ACARA 7
Penyimpanan Mikrobia Industri Lactobacillus Plantarum Dengan Pembekuan Lambat
Suhu -25◦C Menggunakan Cryoprotectant ( Gliserol 10% Dan Sukrosa 10%)
Disusun Oleh:
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
I. Tujuan
II. Logbook
Enumerasi Sel :
III. Pembahasan
Menurut Rohana (2002) pembekuan adalah pemindahan panas dari bahan yang di
sertai dengan perubahan fase cair kepada, dan merupakan salah satu proses
pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Tujuan
pendinginan ini adalah agar berbagai mikrobia yang mempunyai berbagai potensi
di bidang industri dapat terjaga potensinya agar stabil. sehingga dapat dikatakan
bahwa tujuannya adalah agar proses produksi dapat berlangsung secara kontinu
atau tidak terjadi perubahan sifat pada mikrobia yang mampu mengganggu proses
produksi karena potensinya stabil. pada praktikum ini pembekuan dilakukan pada
bakteri lactobacillus plantarum.
Cryoprotectant terbagi menjadi dua jenis, koligatif dan non koligatif. menurut
(Porcu,2001), dalam keadaan normal, titik beku (Tf) sama dengan titik leleh (Mp).
Mekanisme Cryoprotectant koligatif akan menurunkan Fp dan MP. Namun,
Cryoprotectant non koligatif akan mengurangi FP dan membiarkan Mp seperti
dalam keadaan normal. Berikut penjelasan lebih lanjutnya:
Ulangan
Seri Pengenceran
1 2
10−6 69 51
10−7 10 -
10−8 - -
10−6 18 14 6 11 36 24
Berikut adalah perhitungan viabilitas sel Lactobacillus Plantarum secara rata rata:
a. Aquades
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 1,44 x 107
%Viabilitas= x 100 %= = 24%
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 107
b. Gliserol 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 0,185 x 10 7
%Viabilitas= x 100 %= =
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 10 7
3,08%
c. Sukrosa 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 2,87 x 107
%Viabilitas= x 100 %= =¿
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 107
47,83%
a. Aquades
6,00 x 107
¿ log =0,619
1,44 x 107
b. Gliserol 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan
Penurunan log Cycle =log
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan
6,00 x 107
¿ log =1,510
0,185 x 107
c. Sukrosa 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan
Penurunan log Cycle =log
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan
6,00 x 107
¿ log =0,320
2,87 x 107
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diurutkan % viabilitas sel dari
yang paling besar ke paling kecil adalah Sukrosa 10%> Aquades > Gliserol 10%.
Jika dilihat, penurunan log cycle pada tiap cryoprotectantnya adalah :
1) Sampel yang ditambahakan cryoprotectant aquades dapat mempertahankan
jumlah sel atau tidak mengalami penurunan atau penambahan log cycle
2) Sampel yang ditambahakan cryoprotectant gliserol 10% mengalami penurunan
log cycle sebanyak 1 log cycle dari 107 ke 106
3) Sampel yang ditambahakan cryoprotectant sukrosa 10% dapat mempertahankan
jumlah sel atau tidak mengalami penurunan atau penambahan log cycle.
Jumlah sel sebelum dan setelah pembekuan didapat dari rata-rata jumlah
sel penelitian. Jika dibandingkan dengan teori yang ada, cryoprotectant yang tepat
digunakan untuk proses pembekuan lambat ialah sukrosa 10%. hal ini terjadi
karena di pembekuan lambat kristal es terbentuk pada lingkungan eksternal
sehingga cryoprotectant non koligatif tepat digunakan karena melindungi sel dari
luar agar tidak terjadi pengkristalan di luar(Mazar,1969). Hasil percobaan telah
sesuai dengan teori karena pada hasil percobaan sukrosa 10% menduduki
peringkat pertama cryoprotectant terbesar, sehingga dianggap paling efektif untuk
pembekuan jenis lambat ini. menurut Sudarmadji (2005), cryoprotectant sukrosa
ini bekerja dengan mengikat air di luar sel menjaga keseimbangan solute diluar
dan didalam sel yang cocok lambat dengan cara menyelimuti sel di bagian luar
sehingga mencegah plasmolisis. tetapi seharusnya urutan persen viabilitas mulai
yang tertinggi yaitu pada penambahan sukrosa 10%, gliserol 10%, kemudian
aquades. Hasil percobaan menyimpang dari teori dan urutan persen viabilitas
yaitu gliserol 10% adalah 3,08%, aquades adalah 24%, dan sukrosa 10% adalah
47,83%. Hal ini dapat dikarenakan waktu penyimpangan kultur hanya beberapa
hari(± 2 hari) sehingga keefektifan cryoprotectant melindungi sel belum dapat
diamati, selain % viabilitas gliserol yang sangat rendah bisa terjadi karena gliserol
dapat bersifat toksik dan jika dibiarkan tercampur dengan kultur terdapat
kemungkinan berkurangnya % viabilitas yang cukup signifikan.
Pada percobaan ini seri pengecerannya berbeda setelah dengan sebelum karena
sewaktu praktikan melakukan pengujian ini, sebelum pembekuan praktikan belum
mengetahui berapa jumlah sel yang kana tumbuh maka praktikan menggunakan
seri pengenceran seperti tahun lalu, namun setelah dilakukan pengujiaan ternyata
hasil yang didapat tidak sesuai ekpektasi yaitu jumlah koloninya hanya sedikit.
Kemudian, dilakukan diskusi, sehingga ditetapkan bahwa setelah pembekuan
dilakuakan kenaikan seri pengenceran agar hasilnya dapat dihitung dalam laporan.
Penyimpangan penyimpangan ini seprti sel yang tidak tumbuh di cawan petri atau
penyimpangan lainnya dapat terjadi mungkin karena kurang homogennya larutan
yang berisi bakteri lactobacillus plantarum dengan seri pengenceran yang
beragam atau pemipetan sampel kurang teliti atau kurang akurat atau pada saat
dilakukan metode pour plate dengan media MRS, pemanasan pada MRS terlalu
panas sehingga menyebabkan sel mati karena suhu pada MRS terlalu tinggi atau
karena persiapan yang kurang matang setelah kultur dikeluarkan dari suhu rendah
untuk di uji.
IV. Kesimpulan
Penyimpanan bakteri dengan pembekuaan dapat ditambahkan dengan
cryoprotectant untuk menjaga sel dari plasmolysis akibat pembentukan kristal es
eksternal maupun internal. Cryoprotectant paling efektif adalah sukrosa 10%
karena % viabilitasnya paling besar.
Aquades 1,44 x 10 7
Sehingga, dapat diurutkan % viabilitas sel dari yang paling besar ke paling kecil
adalah Sukrosa 10% > Aquades > Gliserol 10%, namun urutan % viabilitas yang
benar adalah Sukrosa 10% > Gliserol 10% > Aquades. Sehingga, dapat
disimpulkan apabila dilakukan penambahan gliserol dan sukrosa maka seharusnya
cryoprotectant dapat lebih efektif dalam melindungi sel dari luar pada uji
pemebekuan lambat ini sedangkan penambahan aquades kurang efektif jika
ditambahkan untuk melindungi sel dari luar pada uji pembekuan lambat ini. Hal
itu disebabkan karena apabila log cycle nya semakin kecil maka cryoprotectant
tersebut semakin baik dalam melindungi sel dari luar agar tidak terjadi
pengkristalan diluar sel dan jika %viabilitas nya semakin besar maka
cryoprotectant tersebut juga semakin baik dalam melindungi sel dari luar agar
tidak terjadi pengkristalan diluar sel.
V. Daftar Pustaka
Journal:
De vries, Maaike,C., Vaughan, Elaine,E., Kleerebezem,M., Devos,W.M. 2006.
Lactobacillus Plantarum Survival Functional And Potential Probiotic Properties
In The Human Intestinal Tract. International dairy Journal. 1619:1018-1028
Mazur, Peter. 1969. Physical and Chemical Basil of Injury in Single Cell.
London: Academic Press.
19/446856/TP/12659
VII. Lampiran
a. Perhitungan
1. Sebelum pembekuan
69+51
Jumlah Sel= −6
=6,00 x 10 7
2 x 1 x 10
2. Setelah Pembekuan
a. Aquades
144+144
Jumlah Sel= −5
=1,44 x 107
2 x 1 x 10
b. Gliserol 10%
192+178
Jumlah Sel 10−4 = −4
=1,85 x 106
2 x 1 x 10
45+ 75
Jumlah Sel 10−5= −5
=0,6 x 10 7
2 x 1 x 10
0,6 x 107
¿ =3,243lebih dari 2 maka pakai kons . pekat
1,85 x 106
c. Sukrosa 10%
192+236
Jumlah Sel 10−5= −5
=2,14 x 107
2 x 1 x 10
36
Jumlah Sel 10−6= −6
=3 , 6 x 107
1 x 1 x 10
3 , 6 x 107
¿ =1,68 kurang dari2 maka pakai ratarata hasil
2,14 x 107
3 ,6 x 107 +2,14 x 10 6 7
= =2,87 x 10 CFU /mL
2
3. % Viabilitas
a. Aquades
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 1,44 x 107
%Viabilitas= x 100 %= = 24%
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 107
b. Gliserol 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 0,185 x 10 7
%Viabilitas= x 100 %= =
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 10 7
3,08%
c. Sukrosa 10%
Jumlah Sel Rata−Rata Setelah Pembekuan 2,87 x 107
%Viabilitas= x 100 %= =¿
Jumlah Sel Rata−Rata Sebelum Pembekuan 6,00 x 107
47,83%
b. Hasil Diskusi
- Pada pengamatan sebelum pembekuan, di seri pengenceran 10-7 dan 10-8 ada yang
tidak terdapat sel Lactobacillus plantarum. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sel
yang diinokulasi semakin sedikit , ketika pemvortexan kurang homogen, sel bakteri
tidak terambil, MRS panas sehingga sel mati, atau kultur awal yang tadinya disimpan
di suhu rendah lalu sebelum perlakuan dikeluarkan terlebih dahulu sehingga kultur
bisa mati.
- Pada percobaan ini seri pengecerannya berbeda setelah dengan sebelum karena
sewaktu praktikan melakukan pengujian ini, sebelum pembekuan praktikan belum
mengetahui berapa jumlah sel yang kana tumbuh maka praktikan menggunakan seri
pengenceran seperti tahun lalu, namun setelah dilakukan pengujiaan ternyata hasil
yang didapat tidak sesuai ekpektasi yaitu jumlah koloninya hanya sedikit. Kemudian,
dilakukan diskusi, sehingga ditetapkan bahwa setelah pembekuan dilakuakan
kenaikan seri pengenceran agar hasilnya dapat dihitung dalam laporan.