Anda di halaman 1dari 58

Irma Jayatmi, SST, M.

Kes

1
Pengertian Produksi

Produksi adalah usaha menciptakan dan


meningkatkan kegunaan suatu barang untuk
memenuhi kebutuhan.

Pelaku produksi adalah produsen :


Yaitu individu atau perusahaan yang memproduksikan
hasil pertanian yang menggunakan input sumber daya
yang ada antara lain ; tanah, tenaga kerja,
modal dan management.

2
Pengertian Produksi

1. Definisi kegiatan produksi / operasi pada 3 hal yaitu:


a) Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan
jasa.
b) Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan
jasa.
c) Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari
manajemen operasi
2. Macam pengambilan keputusan yang sering dihadapi dalam
manajemen operasional.
a) Peristiwa yang Pasti(Certainty)
b) Peristiwa Tidak Pasti(Uncertainty)
c) Peristiwa dengan Resiko (Under Risk)
d) Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga (Institutional Conflict)

3
Pengertian Produksi

FUNGSI OPERASI

MATERIAL KARYAWAN PERALATAN

PROSES KONVERSI

BARANG JASA
Pengertian Produksi

BARANG JASA
Dapat dijual • Tak dapat dijual
kembali kembali
Dapat disimpan • Tak dapat disimpan
Kualitas mudah • Kualitas susah diukur
diukur • Produksi & pen-jualan
Produksi & pen- menyatu
jualan terpisah
Pengertian Produksi

BARANG JASA
Bisa dikirim • Bisa disediakan
Tempat fasilitas • Tempat fasilitas
penting untuk penting untuk kontak
biaya pelanggan
Automasi mudah • Automasi sulit
Produk berujud • Produk tak berujud
OUTLINE

KEWIRAUSAHAAN

Pengertian Produksi

Kebutuhan Proses Produksi

Proses Produksi

Perencanaan dan Pengendalian Produksi

7
Perencanaan Material

1. Perencanaan kebutuhan material (Material Requarment


Planning) adalah suatu konsep dalam manajemen produksi yang
membahas cara yang tepat dalam perencanaan kebutuhan
barang proses produksi, sehingga yang dibutuhkan dapat
tersedia sesuai dengan yang direncanakan dalam barang
2. Pendekatan MRP
a) Reorder point policy, dimana persediaan secara kontinyu diawasi
pengadaan dilakukan apabila jumlah barang persediaan sudah
sampai pada tingkat yang ditentukan.
b) Periodic order cycle policy, dimana persediaan diawasi dan pada
setiap periode tertentu sejumlah barang ditambahkan agar
jumlah persediaan tetap berada pada tingkat persediaan yang
telah ditentukan.

8
Perencanaan Material
3. Tujuan kebutuhan material
a) Meminimalkan persediaan.
b) Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau
pengiriman.
c) Komitmen yang realistis. ( jadwal produksi, pengiriman barang
dsb ) Meningkatkan efisiensi
4. Komponen kebutuhan material
a) Jadwal induk produksi,
Master production schedule (jadwal induk produksi) merupakan
gambaran periode perencanaan dari permintaan, peramalan,
backlog, rencana suplai penawaran, persediaan akhir, dan
kuantitas yang tersedia. MPS disusun berdasarkan perencanaan
produksi agregat serta merupakan kunci penghubung dalam
rantai perencanaan produksi

9
Perencanaan Material

b) Daftar material
Setiap produk mungkin mempunyai sejumlah komponen mungkin
juga mempunyai ribuan komponen, setiap komponen dapat
terdiri dari sebuah barang atau berbagai jenis barang. Hubungan
suatu barang dan komponennya dijelaskan dalam suatu struktur
produk. Dengan mengetahui daftar komponen dari produk yang
akan diproduksi yang diperlukan selanjutnya akan dimasukkan
kedalam dafta material (Biil of material/BOM)
c) Catatan persediaan.
Sistem MRP mengharuskan perusahaan menjaga dan memiliki suatu
data persediaan barang komponen yang up to date. Data ini
terdiri dari ketersediaan komponen dan seluruh transaksi
persediaan, baik yang dusah terjadi maupun yang sedang dalam
perencanaan

10
Perencanaan Material

Daftar Material Jadwal induk Catatan


Persediaan

Perencanaan Kebutuhan
material

Rencana Rencana produksi


pembelian jangka pendek

11
Perencanaan Material

5. Proses kebutuhan material


 Netting Yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan
kasar dengan memperhitungkan jumlah barang yang akan
diterima, jumlah persediaan yang ada, dan jumlah persediaan
yang akan dialokasikan.
 Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas – kuantitas
pesanan.
 Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang
tepat dengan cara menghitung waktu mundur (backward
scheduling) dari waktu yang dikehendaki dengan
memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan
komponen yang bersangkutan.
 Menjabarkan rencana produksi produk akhir kebutuhan kasar
untuk komponen – komponennya melalui daftar material

12
Perencanaan Fasilitas

1. Tujuan Perencanaan Fasilitas


a) Menunjang tujuan organisasi melalui peningkatan material
handling dan penyimpanan.
b) Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang, dan energi secara
efektif.
c) Meminimalkan investasi modal
d) Mempermudah pemeliharaan
e) Meningkatkan keselamatan dan kepuasan kerja.
2. Klasifikasi perencanaan fasilitas
 Perencanaan lokasi
 Perencanaan luas dan tata letak
 Perencanaan sistem material handling

13
Perencanaan Fasilitas
3. Tujuan dari lokasi strategi ini secara garis besarnya adalah
benefit dari lokasi yang terdiri dari:
a) Efisiensi waktu
b) Biaya yang minimum
c) Citra perusahaan
d) Keuntungan Kredibilitas
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi
a) Peraturan pemerintah, sikap dan pendirian pemerintah, stabilitas
dan insentif pemerintah
b) Stabilitas politik dan keamanan
c) Isu-isu budaya dan ekonomi, hal ini menjadi dominan dalam
menarik investor
d) Lokasi pasar; berhubungan dengan pangsa pasarnya
e) Ketersediaan, sikap, produktivitas dan biaya tenaga kerja

14
Perencanaan Fasilitas

f)Ketersediaan bahan baku (pemasok), sarana komunikasi dan


energi
g)Nilai tukar mata uang Daya tarik suatu daerah (budaya, pajak,
iklim) atau otonomi daerah
h)Biaya dan ketersediaan utilitas (energi dan air). Dapat atau
tidaknya diperoleh gas, air dan listrik disuatu daerah
i)Peraturan perundang-undangan lingkungan propinsi atau kota
termasuk gangguan suara dan hak menggunakan jalan.
j)Kalau adal imbah pabrik mau dibuang kemana?
k)Kedekatan dengan bahan baku dan konsumen
l)Biaya konstruksi atau lahan yang banyak dipengaruhi oleh keadaan
tanah dan kemungkinan banjir.

15
Perencanaan Fasilitas
5. Metode Evaluasi Alternatif Lokasi
 Metode Pemeringkat Faktor (The Factor Rating Method) Adalah
metode lokasi yang menekankan tujuan pada prosesi dentifikasi
biaya yang sulit untuk dievaluasi. Caranya adalah dengan
mengkuantifikasi data yang sifatnya kualitatif.
 AnalisisTitik Impas Lokasi(Locational Break Event Analysis):
Adalah suatu analisis biaya volume untuk membuat
perbandingan alternatif-alternatif lokasi biaya yang dikeluarkan
untuk berproduksi tentunyaberbeda-beda dikarenakan lokasi
yang berbeda, karena perbedaan tersebut, maka perusaha
anakan membandingkan biaya antara alternatif lokasi dimana
biaya yang paling rendah/murah dipilih sebagai lokasi
perusahaan dan di perhatikan pula tingkat kapasitas yang
diproduksi.

16
Perencanaan Luas Dan Tata Letak

1. Tujuan pengaturan layout fasilitas ialah :


 Memaksimumkan pemanfaatan peralatan Usaha
 Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja
 Mengusahakan agar aliran bahan dan produk lancar
 Meminimumkan hambatan pada kesehatan
 Meminimumkan usaha membawa bahan
 Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia
 Memaksimumkan keluwesan layout
 Memberi kesempatan berkomunikasi bagi karyawan
 Memaksimumkan hasil produksi
 Meminimumkan kebutuhan pengawasan dan pengendalian

17
Perencanaan Luas Dan Tata Letak

2.Yang perlu diperhatian dalam perencanaan ini adalah :


 Bahan baku yang tersedia
 Tersedianya tenaga kerja yang diperlukan
 Dana yang diperlukan untuk pembiayaan
 Besarnya potensi pasar yang terbuka
 Sistem distribusi yang akan dijalankan
3.Efektivitas dari tata layout
 Material Handling yang baik
 Utilisasi Ruang ( Penggunaan ruang yang efektif )
 Mempermudah Pemeliharaan
 Kelonggaran Gerak(Luwes), yang diartikan sebagai kemampuan
layout menampun perubahan kombinasi produk.
 Orientasi Produk
 Perubahan Produkatau desain produk

18
Proses Produksi Tepat Waktu

Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem


produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta
sejumlah yang diperlukan dan pada saat dibutuhkan oleh
konsumen.
Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku
yang digunakan untuk aktifitas produksi didatangkan dari
pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu dibutuhkan
oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat
bahkan meniadakan biaya persediaan barang / penyimpanan
barang / stocking cost.
Proses Produksi Tepat Waktu

Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi


operasi manajemen dimana segenap sumber
daya, termasuk bahan baku dan suku cadang,
personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk
mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan.
Just In Time didasarkan pada konsep arus
produksi yang berkelanjutan dan mensyaratkan
setiap bagian proses produksi bekerja sama
dengan komponen-komponen lainnya
Proses Produksi Tepat Waktu

Jus In Time (JIT) adalah filofosi manufakturing untuk


menghilangkan pemborosan waktu dalam total
prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses
distribusi.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan
(waste) sebagai: Segala sesuatu yang berlebih, di luar
kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen,
tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk
proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh
rumusan yang lebih sederhana pengertian
pemborosan: Kalau sesuatu tidak memberi nilai tambah
itulah pemborosan.
Proses Produksi Tepat Waktu

Tujuh jenis pemborosan Produksi


Over produksi
Waktu menunggu
Transportasi
Pemrosesan
Tingkat persediaan barang
Gerak
Cacat produksi
Proses Produksi Tepat Waktu

Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu


metode untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat
adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara
membuat semua proses dapat menghasilkan produk yang
diperlukan, pada waktu yang diperlukan dan dalam jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di
atas dipenuhi dengan mengeluarkan berbagai jadwal produksi
pada semua proses, baik itu pada proses manufaktur suku
cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku
cadang menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal,
dengan menggunakan sistem dorong, artinya proses
sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya
Proses Produksi Tepat Waktu

Empat konsep pokok Just In Time (JIT)

1. Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa


yang dibutuhkan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam
jumlah yang diperlukan.
2. Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat
secara otomatis yang tidak memungkinkan unit cacat
mengalir ke proses berikutnya.
3. Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah mengubah-
ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
4. Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Proses Produksi Tepat Waktu

Sistem dan Metode Just In Time (JIT)


Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In
Time (JIT).
Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan permintaan.
Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu
pesanan produksi.
Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep
tenaga kerja yang fleksibel.
Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran
untuk meningkatkan moril tenaga kerja.
Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan
pengendalian mutu ke seluruh bagian perusahaan
Proses Produksi Tepat Waktu

Elemen-elemen Just In Time

Pengurangan waktu set up


Aliran produksi lancar (layout)
Produksi tanpa kerusakan mesin
Produksi tanpa cacat
Peranan operator
Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
Sistem Kanban
Proses Produksi Tepat Waktu

1. Pengurangan Waktu set up dan ukuran lot


a. Pemilahan kegiatan set up
Kegiatan set up bisa dipilah menjadi:
1) Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan
& alat bantu, pemindahan cetakan, dan lain-
lain.
2) Kegiatan internal set up: bongkar pasang
pada mesin, penyetelan mesin, dan lain-lain.
Proses Produksi Tepat Waktu

b. Langkah mengurangi waktu set up:


1. Memisahkan pekerjaan set up yang harus diselesaikan
selagi mesin berhenti (internal set up) terhadap
pekerjaan yang dapat dikerjakan selagi mesin beroperasi
(eksternal set up).
2. Mengurangi internal set up dengan mengerjakan lebih
banyak eksternal set up, contohnya: persiapan cetakan,
pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain.
3. Mengurangi internal set up dengan mengurangi kegiatan
penyesuaian (adjustment), menyederhanakan alat bantu
dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil
pembantu, dan lain-lain.
4. Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up,
baik internal maupun eksternal.
Proses Produksi Tepat Waktu

Contoh:
Jika set up mesin lamanya 1 jam (60 menit), bisa disingkat
menjadi 6 menit. Andaikata lot yang harus dibuat banyaknya
3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka
waktu produksinya = 1 jam + (3000 x 1 menit) = 3060 menit =
51 jam.
Setelah waktu set up dikurangi menjadi 6 menit, maka waktu
produksinya menjadi = 6 menit + (3000 x 1 menit) = 3006
menit.
Namun, dengan waktu yang sama (3060 menit) dapat dibuat
lot sebanyak 300 buah dari berbagai jenis, yang diulang
sebanyak 10 kali, yaitu: {6 menit + (300 x 1 menit)} x 10 = 3060
menit = 51 jam.
Hal ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap
perubahan.
Proses Produksi Tepat Waktu

2. Aliran produksi lancar (layout)


a. Pemborosan yang berkaitan dengan process Layout, yaitu:
1. Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
2. Pemborosan transportasi dan material handling
3. Akumulasi persediaan dalam proses
4. Penanganan material berganda bahkan beberapa kali
5. Lead time produksi yang sangat panjang
6. Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
7. Arus material dan prosedur kerja sulit dibakukan
8. Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standardisasi
Proses Produksi Tepat Waktu

Gambar Aliran Produksi pada Process Layout


Proses Produksi Tepat Waktu

Gambar Aliran Produksi pada Product Layout


Proses Produksi Tepat Waktu

Aliran Produksi
1. Proses layout. Waktu simpan komponen lama, tingkat persediaan
tinggi, dan prioritas kerja sulit ditentukan.
2. Ketidakseimbangan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka
komponen akan terakumulasi sebagai persediaan, dan pengaturan
kerja akan sulit dilakukan.
3. Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persediaan
komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan
tertunda.
4. Kerusakan dan gangguan mesin. Jalur akan berhenti dan akan terjadi
penumpukan barang dalam proses.
5. Masalah kualitas. Kalau cacat produksi ditemukan, maka proses
selanjutnya akan berhenti dan persediaan akan menumpuk.
6. Absensi. Jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan
penggantinya sulit ditemukan, maka jalur produksi akan terhenti.
Proses Produksi Tepat Waktu

3. Produksi tanpa kerusakan mesin


a. Total Productive Maintenance
1. Belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin,
misalnya: pelumasan, pengencangan baut, dan
sebagainya. Guna mencegah penurunan daya kerja
mesin.
2. Melaksanakan petunjuk penggunaan mesin secara wajar.
3. Mengembangkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap
tanda-tanda awal penurunan kemampuan mesin, dengan
melakukan perawatan yang mudah, pembersihan,
penyetelan, dan lain-lain.
ANGGARAN OPERASI DAN
ANGGARAN MODAL
 Laporan laba rugi pro forma merupakan suatu alat yang
penting untuk perencanaan operasi suatu bisnis di masa
yang akan datang. Untuk menyiapkan sebuah laporan laba
rugi pro forma, pada awalnya entrepreneur harus
mempersiapkan anggaran operasi dan modal terlebih dahulu
(Hisrich, Peter, & Shepherd; 2008).
 Anggaran penjualan berisikan sebuah perkiraan selama
beberapa bulan mengenai besarnya volume penjualan yang
akan terjadi.
 Setelah mengetahui besarnya volume penjualan yang akan
terjadi selama beberapa bulan, langkah berikutnya adalah
menghitung biaya-biaya yang terjadi.
 Untuk sebuah bisnis yang bergerak di bidang manufaktur,
biaya-biaya tersebut adalah biaya produksi. Biaya produksi
mungkin saja didapat dari biaya-biaya yang timbul jika
produksi yang dilakukan sendiri atau didapat dari biaya-
biaya yang timbul dari melakukan sub-kontrak kepada
produsen lainnya. Selain itu, untuk menghadapi
kemungkinan fluktuasi permintaan dan fluktuasi biaya
buruh langsung serta fluktuasi biaya bahan baku langsung,
entrepreneur harus melakukan estimasi besarnya persediaan
akhir yang dibutuhkan.
 Laporan rugi laba pro forma hanya akan merefleksikan
harga pokok produksi yang aktual sebagai biaya langsung.
Anggaran tersebut dapat menjadi acuan untuk mengetahui
besarnya kas yang diperlukan suatu bisnis yang memiliki
tingkat persediaan yang tinggi atau suatu bisnis di mana
permintaan berfluktuasi secara signifikan karena pengaruh
musiman.
 Daftar pertama yang dibuat adalah sebuah daftar yang
berisikan biaya-biaya tetap seperti biaya sewa, biaya utilitas,
biaya gaji, biaya bunga, biaya depresiasi, dan biaya
asuransi.
 Estimasi akan biaya-biaya tersebut dapat diketahui dari
pengalaman pribadi atau perbandingan industri, atau melalui
kontak langsung dengan broker-broker perumahan, agen-
agen asuransi, dan konsultan-konsultan.
LAPORAN LABA RUGI
PROFORMA
 Langkah pertama untuk menyusun laporan rugi laba pro
forma adalah dengan terlebih dahulu menghitung penjualan
yang terjadi tiap bulan. Angka-angka tersebut mungkin saja
diperoleh dari beberapa sumber seperti riset pemasaran,
penjualan industri, dan beberapa pengalaman percobaan.
Untuk meramalkan besarnya penjualan dapat digunakan
beberapa teknik sebagai berikut: survei-survei mengenai
keinginan untuk melakukan pembelian, pendapat-pendapat
tenaga penjual, pendapat-pendapat ahli, atau data time
series.
 Atau memungkinan juga untuk mencari data keuangan awal
di bidang industri yang sama untuk membantu peramalan
tersebut. Bagi sebuah bisnis baru, untuk meningkatkan
penjualan dibutuhkan waktu yang tidak cepat. Seiring
dengan peningkatan penjualan, peningkatan biaya-biaya
juga akan terjadi. Selain itu, peningkatan biaya-biaya dapat
disebabkan adanya situasi tertentu pada periode tertentu.
 Selain menyediakan proyeksi penjualan, laporan rugi laba
pro forma juga menyediakan proyeksi-proyeksi dari semua
biaya-biaya operasi tiap bulan di tahun pertama.
Biaya Penjualan

 Sebagai contoh akan diambil biaya penjualan. Biaya


perjalanan, komisi-komisi penjualan dan biaya hiburan
termasuk biaya penjualan. Ketika terjadi pengembangan
wilayah maka biaya perjalanan akan naik atau ketika tenaga
penjual baru dipekerjakan oleh perusahaan maka komisi-
komisi yang diberikan akan naik.
Harga Pokok Produksi

 Untuk menghitung besarnya harga pokok produksi, cukup


menghitung biaya variabel yang dibutuhkan untuk
memproduksi sebuah unit dikalikan dengan jumlah unit
yang terjual. Cara lain untuk menentukan harga pokok
produksi adalah dengan menggunakan persentase penjualan
standar industri.
Biaya Gaji dan Upah

 Biaya gaji dan upah perusahaan yang terdapat pada laporan


pro forma harus mencerminkan jumlah karyawan yang
dipekerjakan serta perannya bagi organisasi. Ketika terdapat
tambahan karyawan baru yang dipekerjakan untuk
meningkatkan bisnis, tambahan biaya yang terjadi akan
dimasukkan ke dalam laporan pro forma.
 Penting bagi seorang entrepreneur dalam melakukan
pertimbangan kenaikan biaya yang mungkin terjadi
dikarenakan adanya beberapa kebutuhan tambahan.
Kebutuhan-kebutuhan yang mungkin terjadi seperti
penambahan tempat untuk area pergudangan, ikut serta di
dalam eksibisi dan pameran dagang, dan meningkatkan
asuransi.
 Ada beberapa tagihan yang tidak tercermin atau tidak dapat
terlihat pada laporan pro forma tersebut.
Arus Kas Proforma

 Arus kas diperoleh dari hasil perbedaan antara kas yang


sebenarnya diterima dengan kas yang sebenarnya
dikeluarkan, sementara laba diperoleh dari hasil penjualan
dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi.
 Penjualan seringkali tidak dapat dianggap sebagai kas
dikarenakan penjualan yang terjadi seringkali merupakan
penjualan kredit, dimana pembayaran atas penjualan
tersebut baru akan terjadi 30 hari ke depan.
 Arus kas seringkali menjadi masalah yang dihadapi oleh
entrepreneur dalam membentuk dan menjalankan sebuah
bisnis baru. Banyak entrepreneur yang menggunakan laba
sebagai ukuran sukses atas bisnis baru, tetapi jelas-jelas hal
tersebut kurang baik apalagi jika ternyata arus kas yang
terjadi adalah arus kas negatif.
Neraca Proforma

 Neraca pro forma berisikan data-data proyeksi mengenai


aset-aset, kewajiban-kewajiban, dan ekuitas yang dimiliki
usaha baru. Neraca pro forma hanya akan menggambarkan
keadaan bisnis pada waktu tertentu bukan pada periode
tertentu, biasanya di akhir tahun.
Analisis Break Even

 Biaya yang terdapat pada sebuah bisnis terbagi atas dua


jenis, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap,
biasa disebut juga sebagai biaya overhead, merupakan
biaya-biaya yang tidak bervariasi dengan tingkat produksi
atau penjualan sampai dengan tingkat produksi atau
penjualan tertentu.
 TC = TFC + TVC

 Keterangan:
 TC = Biaya Total
 TFC = Total Biaya Tetap
 TVC = Total Biaya Variabel
 TC = TFC + TVC

 Keterangan:
 TC = Biaya Total
 TFC = Total Biaya Tetap
 TVC = Total Biaya Variabel
 Analisis break even dapat dikalkulasikan menggunakan
rumus sebagai berikut:

BEP (Q) = TFC: (SP-VC)

 Keterangan:
 BE (Q) = Volume Titik Impas
 TFC = Total Biaya Tetap
 SP = Harga Jual
 VC = Biaya Variabel
58

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai