Anda di halaman 1dari 70

PERTEMUAN KE-2

1. Konsep Dasar Resiko : 2. Proses Manajemen Resiko :


 Definisi dan Klasifikasi Resiko  Indentifikasi Resiko
 Konsep Resiko yang Lain  Pengukuran Resiko
 Sumber-sumber Resiko  Pemantauan Resiko
 Metode Penanganan Resiko  Pengendalian Resiko
 Pengelolaan Resiko  Rangkuman Materi
 Menghindari Resiko  Pertanyaan & Diskusi Kasus
 Referensi :
2. Bambang Rianto Rustam. 2017. “Manajemen Risiko: Prinsip,
Penerapan, dan Penelitian. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Tahapan Proses Manajemen Resiko :
3. Danang Sunyoto dan Wika Harisa. 2017. “Manajemen Risiko dan
Asuransi: Tinjauan Teoretis dan Implementasinya. CAPS.
Yogyakarta. 2.
2. 3.
3. 4.
4.
1.
1. PEMANTAUA PENGENDALIA
PENGUKURA
PENGUKURA PEMANTAUA PENGENDALIA
IDENTIFIKASI
IDENTIFIKASI N N
N
N N N
PENDAHULUAN
• Sesungguhnya kehidupan manusia selalu bergelut dengan ketidakpastian yang
berkepanjangan dan terjadi terus-menerus dimana hal tersebut lazim dikenal
sebagai suatu resiko.

• Manusia akan selalu menghadapi resiko, karena memang sesungguhnya manusia


itu pada hakekatnya merupakan suatu objek tumpuan dari resiko itu sendiri.

• Sehingga resiko itu memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dan
disamping itu tidak ada seorang pun yang bebas dari suatu resiko.
1. Konsep Dasar Resiko
• Kalau kita berbicara masalah resiko yang mendasarkan pada situasi
ketidakpastian, seharusnya kita harus mengetahui uraian-uraian atau konsep
dasar dari resiko itu sendiri. Karena resiko mempunyai arti atau makna yang
berbeda-beda tergantung dari setiap sudut pandang masing-masing.
• Dengan demikian perlu kiranya kita melihat dan memahami dahulu Konsep
Dasar Resiko.

Berikut ini konsep dasar dari suatu resiko : …….


Definisi dan Klasifikasi Resiko

A. Menurut Sr. Diacon dan RL. Carter


Lebih jelas Sr. Diacon dan RL. Carter mengatakan : “Resiko itu ada
setiap kali orang tidak menguasai dengan sempurna, atau mengetahui
lebih dulu mengenai masa depan.”

Contoh Kasus :
• Resiko dalam mengendarai Kendaraan Bermotor
“Tidak ada seorang pengendara motor yang dapat menjamin bahwa ia
akan selalu selamat dalam perjalanan bahkan bisa mengalami kecelakaan
yang dapat merugikan si pengendara motor tersebut.”

• Arti dan pengertian resiko sebenarnya tidak dapat segera terjawab,

dengan mengingat luasnya ruang lingkup serta banyaknya segi-segi yang

mempengaruhinya.
• Disamping itu juga karena banyaknya pendapat dari para sarjana yang

memberikan pengertian dan batasnya sesuai sudut pandang dan titik

berat dari mana seorang itu melihat dan mengamatinya.


B. Menurut Robert I. Mahr dan Emerson Cammack

• Dalam bukunya yang berjudul : “Principle of insurance” beliau


mengatakan bahwa : “Resiko adalah sebagai suatu konsep dengan
beberapa arti, yang pemakaiannya tergantung kepada hubungan-
hubungan apa dan disiplin ilmu dari mana orang memandangnya.”
Selanjutnya juga dinyatakan bahwa pengertian resiko apabila
dipergunakan secara longgar, akan berarti : “mengalami kemalangan
atau kebahagiaan”
Contoh Kasus :
• Seorang ahli matematika mendefinisikan bahwa “resiko merupakan
suatu tingkat penyebaran dari nilai-nilai dalam suatu pembagian
sekeliling, suatu kedudukan secara seimbang, makin besar tingkat
penyebaran makin besar pula resikonya.”

• Keterkaitan antara matematika dan ketidakpastian, akan menimbulkan


suatu teori resiko yang mempunyai peranan sangat penting dalam segala
aspek.
• Teori resiko merupakan suatu teori dari matematika yang memberikan
prediksi untuk mengatasi kemungkinan yang dapat terjadi.
• Tujuan teori resiko adalah untuk memberikan suatu analisis
matematikan mengenai keadaan perubahan yang terjadi secara acak
(seimbang) dalam suatu usaha asuransi dan untuk membahas
berbagai macam cara untuk memberikan proteksi terhadap
pengaruh yang tidak menguntungkan.
C. Menurut Gunarto

Dalam kaitannya dengan asuransi, menurut Gunarto (1984) : resiko


dapat dibedakan dalam beberapa arti dan intinya kemungkinan
terjadinya kerugian, yaitu :
• Resiko dalam arti benda yang menjadi objek bahaya
• Resiko dalam arti orang yang menjadi sasaran pertanggungan
• Resiko dalam arti bahaya
• Oleh karena itu, pengertian resiko diberi batasan sebagai
kemungkinan terjadi suatu keuntungan yang semula diharapkan
karena suatu kejadian di luar kuasa manusia, kesalahan sendiri atau
perbuatan manusia.
D. Menurut Deninberg

• Menurut Deninberg yang dikutip oleh Robert E.Koeton, dalam bukunya “Risk is an
psychological phenomenon hat is meaning full only in terrors uf human reaction
and exsperimental”
• “(Ketidakpastian adalah sebagai suatu keadaan yang belum pasti terjadi, dan yang
merupakan suatu keadaan yang dihadapi oleh manusia dalam setiap kegiatannya)”

• Resiko secara umum dapat diberikan batasan : “Resiko adalah suatu


ketidakpastian di masa yang datang tentang kerugian”
E. Menurut S.S. Huebner, CS

• Menurut S.S. Huebner, CS mengatakan : “Risk it traditionally reffered


to as the law material on insurance.”
“(Resiko itu secara tradisional disebut sebagai materi hukum
asuransi)”

• Resiko adalah ketidaktentuan atau uncertainty yang mungkin


melahirkan kerugian (loss).
• Unsur ketidaktentuan ini bisa mendatangkan kerugian dalam asuransi.
Ketidaktentuan ini bisa kita bagi atas 3 hal :

1. Ketidaktentuan ekonomi (economic uncertainty),


yaitu kejadian yang timbul sebagai akibat dari perubahan sikap
konsumen (misal : perubahan selera/minat, perubahan harga,
teknologi atau mendapatkan penemuan baru yang akan terjadi
perubahan sikap konsumen itu sendiri)
2. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh alam (uncertainty of nature),
misalkan : terjadi kebakaran, badai, banjir, topan dan lainnya.

3. Ketidaktentuan yang disebabkan oleh perilaku manusia (human


(uncertainty), seperti : terjadi peperangan, pencurian, perampokan
dan pembunuhan.
F. Menurut Ferdinand Silalahi dan Frans Wijono

• Dalam bukunya : “Manajemen Resiko dan Asuransi” berpendapat :


“Setiap orang, rumah tangga, perusahaan dan bagian-bagian dari organisasi
lain, dalam setiap kegiatannya mengandung resiko, karena apa yang akan terjadi
diwaktu yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti (the future is
unknown).

• Resiko adalah kemungkinan penyimpangan yang tak diharapkan.


Kemungkinan itu adalah berupa terjadinya hal yang tidak diinginkan atau
tidak terjadinya hal yang diinginkan. Kejadian yang demikian disebut dengan
kerugian (loss).
• Loss berarti menurunnya atau hilangnya nilai. Disini terkandung arti
bahwa kerugian itu harus dapat diukur dalam satuan uang (misalnya
rupiah).

Pada umumnya masyarakat mengartikan resiko memiliki perbedaan,


berikut beberapa pandangan masyarakat tentang definisi resiko :
• Resiko diartikan sebagai suatu bahaya, dapat disimpulkan bahwa
misalkan : Kalau naik kendaraan ngebut, resikonya besar. Maksudnya :
“Ngebut itu bahayanya besar”
• Resiko diartikan sebagai suatu objek, bila seorang akan mengasuransikan,
maka akan ditanya : “Resiko apa yang akan diasuransikan ?” Sehingga resiko
disini ditafsirkan sebagai objek, yaitu objek apakah yang akan diasuransikan.
• Resiko diartikan sebagai suatu kerugian. Misalkan : Kalau naik sepeda
motor ngebut, maka kalau terjadi kecelakaan resikonya akan besar. Resiko
disini diartikan sebagai kerugian
• Resiko diartikan sebagai suatu kemungkinan, misalnya kalau seseorang
ikut ujian, maka resikonya lulus atau tidak lulus.
G. Menurut Jeff Woodward

• Jeff Woodward dalam bukunya : “Insurance Principle” disebutkan


bahwa : didalam indutri asuransi, resiko itu diartikan sangat khusus
dan sangat sederhana.

• Secara operasional, resiko diartikan sebagai uncertainty of financial


loss atau kerugian yang tidak pasti. Jadi resiko memiliki 2 unsur, yaitu :
ketidak pastian (uncertainty) dan kerugian (loss).
• Oleh karena itu, apapun yang dapat menyebabkan timbulnya kerugian
itu disebut sebagai resiko.

Sedangkan resiko itu sendiri diklasifikasikan atau dibedakan menjadi 3


macam (Soeisno DjojoSoedarso, 2003), yaitu :
 Menurut sifatnya, resiko dapat dibedakan menjadi :

• Resiko yang tidak disengaja (resiko murni), misalnya resiko kebakaran,


bencana alam, pencurian, penggelapan dan lainnya.

• Resiko yang disengaja (resiko spekulatif), merupakan resiko yang sengaja


ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar terjadinya ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, misalnya : resiko hutang-piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging) dan sebagainya.
• Resiko Fundamental yaitu resiko yang penyebabnya tidak bisa
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita resiko tidak hanya
satu atau beberapa orang saja, tetapi sebagian besar orang seperti :
banjir, angina topan, dan sebagainya.

• Resiko Khusus adalah resiko yang bersumber pada peristiwa yang


mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti : kapal
kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, tabrakan motor dan sebagainya.
• Resiko Dinamis yaitu resiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan
teknologi, seperti : resiko keusangan, resiko penerbangan ruang
angkasa. Lawannya resiko dinamis adalah resiko statis, seperti : resiko
hari tua, resiko kematian dan lainnya.
 Menurut Dapat tidaknya Resiko tersebut dialihkan kepada pihak lain

• Resiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain, dengan


mempertanggungjawabkan suatu objek yang akan terkena resiko
kepada perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi
asuransi, sehingga semua kerugian menjadi tanggungan (pindah)
pihak ke perusahaan asuransi.
• Resiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain (tidak dapat
diasuransikan), umumnya meliputi : semua jenis resiko spekulatif.
 Menurut Sumber atau penyebab timbulnya :

• Resiko Intern, merupakan resiko yang berasal dari dalam perusahaan


itu sendiri, seperti : kerusakan aktiva karena ulah karyawannya,
kecelakaan kerja, kesalahan manajemen dan sebagainya.

• Resiko Ektern, merupakan resiko yang berasal dari luar perusahaan,


seperti : resiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga,
perubahan kebijakan pemerintah dan lainnya.
Konsep Resiko yang lain.

Menurut Herman Darmawi (2004) pada umumnya orang sering


mempersamakan pengertian resiko, perils (bencana, musibah) dan hazard
(bahaya).

Sebenarnya ketiga hal tersebut berbeda, yaitu :


• Perils (bencana, musibah) adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan
suatu kerugian. Bencana yang umum adalah kebakaran, angina topan, ledakan,
tabrakan, mati muda, penyakit, kecerobohan dan ketidakjujuran.
• Bencana yang dapat menimpa harta dan penghasilan haruslah dipelajari oleh pengelola

resiko sehingga perlindungan yang tepat dapat diatur untuk mengendalikannya.

Atau secara klasifikasi wujud kejadian (becanda, musibah) menurut sumbernya sbb :

• Alam (nature) : bencana alam (arc of God), seperti : petir, gempa bumi, angina topan,

letusan gunung api


• Manusia (human) : Kelalaian, kejahatan (pencurian, perampokan dan penganiayaan)

• Peralatan atau harta benda yang dimiliki, dipergunakan, disimpan, disewa, misalnya :

kecelakaan mobil, korsleting listrik, kompor meledak dan sebagainya


• Hazard (bahaya), secara definitif adalah sebagai keadaan yang
menimbulkan atau meningkatkan terjadinya chance of loss dari suatu
bencana tertentu. Comtohnya : kecerobohan, pemeliharaan rumah
tangga yang buruk, jalan raya yang rusak/jelek, mesin yang tidak
terpelihara dan pekerjaan yang berbahaya adalah digolongkan
hazard.
Hazard dapat diklasifikasikan dalam 3 bentuk, yaitu :
• Physical Hazards
• Morale Hazards
• Legal Hazards
Sumber-sumber Resiko

Kita mengetahui sumber-sumber resiko adalah sangat penting. Hal ini


berkaitan dengan penentuan tindakan-tindakan selanjutnya dalam
menghadapi resiko yang terjadi atau kemungkinan resiko yang terjadi.
Ada 3 sumber resiko, yaitu :
• Resiko Sosial
• Resiko Fisik
• Resiko Ekonomi
Metode Penanganan Resiko

Adanya resiko tersebut, mempunyai dampak pada setiap orang.


Dampaknya bisa berupa ketakutan atas kerugian yang akan diderita. Hal itu
membuat orang akan berusaha melakukan sesuatu yang terbaik guna
menangani semua resiko tersebut.

• Karena resiko selalu ada, maka kiata selalu harus berupaya agar kerugian
yang timbul tidak terlalu besar sehingga tidak sangat mempengaruhi
kehidupan kita.
Pada dasarnya ada cara atau metode untuk menangani resiko tersebut.
Jeff Woodward berpendapat bahwa, metode-metodenya sbb :

• Risk Avoidance (Penghindaran Resiko)


• Risk Reduction (Penurunan Resiko)
• Risk Retention (Menahan Resiko)
• Risk Transfer (Mengalihkan Resiko)
Pengelolaan Resiko

Menurut Ferdinand Silalahi (1997), pengelolaan resiko pada pokoknya


merupakan proses yang mengandung tahapan sbb :
• Pengenalan Resiko yang dihadapi
• Banyak resiko mudah dikenali atau diidentifikasi. Namun berbagai resiko
memerlukan perhatian. Seorang pengelola resiko harus mulai dengan
membuat inventarisasi resiko yang dihadapi.
• Pengukuran frekuensi dan kehebatan resiko yang dihadapi.
• Pengendalian resiko yang dihadapi
Teknik pengelolaan resiko, dapa dilakukan dengan cara :

• Mencegah kerugian
• Penyisihan cadangan untuk menampung kerugian yang mungkin
terjadi
• Pembuatan anggaran belanja untuk perbaikan kerusakan rutin
• Pengalihan resiko kepada perusahaan asuransi mandiri
Menghindari Resiko

Salah satu cara mengendalikan suatu resiko murni adalah menghindari


harga, orang atau kegiatan dari exposure terhadap resiko dengan jalan :

• Menolak, memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu


walaupun hanya untuk sementara
• Menyerahkan kembali resiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu diketahui mengandung resiko.
Proses Manajemen Resiko.

• Setiap usaha atau bisnis pasti mengandung resiko. Resiko dapat terjadi
setiap saat dan disetiap kejadian dimanapun.
• Pada perkembangan terkini, bisa kita saksikan bahwa situasi lingkungan
eksternal dan internal perusahaan telah mengalami perkembangan
yang pesat yang nantinya akan diikuti oleh semakin kompleksnya resiko
bagi kegiatan usaha sebuah perusahaan yang digelutinya.
• Semakin kompleksnya resiko yang dihadapi perusahaan tentunya akan
meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola yang baik (good
governance) serta fungsi dari identifikasi, pengukuran, pemantauan
bahkan pengendalian resiko.
• Tujuan peningkatan fungsi-fungsi diatas dimaksudkan agar aktivitas
usaha yang dilakukan perusahaan tidak menimbulkan kerugian yang
melebihi kemampuan perusahaan yang pada akhirnya dapat
mengganggu kelangsungan usaha perusahaan itu sendiri.
Menurut Sadgrove (2005), terdapat 4 tahapan dalam manajemen
resiko :
• Sadar akan Resiko (risk awareness)
• Menilai (asses)
• Menangani (treat)
• Memonitor
Awal dari proses manajemen resiko adalah pimpinan korporasi harus
memiliki kesadaran akan resiko dan memahami sepenuhnya bahwa
resiko tersebut harus dikelola dengan baik. Setelah itu baru melakukan
penilaian resiko yang harus dikelolanya.
Penilaian resiko harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristik resiko
itu sendiri.
berikut contohnya……..
Contoh :
• Resiko kebakaran gedung dapat menggunakan audit fisik dalam
penilaiannya
• Resiko bisnis bisa menggunakan riset dan analisis yang lebih detail

Resiko-resiko yang pernah terjadi dimasa lalu perlu dicatat dan


diarsipkan secara baik agar manajemen dapat mengetahui penyebab
terjadinya resiko yang dimaksud, apakah disebabkan praktek kerja yang
buruk, kelalaian manajemen atau sebab lainnya.
• Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menilai suatu resiko, namun
yang paling umum adalah audit dan pengukuran.

• Pengukuran termasuk dalam tahap penilaian dan memungkinkan


pemimpin korporasi melakukan analisis dan membuat keputusan
setelah mendapatkan fakta yang ada.

• Setelah final dilakukan penilaian , dilanjutkan dengan menentukan


prioritas langkah sehingga korporasi dapat melakuan indentifikasi
hazard mana yang bisa memberikan resiko besar.
• Langkah selanjutnya adalah bagaimana memperlakukan resiko yang
akan dihadapi. Apakah akan dihindari (avoid), diminimalisasi
(minimize), ditransfer (transfer), disebarkan (spread) atau diterima
(accept).

• Resiko dapat dihindari apabila dampak terjadinya resiko tersebut


terlalu besar bagi korporasi.
• Resiko dapat diminimalkan apabila terjadinya resiko bisa dikurangi
dengan meningkatkan kontrol ataupun dengan cara lainnya.
• Resiko dapat ditransfer untuk tujuan diversifikasi resiko.

Praktek yang sering dilakukan adalah dengan melakukan pengalihdayaan,

hedging dan asuransi.


• Langkah terakhir adalah melakukan monitor disertai dengan
melakukan audit perbaikan guna memastikan bahwa prosedur
operasional diikuti dengan baik.

• Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2016), proses manajemen


resiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan resiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha.
• Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 pilihan
mengelola resiko, yaitu : menghindari resiko (avoid), menerima resiko
(accept), meminimalisasi resiko (minimize), mentranfer resiko (transfer),
ke asuransi misalnya dan menyebar (spread).

• Seluruh tahapan pelaksanaan proses manajemen resiko dibawah ini


wajib didukung oleh sistem informasi manajemen resiko yang tepat dan
laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan
perusahaan, kinerja aktivitas fungsional dan eksposure resiko
perusahaan.
Berikut Proses Manajemen Resiko :

1. Identifikasi Resiko
• Idealnya seluruh perusahaan harus melakukan identifikasi resiko
secara berkala.
• Perusahaan wajib memiliki metode atau sistem untuk melakukan
identifikasi resiko pada seluruh produk dan aktivitas bisnis
perusahaan.
• Proses identifikasi resiko perusahaan dilakukan dengan menganalisis
seluruh sumber resiko yang paling kurang dilakukan terhadap resiko
dari produk dan aktivitas perusahaan serta memastikan bahwa resiko
dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses manajemen resiko
yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan
Pengukuran Resiko

• Peter Drucker, seorang Guru Manajemen, menyebutkan bahwa pengukuran


adalah elemen dasar keempat dari pekerjaan seorang manajer.

• Saking pentingnya pengurukuran resiko. Hubbard (2009) mengatakan bahwa


masalah terbesar dari manajemen resiko adalah hampir tidak ada metode
yang teruji dengan bukti yang dapat diverifikasi dan digunakan dalam
pengujian dan mitigasi resiko, khususnya untuk softer methods.
Sistem pengukuran resiko perusahaan digunakan untuk mengukur
eksposur resiko perusahaan sebagai acuan untuk melakukan
pengendalian. Sistem pengukuran resiko tersebut paling tidak harus
dapat mengukur :
• Sensivitas produk/aktivitas terhadap perusahaan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal.
• Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan
fluktuasi yang terjadi di masa lalu dan korelasinya.
• Faktor resiko secara individu
• Eksposur resiko secara keseluruhan maupun per-resiko dengan
mempertimbangan keterkaitan antar-resiko.
• Seluruh resiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk
perusahaan, termasuk produk dan aktivitas baru dan dapat
diintegrasikan ke dalam sistem informasi manajemen perusahaan.
• Metode pengukuran resiko dapat dilakukan secata kuantitatif maupun kualitatif.
Metode seperti ini harus dipahami treasury manager, chief dealer, komite
manajemen resiko, satuan kerja manajemen resiko, dan direktur bidang terkait.

• Khususnya bagi perusahaan yang bergerak dibidang keuangan yang berada di


bawah supervisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bila menggunakan metode
alternatif dengan model internal dalam pengukuran resiko kredit, resiko pasar
dan resiko operasional harus memenuhi persyaratan penggunaan model
internal yang diwajibkan supervisor yaitu OJK.
• Apabila perusahaan melakukan back-testing terhadap model internal seperti
: credit scoring tools, value at Risk dan stress testing untuk eksposur yang
mengandung resiko tertentu, perusahaan harus mengunakan data historis
atau serangkaian parameter dan asumsi yang disusun oleh perusahaan
sendiri atau asumsi yang diminta oleh supervisor.
• Dalam rangka mengatasi kelemahan yang dapat timbul atas penggunaan
model pengukuran resiko tertentu, perusahaan harus melakukan validasi
model tersebut yang dilakukan oleh pihak internal yang independen
terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan model tersebut.
• Apabila diperlukan, validasi tersebut dilakukan atau dilengkapi dengan
hasil tinjauan yang dilakukan pihak eksternal yang memiliki kompetensi
dan keahlian teknis dalam pengembangan model pengukuran resiko.

• Validasi model merupakan suatu proses evaluasi terhadap logika internal


suatu model tertentu, dengan cara verifikasi keakuratan matematis dengan
membandingkan prediksi model dengan peristiwa setelah tanggal posisi
tertentu (subsequent events) serta membandingkan model satu dengan
model lain yang ada, baik internal maupun eksternal apabila tersedia.
• Validasi juga harus dilakukan terhadap model baru, baik itu
dikembangkan sendiri oleh perusahaan atau yang dibeli dari vendor.
Model yang digunakan perusahaan harus dievaluasi secara berkala
maupun sewaktu-waktu, terutama ketika terjadi perubahan kondisi
pasar yang sangat signifikan.
Proses pengukuran resiko harus memuat beberapa proses, yaitu :

• Proses Validasi • Persyaratan evaluasi terhadap


• Frekuensi validasi asumsi yang digunakan
• Persyaratan dokumentasi data sebelum suatu model
• Informasi diaplikasikan oleh
perusahaan.
• Pengukuran resiko harus dievaluasi dan disempurnakan secara
berkala atau sewaktu-waktu untuk mengetahui kesesuaian asumsi,
akurasi, kewajaran dan integritas data serta prosedur yang digunakan
untuk mengukur resiko.
• Stress testing dapat digunakan untuk melengkapi sistem pengukuran
resiko dengan cara mengestimasi potensi kerugian perusahaan pada
kondisi pasar yang tidak normal dengan menggunakan skenario
tertentu guna melihat sensivitas kinerja perusahaan terhadap
perubahan factor resiko dan mengidentifikasi pengaruh yang
berdampak signifikan terhadap portofolio perusahaan.
• Perusahaan perlu melakukan stress testing secara berkala dan
meninjau hasil stress testing tersebut serta mengambil langkah yang
tepat apabila perkiraan kondisi yang akan terjadi melebihi tingkat
toleransi yang dapat diterima.
• Hasil tersebut digunakan sebagai masukan pada saat penetapan atau
perubahan kebijakan dan limit.
Pemantauan Resiko

• Perusahaan harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan yang


mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur resiko, toleransi
resiko, kepatuhan limit internal, dan hasil stress testing ataupun
konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan.
• Pemantauan dapat dilakukan baik oleh unit pelaksana maupun oleh
satuan kerja manajemen resiko.
• Hasil pemantauan disajikan dalam bentuk laporan berkala yang
disampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi resiko dan
tindakan yang diperlukan. Evaluasi terhadap eksposur resiko dilakukan
dengan cara pemantauan dan pelaporan resiko yang bersifat material
atau yang berdampak kepada kondisi permodalan perusahaan, antara
lain didasarkan atas penilaian potensi resiko dengan menggunakan
historical trend.
• Perusahaan harus menyiapkan suatu sistem cadangan dan prosedur
yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses
pemantauan resiko dan melakukan pengecekan serta penilaian
kembali secara berkala terhadap sistem cadangan tersebut.
Pengendalian Resiko

• Perusahaan harus memiliki sistem pengendalian resiko yang memadai dengan


mengacu pada kebijakan prosedur yang telah ditetapkan.
• Proses pengendalian resiko yang diterapkan perusahaan harus disesuaikan dengan
eksposur resiko maupun tingkat resiko yang akan diambil dan toleransi resiko.
• Langkah-langkap pengedalian dapat dilakukan dengan metode mitigasi resiko,
antara lain lindung nilai dan penambahan modal untuk menyerap potensi
kerugian.
Rangkuman Materi :

• Proses manajemen resiko terdiri atas tahapan mengidentifikasi,


mengukur, memantau dan mengendalikan resiko

• Identifikasi resiko adalah analisa terhadap karakteristik resiko yang


melekat pada perusahaan dan resiko dari produk dan kegiatan usaha.
Proses identifikasi resiko dapat didasarkan pada pengalaman kerugian
yang pernah terjadi.
• Pengukuran resiko adalah evaluasi secara berkala yang harus dilakukan
perusahaan terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur
yang digunakan untuk mengukur resiko dan penyempurnaan terhadap
sistem pengukuran resiko dalam hal terdapat perubahan kegiatan
usaha, produk, transaksi dan faktor resiko yang bersifat material. Untuk
memperkirakan resiko perusahaan dapat menggunakan berbagai
pendekatan, baik kualitatif maupun kuantitatif, disesuaikan dengan
tujuan usaha, kompleksitas usaha dan kemampuan perusahaan.
• Pemantauan resiko adalah evaluasi terhadap eksposur resiko dan
penyempurnaan proses pelaporan dalam hal terdapat perubahan
kegiatan usaha, produk, transaksi, faktor resiko, teknologi informasi
dan sistem informasi manajemen resiko yang bersifat material.
Evaluasi terhadap eksposur resiko dilakukan dengan cara pemantauan
dan pelaporan resiko yang bersifat material atau yang berdampak
kepada kondisi permodalan perusahaan, antara lain didasarkan atas
penilaian potensi resiko dengan menggunakan historical trend.
• Perusahaan wajib melaksanakan proses pengendalian resiko untuk
mengelola resiko tertentu yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha. Pengendalian resiko dapat dilakukan antara lain dengan cara :
lindung nilai, metode mitigasi resiko dan penambahan modal untuk
menyerap potensi kerugian
Pertanyaan Diskusi :

Buat 4 kelompok Diskusi dan Bahas Pertanyaan dibawah ini :

• Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses manajemen resiko

• Jelaskan apa yang dimaksud dengan identifikasi resiko

• Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran resiko

• Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemantauan resiko


Diskusi Kasus :

Aurora Hospital merupakan rumah AURORA

sakit yang beralokasi di Yogyakarta


yang terkenal sebagai kota pelajar.

Rumah sakit ini memiliki gedung yang sangat megah dan didukung
oleh peralatan kesehatan yang lengkap dan canggih.
• Namun dalam prakteknya, ternyata sering terjadi masalah kekurangan
bahan medis, resiko masalah pegawai yang tugas belajar tinggi dan
terganggunya sistem komputerisasi sering mengalami kerusakan.
Pegawai yang tidak disiplin banyak, dan kelengkapan dokter spesialis
masih kurang. Sedangkan di sisi administrasi keuangan, resiko yang
sering terjadi adalah kesalahan penagihan ke pasien, rata-rata terjadi 30
kali kejadian dalam sebulan.
AURORA
• Resiko uang palsu juga sering terjadi meskipun jumlahnya hanya Rp.
10.000.000 / bulan. Belum ada SOP keamanan pengawasan pasien
pulang. Banyak pasien yang tidak mampu berobat ke rumah sakit
tersebut namun sering terjadi keterlambatan klaim BPJS Kesehatan.
Pada Instalasi Gawat Darurat (IGD) sering terjadi pelecehan dokter
oleh pasien dan keluarga pasien.
AURORA
• Hal tersebut diperburuk dengan tidak adanya petugas keamanan 24
jam di IGD. Sering juga terjadi kesalahan pengambilan obat karena
human error. Alat elektromedik juga sering rusak.

• Jika anda sebagai CEO Aurora Hospital, coba lakukan identifikasi


resiko dan pengendalian resiko yang dapat dilakukan disertai
dengan skala prioritas.
AURORA
……..Semoga bermanfaat …….

Anda mungkin juga menyukai