Anda di halaman 1dari 9

Acara 1

Uji Resistensi Abiotik pada


Tanaman Kedelai melalui
Aplikasi Rhizobakteri

Nama : Erlintang Ratri Febriana


NIM : 20180210146
Kelas : Agro C
Kelompok : 3
Tujuan
1. Menguji efektivitas aplikasi Rhizobakteri pada berbagai level cekaman kekeringan
2. Menguji pengaruh durasi perendaman dengan Rhizobakteri terhadap resistensi kedelai pada cekaman kekeringan
Pendahuluan
Kedelai (Glycine max L.) sangat sensitif terhadap pengaruh cekaman kekeringan.
Kekurangan air pada setiap periode pertumbuhan berpengaruh terhadap penurunan hasil,
namun yang paling besar pengaruhnya pada saat periode kritis tanaman yaitu fase
pembungaan, pembentukan biji, dan masa pengisian polong. (Kasno dan Jusuf 1994; Ismail
dan Effendi 1993; Pandey et al. 1984)

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas kedelai adalah tersedianya organisme tanah yang melimpah.
Mulyani et al. (2004) mengatakan bahwa populasi organisme tanah yang rendah pada tanah masam menjadi kendala
pemanfaatan tanah kering masam.
Salah satu cara mengurangi dampak kekeringan pada tanaman adalah menggunakan organisme tanah Rhizobakteri
Osmotoleran. Rhizobakteria merupakan kelompok bakteri yang hidup dan berkembang di daerah rizosfer tanaman dan
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi cekaman kekeringan, sehingga tanaman dapat
tumbuh walaupun dalam kondisi tercekam. (Khoiriyah, 2009).
Cara Kerja

Uji ketahanan thp


Gunakan 5 cekaman kekeringan
benih tiap pd berbagai durasi
perlakuan perendaman
Rendam benih
Strerilisasi benih kedelai dengan
dengan kultur
larutan clorox/sodium hipoclorid
Rhizobakteri

Dikecambahkan di media
NaCl dan Mannitol.
Selama 8 hari

Pengamatan
pertumbuhan
Histogram Daya Kecambah Hasil data
90

80
Rata-rata daya kecambah benih kedelai setelah
70
aplikasi Rhizobakter pada berbagai konsentrasi NaCl
60
dan lama waktu perendaman yang berbeda dapat
Daya Kecambah (%)

50 dilihat pada histogram gambar 1.


40 Menunjukkan bahwa daya kecambah yang paling
30 tinggi terdapat pada perlakuan konsentrasi NaCl 25mM
20 dengan waktu perendaman 30 menit yaitu 85,1 %,
10 sedangkan daya kecambah paling rendah pada
00 konsentrasi NaCl 50 mM dg waktu perendaman 15
25 mM 25 mM 25 mM 50 mM 50 mM 50 mM
NaCl, 0 NaCl, 15 NaCl, 30 NaCl, 0 NaCl, 15 NaCl, 30 menit yaitu 45,6%
mins Rzb mins Rzb mins Rzb mins Rzb mins Rzb mins Rzb

Rentang Waktu dan Konsentrasi NaCl

Gambar 1. Perbandingan daya kecambah benih kedelai setelah aplikasi


Rhizobakteri pada berbagai perlakuan konsentrasi NaCl dan lama
perendaman. Data tersebut merupakan nilai rata-rata dari 5 ulangan
Hasil Data
Perlakuan Panjang Akar Jumlah Akar Rata-rata jumlah akar dan panjang akar serta nilai
standar deviasi setelah aplikasi Rhizobakter pada
25 mM NaCl, 0 mins Rzb 35,1 ± 2,1 14,6 ± 1,7 berbagai konsentrasi NaCl dan lama waktu perendaman
yang berbeda dapat dilihat pada tabel 1.
25 mM NaCl, 15 mins Rzb 39,9 ± 1,1 25,8 ± 2,9
Hasil data tersebut menunjukkan bahwa
25 mM NaCl, 30 mins Rzb 37,4 ± 1,4 29,6 ± 2,7 perbandingan jumlah akar dari perlakuan yang berbeda
menghasil jumlah akar paling banyak ditunjukkan pada
50 mM NaCl, 0 mins Rzb 27,5 ± 2,5 13,6 ± 1,5 perlakuan konsentrasi NaCl 25 mM selama 30 menit
perendaman dengan jumlah 29,6 dan standar deviasi
50 mM NaCl, 15 mins Rzb 40,0 ± 2,0 29,0 ± 1,0
2,7. Sedangkan jumlah akar yang paling sedikit yaitu
50 mM NaCl, 30 mins Rzb 38,3 ± 1,5 20,8 ± 3,0 pada perlakuan konsentrasi NaCl 50 mM tanpa waktu
perendaman waktu rhizobakter yaitu 13,6 dan standar
deviasi 1,0. pada perbandingan panjang akar dari tiap
Tabel 1. Perbandingan jumlah akar dan panjang akar kedelai pada hari perlakuan menghasilkan akar yang paling panjang
ke-8 setelah aplikasi Rhizobakteri pada berbagai perlakuan
ditunjukkan pada perlakuan konsentrasi NaCl 50mM
konsentrasi NaCl dan lama perendaman. Data yang ditampilkan
merupakan rata-rata dari 5 ulangan.
selama 15 menit perendaman yaitu 40,0 cm dan 2,0
standar deviasi. Sedangkan akar yang paling pendek yaitu
pada perlakuan konsentrasi NaCl 50 mM tanpa waktu
perendaman yaitu 27,5 cm dan 1,8 standar deviasi
Pembahasan
Hal yang mempengaruhi peningkatan daya kecambah, panjang akar dan jumlah akar
adalah kandungan Rhizobakter, konsentrasi NaCl dan waktu perendaman. Hindersah R,
Simarmata T. 2004. Potensi rizobacteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan
tanah. Jurnal Natur Indonesia, 5(2), 127-133. Kemampuan Rhizobakter ini sebagai
biostimulan yang menghasilkan ZPT untuk menstimulasi perkecambahan. Menurut
Hindersah dan Simarmata (2004), Rhizobakter dapat meningkatkan perkecambahan
benih dan perkembangan akar serta melindungi penyakit tular benih (seed borne). Selain
itu merupakan bakteri yang aktif mengkolonisasi daerah perakaran (Kloepper dan Schroth
1978; Arshad et al., 1993; Hindersah dan Simarmata, 2004), karena akar mengeluarkan
eksudat yang merupakan nutrisi bagi mikroba. (Arshad &, 1993).

Pada konsentrasi NaCl yang tinggi akan menghambat perkecambahan benih dan menekan pertumbuhan dan produksi tanaman hal ini
sesuai dengan pernyataan (Jasmi, 2016). Salinitas atau NaCl yang dikenal sebagai garam ini mempengaruhi proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl-
diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi
fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen dan Na+ akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang
memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah (Sipayung, 2003)
Waktu perendaman benih yang lama akan mempengaruhi lamanya bakteri dalam mengkoloni benih saat masuk melalui proses imbibisi pada
benih (Mangmang et al., 2015).
Pemanjangan akar dik­arenakan faktor lingkungan yaitu cekaman keker­ingan lebih berpengaruh pada tanaman, sehing­ga diduga tanaman lebih
cenderung melakukan perubahan morfologi sebagai respon terhadap kekeringan. Hasanah, (2008) menyatakan bahwa pada kondisi kering akar
akan memunculkan naluri untuk bertahan hidup dengan cara mem­perkuat akar yang sudah ada daripada memben­tuk akar baru sehingga akar
pada kondisi kering akan tampak menjadi lebih besar dan pendek.
Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:


1. Aplikasi Rhizobakteri pada berbagai level cekaman kekeringan menunjukkan perlakuan yang paling efektif
dengan konsentrasi NaCl 25 Mm menghasilkan daya kecambah 85,1% serta pada panjang akar 39,9 cm dan
jumlah akar 29,6
2. Pengaruh durasi perendaman dengan Rhizobakteri terhadap resistensi kedelai pada cekaman kekeringan ini
semakin lama durasi perendaman benih daya kecambah semakin menurun dan pertumbuhan tanaman juga
terhambat
Daftar Pustaka
Arshad M, Frankenberger WT. 1993. Microbial production of plant growth regulator. In F.B.Melting (ed.) Soil Microbial Ecology: Application
in Agricultural and Environmental management. Marcel Dekker.Inc., New York.
Hasanah,N.A.U, A._Astuti, dan L. Utari. 2008. Kajian Aktivitas Rhizobakteri Fiksasi N-Tahan Cekaman Kekeringan Dengan Berbagai Kondidi
Air dan Macam Inokulum Pada Padi Merah- Putih RI-1. Fakultas Pertanian UMY. Skripsi.
Hindersah R, Simarmata T. 2004. Potensi rizobacteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. Jurnal Natur Indonesia, 5(2), 127-
133.
Husein E, Saraswati R, Hastuti RD. 2008. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman. http://www.nuance.com
Kasno, A., Novita, N., dan J. Purnomo. 1998. Param- eter seleksi kacang tanah pada cara tanam tunggal dan tumpangsari dengan jagung.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 17(1):68–75.
Khoiriyah, Lilik. 2009. Pengaruh Upah dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja. Karyawan Pada CV. Aji Bali Jaya Wijaya Surakarta. Skripsi,. S1,
UMS
Kloepper JW, Schroth MN. 1978. Plant Growth Promoting Rhizobacteria on radishes. In Angers (Ed). Proceedings of the Fourth International
Conference on Plant Pathogenic Bacteria p 879-882; September 2, 1978, France (FR): INRA. www/bashanfoundation.
Org/kloepper/kloepperradish.pdf
Mulyani, A., F. Agus, dan A. Adimihardja. 2004. Potensi lahan kering untuk pengembangan kapas di Indonesia. Prosiding Lokakarya dan
Pameran Pengembangan Kapas, Jarak, dan Wijen dalam rangka Penerapan Otonomi Daerah. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat, Malang, 15−16 Oktober 2002. 14 hlm. Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Yazdani, Bahamanyar MA, Pirdasthi H, Esmaili MA. 2009. Effect of phosphate solubilization microorganism (PSM) and plant growth
promoting Rhizobacteria (PGPR) on yield component of corn (Zea mays L.). International Journal of Biological, Biomolecular, Agricultural,
Food and Biotechnological Engineering, 3(1), 50-52. Scholar. waset.org/1999.1/12844.

Anda mungkin juga menyukai