau listrik yg melampaui nilai ambang nyeri
menyebabkan kerusakan jaringan disertai pelepasan
mediator nyeri
PROSES PENGHANTARAN NYERI
1. Stimulasi : rangsangan pada nosiseptif
2. Tranmisi : potensial aksi dari tempat
terjadinya rangsangan menuju sistem saraf
pusat
3. Modulasi : proses penghambatan nyeri secara
endogen
4. Persepsi : kesadaran akan rasa nyeri
PENILAIAN NYERI
TATALAKSANA TERAPI
ANALGESIK OPIOID
ANALGESIK NON-OPIOID
PRINSIP PEMILIHAN
OBAT ANTI NYERI

1. Tergantung pada intesitas nyeri

2. Pertimbangkan kontraindikasi
PARKINSON
Definisi
Penyakit
Penyakit Parkinson
Parkinson
• Penyakit gangguan syaraf kronis dan
progreresif yang ditandai dengan:
• T : Tremor (gemetar)
• R : Rigiditas (kekakuan otot)
• A : Akinesia/ Bradikenisia
(berkurangnya kecepatan gerakan)
• P : Postural Disability (misalnya: postur
tubuh membungkuk, gaya
berjalan yang kecil-kecil, kepala sedikit
menunduk)
Etiologi
Etiologi
 Faktor
Faktorresiko
resikotidak
tidakdiketahui,
diketahui,tetapi
tetapiterdapat
terdapathipotesis,
hipotesis,
diantaranya;
diantaranya;infeksi
infeksioleh
olehvirus
virusyang
yangnon
nonkonvensional
konvensional
(belum
(belumdiketahui),
diketahui),reaksi
reaksiabnormal
abnormalterhadap
terhadapvirus
virusyang
yang
sudah
sudahumum,
umum,pemaparan
pemaparanterhadap
terhadapzat
zattoksik
toksikyang
yangbelum
belum
di
diketahui,
ketahui,terjadinya
terjadinyapenuaan
penuaanyang
yangprematur
prematuratau
atau
dipercepat.
dipercepat.
 Selain
Selainitu,
itu,beberapa
beberapahalhalyang
yangdapat
dapatmenyebabkan
menyebabkangejala
gejala
parkinson,
parkinson,antara
antaralain:
lain:
Obat, seperti : fenotiazin, benzamid, metildopa, dan reserpin,
Obat, seperti : fenotiazin, benzamid, metildopa, dan reserpin,
metoklopramid,
metoklopramid,SSRI,
SSRI,Amiodarone,
Amiodarone,Diltiazem,
Diltiazem,Asam
AsamValproat
Valproat
Keracunan logam berat (Mn)
Keracunan logam berat (Mn)
Anoksia (keracunan Co)
Anoksia (keracunan Co)
Pasca trauma, dll.
Pasca trauma, dll.
Patofisiologi
Patofisiologi
1.1. Abnormalitas
Abnormalitaspatologis
patologisyang
yangutama
utama::degenerasi
degenerasisel
seldengan
dengan
hilangnya
hilangnyaneuron
neurondopaminergik
dopaminergikyangyangterpigmentasi
terpigmentasidi dipars
pars
compacta
compactasubtansia
subtansianigra
nigradi
diotak
otakdan
danketidakseimbangan
ketidakseimbangan
sirkuit
sirkuitmotor
motorekstrapiramidal
ekstrapiramidal(pengatur
(pengaturgerakan
gerakandidiotak)
otak)
2.2. Pada
Padaorang
orangnormal,
normal,dopamine
dopamineberkurang
berkurang5%5%perdekade
perdekade
3.3. Pada
Padapenderita
penderitaparkinson,
parkinson,dopamine
dopamineberkurang
berkurang45%
45%
selama
selamadekade
dekadepertama
pertamasetelah
setelahdiagnosis
diagnosis
4.4. Biasanya
Biasanyagejala
gejalabaru
barumuncul
munculketika
ketikadopamine
dopaminedi distriatal
striatal
sudah
sudahberkurang
berkurangsampai
sampai80%
80%
5.5. Degenerasi
Degenerasisaraf
sarafdopamine
dopaminepada
padanigrostriatal
nigrostriatal
menyebabkan
menyebabkanpeningkatan
peningkatanaktivitas
aktivitaskolinergik
kolinergikstriatal
striatal->
->
efek
efektremor
tremor
Gejala dan tanda
Tanda utama
Tremor, pada saat istirahat keparahan relatif stabil

Kekakuan, gerakan putar siku dan pergelangan


tangan berkurang, ekspresi wajah kaku

Melemahnya gerakan, langkah pendek-pendek,


lambaian tangan berkurang

Ketidak seimbangan tubuh, sering jatuh


Tujuan terapi

 Meminimalkan kecacatan (disability) dan efek


samping, serta meningkatkan kualitas hidup
semaksimal mungkin
Terapi
Terapi Non
Non Farmakologi
Farmakologi

Nutrisi
Edukasi

Latihan
Terapi Farmakologi
Meningkatkan kadar dopamin endogen
• L- Dopa, prekusor dopa
• Carbidopa, Benserazid, menghambat metabolisme perifer oleh dopa dekarbosilase
• Entacapon, tolcapon, menghambat degredasi dopa oleh O-metiltransferase
• Selegilin, menghambat degredasi Dopa oleh MAO B
• Amantadin, meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin, menghambat re-uptake

Mengatifkan reseptor dopamin dengan antagonis

• Bromokriptin, lisurid, agonis D2


• Pramipeksol, ropinirol, agonis D2 dan D3
• Pergolid, apomorfin, agonis D1 dan D2

Menekan aktifitas kolinergik dengan obat-obatan anti kolinergik

• Benztropin, triheksifenidil
EPILEPSI
DEFINISI EPILEPSI
Epilepsi :
- gangguan SSP yang ditandai
dg terjadinya bangkitan
(seizure, fit, attack, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked)
dan berkala
- kejadian kejang yang terjadi
berulang (kambuhan)

Kejang : manifestasi klinik dari


aktivitas neuron yang berlebihan
di dalam korteks serebral
 Manifestasi klinik kejang
sangat bervariasi tergantung
dari daerah otak fungsional
yang terlibat
Klasifikasi epilepsi
 Berdasarkan tanda
klinik dan data EEG,
kejang dibagi menjadi :
1. kejang umum
(generalized seizure) 
jika aktivasi terjadi pd
kedua hemisfere otak
secara bersama-sama
2. kejang parsial/focal 
jika dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
1. Tonic-clonic convulsion = grand mal
 merupakan bentuk paling banyak terjadi
 pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar
air liur
 bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
 terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
2. Abscense attacks = petit mal
 jenis yang jarang
 umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal
remaja
 penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulai
 kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering
tidak disadari
3. Myoclonic seizure
 biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun tidur
 pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
 jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal
4. Atonic seizure
 jarang terjadi
 pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot  jatuh, tapi bisa
segera recovered
Petit mal
Kejang parsial terbagi menjadi :
1. Simple partial seizures
 pasien tidak kehilangan kesadaran
 terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari
tubuh
2. Complex partial seizures
 pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran

Kejang parsial
Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan
eksitatori pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
 Kurangnya transmisi inhibitori
 Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
 Meningkatnya aksi eksitatori
 meningkatnya aksi glutamat
atau aspartat
Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan
meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
 mencegah atau menurunkan lepasnya muatan
listrik syaraf yang berlebihan  melalui
perubahan pada kanal ion atau mengatur
ketersediaan neurotransmitter
Prinsip umum terapi epilepsi:
 Monoterapi lebih baik  mengurangi potensi adverse
effect, meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti
bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi dan biasanya
kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan
mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping
dg politerapi
 Hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
 toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan
motorik bisa menetap selama pengobatan
 Jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-
sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi
 Berikan terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
 Memperhatikan risk-benefit ratio terapi
 Penggunaan obat harus sehemat mungkin dan sedapat
mungkin dalam jangka waktu pendek
 Mulai dengan dosis terkecil dan dapat
ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien 
penting : kepatuhan pasien
 Ada variasi individual terhadap respon obat
antiepilepsi  perlu pemantauan ketat dan
penyesuaian dosis
 Jika suatu obat gagal mencapai terapi yang
diharapkan  pelan-pelan dihentikan dan diganti
dengan obat lain (jgn politerapi)
 Lakukan monitoring kadar obat dalam darah 
jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn
melihat juga kondisi klinis pasien
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
 Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan
syaraf untuk menghantarkan muatan listrik
 Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin,
okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori
GABAergik:
 agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi
inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA 
contoh: benzodiazepin, barbiturat
 menghambat GABA transaminase  konsentrasi
GABA meningkat  contoh: Vigabatrin
 menghambat GABA transporter  memperlama aksi
GABA  contoh: Tiagabin
 meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan
cerebrospinal pasien  mungkin dg menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesikular pool  contoh:
Gabapentin
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya

Kejang Umum (generalized seizures)


Kejang
parsial Tonic-clonic Abscense Myoclonic,
atonic

Drug of Karbamazepin Valproat Etosuksimid Valproat


choice Fenitoin Karbamazepi Valproat
Valproat n
Fenitoin

Alternative Lamotrigin Lamotrigin Clonazepam Klonazepam


s Gabapentin Topiramat Lamotrigin Lamotrigin
Topiramat Primidon Topiramat
Tiagabin Fenobarbital Felbamat
Primidon
Fenobarbital
ALGORITMA Diagnosa positif
TATALAKSANA
EPILEPSI Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping

Ya Sembuh ? Tidak

Efek samping dapat ditoleransi ? Efek samping dapat ditoleransi ?

Ya Tidak Ya Tidak

Tingkatkan Turunkan dosis


Kualitas hidup Turunkan Tambah AED 2
dosis
optimal ? dosis

Pertimbangkan,
Sembuh?
Ya Tidak Hentikan
Atasi dg tepat AED1 Ya Tidak
Tetap gunakan
Lanjutkan AED2
terapi
lanjut
lanjut
lanjutan

Lanjutkan Tidak sembuh


terapi
Efek samping dapat ditoleransi ?
Tidak kambuh
Selama > 2 th ? Tidak Ya

ya tidak Hentikan AED yang Tingkatkan dosis


tidak efektif, Tambahkan AED2, cek interaksi,
AED2 yang lain Cek kepatuhan
Hentikan Kembali ke
pengobatan Assesment Sembuh ?
awal
Ya Tidak

Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,


Pertimbangkan
pembedahan
Atau AED lain
Pemberian obat antiepilepsi pada anak
 Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat : bangkitan
epilepsi, faktor etiologi, munculnya bangkitan pada
usia dini, sering mengalami bangkitan, dan obat
antiepilepsi
 Pengaruh beberapa obat antiepilepsi :
 Fenobarbital →hiperaktif
 Fenitoin (dosis tinggi)→enselofati progresif, retardasi
mental dan penurunan kemampuan membaca
 Karbamazepin dan asam valproat →gangguan kognitif
ringan
 Valproat (dosis tinggi)→mengganggu fungsi motorik
Efek obat antiepilepsi pada anak
 Jurnal Pediatri Neurol. th 2006 : obat2
antiepilepsi (asam valproat, carbamazepin,
oxcarbazepin) dapat menurunkan densitas
tulang pada anak.

 Perlu monitoring pemakaian jangka panjang


pada anak, di samping perlu dipertimbangkan
pemberian suplemen utk tulang.
Penatalaksanaan epilepsi
pada lanjut usia
 Perlu pertimbangan : penyakit lain yg
menyertai, polifarmasi yg menyebabkan
interaksi obat, perubahan fisiologi tubuh
(absorpsi obat, ikatan protein, metabolisme dan
eliminasi obat)
Pertimbangan pemakaian
obat pada wanita
1. Estrogen menghambat reseptor GABA,
mempotensiasi aktivitas glutaminergik
2. Progesteron efeknya berlawanan dg estrogen
dan mempotensiasi aktivitas reseptor GABA
perlu adanya penyesuaian dosis
Peryimbangan Pada kehamilan
Akibat epilepsi pd kehamilan :
Kejang maternal 25 – 30% penderita
Komplikasi kehamilan
ES pd fetus meliputi penyakit dan obat
antiepilepsi
 Efek obat antiepilepsi pd kehamilan 

malformasi kongenital
Barbiturat & fenitoin  congenital heart
malformation, orofacial clefts & malformasi lain
Valproat & carbamazepin spina bifida (neural
tube defect) & hypospadias
KIE pada wanita epilepsi yg hamil
1. Intake asam folat (~0,4 – 1 mg/hari) pada
prenatalmencegah efek teratogenik
2. Obat antiepilepsi secara monoterapi, dosis
serendah mungkin mengurangi efek
teratogenik
3. Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya efek
teratogenik <
4. Pemberian vit K pada bulan terakhir
kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap hari
mencegah koagulopati
KIE pada ibu menyusui

 Meski distribusi obat antiepilepsi dilaporkan


rendah pada air susu, namun perlu
diperhatikan efek pada bayi (sedasi,
iritabilitas, poor feeding) terutama pada
pemakaian barbiturat & benzodiazepin
Penghentian
pengobatan epilepsi
 Tergantung jenis bangkitan / kejang dan
prognosis epilepsi
 Jenis bangkitan untuk memperkirakan tingkat
kekambuhan, misalnya :
 Epilepsi absence atau petit mal →tingkat
kekambuhan rendah
 Berturut-turut makin tinggi tingkat
kekambuhan : klonik atau mioklonik, kejang
tonik-klonik, parsial sederhana dan parsial
kompleks, selanjutnya kejang yang terdiri dari
lebih dari satu jenis
Jika terapi farmakologi gagal,
bagaimana ?
 Perlu dipertimbangkan terapi operatif
(terutama utk epilepsi refrakter/kambuhan)
 Yang paling aman & efektif : reseksi lobus
temporal bagian anterior, jenis yang lain :
reseksi korteks otak, hemisferektomi,
pembedahan korpus kalosum, reseksi
multilobar pada bayi
 Lebih kurang 70-80% penderita yg mengalami
operasi terbebas dari bangkitan, walaupun
beberapa diantaranya harus tetap minum obat
STROKE
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai