Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR TEORI

ETIKA DAN DILEMA


IKA NUR SAPUTRI, SST., M.KEB
. Persamaan Etika dan
Hukum

1. Alat untuk mengatur tertibnya hidup


bermasyarakat;
2. Obyeknya adalah tingkah laku manusia;
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota
masyarakat agar tidak saling merugikan;
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi;
5. Sumbernya adalah hasil pemikiran para pakar dan
pengalamannya yang tinggi.
Perbedaan Etika dan Hukum
Etika seluruhnya tertulis. Hukum terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dan ada yang tidak tertulis;
Etika berlaku untuk lingkungan profesi, Hukum berlaku untuk umum;
Etika disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, Hukum disusun oleh
Negara;
Sanksi terhadap pelanggaran etika berupa tuntunan, sedangkan pada hukum
berupa tuntutan dan pidana;
Pelanggaran etika diselesaikan oleh Majelis Kehormatan Etik yang dibentuk
organisasi profesi dan atau Kemenkes dan hukum diselesaikan melalui lembaga
peradilan yang dibentuk oleh negara.
Pelesaian pelanggaran etika tidak selalu disertai bukti-bukti fisik. Penyelesaian
hukum memerlukan bukti fisik.
FAKTOR YANG MELANDASI
ETIKA
Nilai
• sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakekatnya, sifat-sifat (sesuatu)
yang penting atau berguna bagi kemanusiaan contoh kejujuran.

Norma
• Aturan yang mengikat warga atau kelompok masyarakat yang digunakan sebagai panduan

Sosial Budaya
• Dibangun oleh konstrusi social dan perkembangan IPTEK
Religius
• Agama mempunyai hubungan dengan moral

Kebijakan
• Sangat mewarnai etika maupun kode etik
ISU ETIK DAN MORAL DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
ISSUE
• Masalah pokok yang berkembang dimasyarkat yang belum tentu benar

DILEMA
• Pilihan yang sukar untuk menentukan keputusan

KONFLIK
• Pertentangan yang terjadi dalam pengambilan keputusan karena prinsip
Kenapa etika kebidanan perlu dipertimbangkan
untuk dipisahkan?
◦ Dengan melihat perubahan struktur dari profesi kebidanan dan
karakteristik perhatian yang memotivasi praktek dan delineate
(menjelaskan) apakah kebidanan itu.
◦ Elemen karakteristik tersebut memerlukan refleksi secara etika.
◦ Kebidanan adalah profesi independen, sehingga etika merefleksikan
kedinamisan dari praktek kebidanan yang aktual.
Everyday issue
1. Consent in childbirth
a. Consent adalah ekspresi dari otonomi, dan hal ini harus diberikan pada setiap
awal akan dilakukan suatu prosedur.
Prinsip otonomi ditekankan pada dua ide teori moral yang berlawanan yaitu :
1)Otonomi adalah inextricably linked to responsibility (ketika klien memilih
sesuatu prosedur maka tanggung jawab mengikuti)
2)Otonomi berdasarkan pada contention (argument/konflik) bahwa tanpa
otonomi individu tidak akan didapatkan inovasi individu, dan tanpa inovasi
individu, masyarakat akan stagnan.
◦ Consent juga merupakan sebagai pengaman dari kepentingan
pasien.
b. Consent dan klien hamil
Pasien memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri, tetapi tidak
ketika dia hamil karena ada fetus yang terlibat didalamnya.
Concerned ibu hamil, melibatkan status fetus.
Kadang mereka berfikir, sampai bayi lahir tidak ada kemandirian
status moral dan interest.
◦ Posisi bidan bahkan kurang jelas, bukan hanya karena sudut
pandang tentang status fetus yang berbeda dengan ibu hamil, tetapi
bidan mempunyai masalah tambahan yaitu menentukan siapa
kliennya apakah ibu hamil atau fetus.
◦ Bidan hanya bertugas dan selalu bertindak berdasarkan keinginan
kliennya, tetapi fetus juga dipertimbangkan sebagai kliennya,
kemudian dikebidanan kemungkinan muncul konflik interest antara
kliennya dan konflik tugas terhadap kliennya.
Everyday..
◦ Bidan harus menghormati otonomi wanita hamil,
concerned ditingkatkan tentang bagaimana otonomi ini
dapat dan harus berefek terhadap fetus.
◦ Fetus jelas tidak ononomi dan tidak mampu
mengekspresikan pandangannya.
◦ Ada kepercayaan yang lain bahwa tugas kita adalah
meghargai otonomi ibu dan menjaga keamanan/kebutuhan
fetus.
c. Apakah constitutes (komponen)consent?
1) Voluntaries
2) Informasi
3) Kompeten
4) Keputusan
d. Paternalism dan proxy (alternative) keputusan
Paternalism muncul ketika kemampuan seseorang untuk membuat keputusan
dikesampingkan.
Paternalism muncul ketika prosedur dilaksanan involuntary.
Involuntary dan non voluntary yang mengacu pada tindakan yang dilakukan
tanpa persetujuan klien sebab klien tidak kompeten untuk persetujuan.
Paternalism dilakukan karena mereka (bidan) mengetahui lebih dari klien
dimana keinginan klien diabaikan. Ex: episiotomi
Proxy keputusan dilakukan ketidakmampuan membuat pilihan. Exp: setelah
dibius
e. Keterbatasan otonomi
Dapatkah keputusan wanita hamil membawa bahaya bagi fetusnya?
Exp: wanita memutuskan untuk SC sebelum aterm.
Ada pendapat bahwa asalkan tidak membahayakn banyak ke fetus tidak papa.
Ada teori maternal (women’s rights over her own body) dan fetus right
Beberapa perbedaan argumen tentang hal ini, menggantungkan behaviour ibu
tentang own belief tentang yang terbaik untuk anak-anak mereka.
Perbedaan pendapat ini mememrlukan pengoebanan ibu, dibutuhkan
pengorbanan orang tua, atau semua orang akan berkorban bahkan untuk
orang yang tidak kita kenal (Draper, 1996).
ETHICAL ISSUES CONCERNING ULTRASOUND IN PREGNANCY

Profesional mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan kualitas


pelayanan maternitas yang terbaik dengan selalu meng up-to-date
kan issue-issue profesional dan tidak melaksanakan prosedur tanpa
menerima instruksi yang jelas. Salah satu permaslahan terbesar
dengan scanning ultrasound adalah penggunaannya sering
diselewengkan (abused), sebab ultrasound mudah digunakan dan
semua unit dapat mengakses dengan mudah serta potensial untuk
tidak menyadari.
Wanita mempunyai hak untuk selalu mendapat informasi
sehubungan dengan semua aspek dari asuhan dan keterampilan
berkomunikasi sangatlah penting bagi bidan.
Dalam rangka untuk menyediakan asuhan yang berkualitas
diperlukan sumber yang adequat, tidak hanya alat yang up-to-date,
tetapi juga staff yang mempunyai keterampialn konseling dan
mempunyai ilmu tentang technologi terkini yang adequat sehingga
mereka dapat membantu wanita membuat keputusan.
Apapun tujuan penggunaan ultra (diagnosis, screening), dalam
penggunaannya harus membuat pengalaman yang menyenangkan
bagi ibu dan keluarganya, tetapi hal ini hanya bisa terwujud jika
menggunakan ethic.
ETHICAL ISSUES IN NEONATAL INTENSIVE CARE

Perawatan intensive terhadap neonatal merupakan cabang dari


keperawatan/kebidanan yang menawarkan penghargaan yang sangat besar
kepada orang yang bekerja pada bidang ini. Melihat bayi yang sangat
immature pulang ke rumah dengan ibunya setelah perawatan beberapa minggu
dengan keterampilan yang btinggi, dan melihat bayi tersebut kembali sebulan
kemudian dengan tersenyum dan perkembangan normal membuat kerja keras
kita, kecapaian dan kepanansan terbalaskan (terobati). Merupakan kepuasan
juga bagi kita kalau bisa membantu keluarga malalui nyeri (kepoahitan) dan
membantu mereka melalui kesedihan
◦ Apa yang membuat praktisi perawatan intensive neonatal bertanya tugas
mereka adalah ketika mereka mendengar bayi didalam rahim mengalami
kecacatan atau ketika mereka diminta untuk memberikan ventilasi kepada bayi
yang mengalami kerusakan otak yang berat tetapi memungkiri kedamaian dan
kematian yang terhormat
Jika bekerja di perawatan intensive care unit, antara bidan dan staf
medis dapat menekankan atmosfir untuk saling percaya dan
berdiskusi secara terbuka sehingga banyak kesulitan etika dapat
dikurangi atau dihindari. Formal atau informal dukungan dapat
menyediakan kesempatan untuk berbagi beban. Setiap praktisi
butuh untuk mengembangkan filosofy diri yang berbasis pada
kebijakan (wisdom) dan pemahaman atas issue yang terlibat,
sehingga mereka dapat menyediakan servise terbaik kepada bayi
dan keluarga yang mereka rawat.

Anda mungkin juga menyukai