Anda di halaman 1dari 11

NAMA : UPI KRISDAYANTI LAHAGU

NIM : P031815401035

"PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIK/MORAL


PELAYANAN KEBIDANAN"

Ciri pengambilan keputusan yang etis :

1. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah

2. Sering menyangkut pilihn yang sukar

3. Tidak mungkin dielakkan

4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan sosial

Situasi

a. Mengapa kita perlu mengerti situasi?

- untuk menerapkan norma-norma terhadap sistuasi

- untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna

- untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan

b. Kesulitan-kesuliatan dalam mengerti situasi

- kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita

- pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka dan
faktor subyektif yang lain

c. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi

- melakukan penyelidikan yang memadai

- menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

- memperluas pandangan tentang situasi


- kepekaan terhadap pekerjaan

- kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

"TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN"

TEORI UTITARISME

Mengutamakan adanya konsekuensi kepercayaan adanya kegunaan, dipercaya bahwa semua


manusia mempunyai perasaan menyenangkan dan sakit, ketika keputusan dibuat harus
memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan ketidaksenangan

Dua bentuk teori utilitarisme

1. Utitarisme berdasar tindakan

Prinsip : setiap tindakan ditujukan untuk keuntungan yang akan menghasilkan hasil atau
tingkatan yang lebih besar

2. Utilitarisme berdasarkan aturan

Modifikasi antara utilitarisme tindakan dan aturan moral, aturan yang baik akan menghasilkan
keuntungan yang maksimal

Tindakan individu didasarkan atas prinsip kegunaan dan aturan moral. Tindakan dikatakan baik
bila didasari aturan moral yang baik

Filsuf JOHN STUART MILL (1864)

bahwa kesenangan dan kebahagiaan dinilai secara kualitatif. "everbody to count for one, no
body to count for more than one" suatu perbuatan dinilai baik, jika kebahagiaan melebihi ketidak
bahagiaan. Tidak asa seorangpun yang tidak berguna bagi yang lain. Kebahagiaan terbesar
adalah milik semua orang yang bisa dirasakan dan berguna bagi banyak orang

RICHARD B. BRANDT

Bahwa perbuatan dinilai baik secata moral, jika sesuai dengan aturan moral yang berlaku dan
berguna pada suatu masyarakat
TEORI DEONTOLOGY

IMMANUEL KANT (1724-1804)

1. sesuatu dikatakan baik dalam arti sesungguhnya adalah kehendak yang baik, kesehatan,
kekayaan, kepandaian adalah baik, jika digunakan dengan baik oleh kehendak manusia, tetapi
jika digunakan dengan kehendak jahat akan menjadi jelek sekali

2. Kehendak menjadi baik jika bertindak karena kewajiban, kalau seseorang bertindak karena
motif tertentu atau keinganan tertentu berarti disebut tindakan yang tidak baik

3. Bertindak sesuai kwajiban disebut legalitas

W.D ROSS

"Setiap manusia mempunyai intuisi akan kewajiban, semua kewajiban berlaku langsung pada
diri kita"

4. Kewajiban untuk mengatakan kebenaran merupakan kewajiban utama, termasuk kewajiban


kesetiaan, ganti rugi, terimakasih , keadilan berbuat baik, dengan memahami kewajiban akan
terhindar dari keputusan yang menimbulkan konflik atau dilema

TEORI HEDONISME

ARISTIPPOS (433-355 SM)

1 . sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan dan menghindari ketidak senangan,
tetapi ada batas mencari kesenangan

2. Hal yang penting adalah menggunakan kesenangan dengan baik dan tidak terbawa kesenangan

EPIKUROS [341-270 SM)

1. Dalam menilai kesenangan (hedone) tidak hanya kesenangan inderawi, tetapi kebebasan dari
rasa nyeri, kebebasan dari keresahan jiwa juga
2. Apa tujuan akhir dari kehidupan manusia adalah kesenangan

JOHN KOCKE (1632-1704)

Kita sebut baik bila meningkatkan kesenangan dan sebaliknya dinamakan jahat kalau
mengurnagi kesenangan atau menimbulkan ketidam senangan

TEORI EUDEMONISME

ARISTOTELES (384-322 SM)

Dalam buku Ethika Nikomakheia

1. Dalam setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi kita

2. Sering kali kita mencapai suatu tujuan untuk mencapai tujuan yang lain lagi

3. Semua orang yang akan menyetujui bahwa tujuan akhir hidup manusia adalah kebahagiaan
(eudaimonia)

4. Seseorang mempu mencapai tujuannya jika menjalankan fungsinya dengan baik, keunggulan
manusia adalah akal dan budi

5. Manusia mencapai kebahagiaan dengan menjalankan kegiatan yang rasional. Ada dua macam
keutamaan, yaitu keutamaan intelektual dan moral

" DIMENSI ETIK DALAM PERAN BIDAN "

Peran bidan secara menyeluruh meliputi beberapa aspek :

Praktisi, penasehat, konselor, teman, pendidik, dab peneliti atau pada garis besarnya adalah
pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti dalam pelayanan kebidanan

Menurut United Kingdom Central Council (UKCC) 1999 tanggung jawab bidan meliputi :
1. Mempertahakan dan meningkatkan keamanan ibu dan bayi

2. Menyediakan pelayanan yang berkualitas dan informasi dan nasehat yang tidak biasa yang
didasarkan pada evidence based

3. Mendidik dan melatih calon bidan untuk dapat bekerjasama dalam profesi dan memverikan
pelayanan dengan memiliki tanggung jawab yang sama, termasuk dengan teman sejawatnya atau
kolega, sehingga bagaimana agar fit for practice and fit for purpose (menguntungkan untuk
praktik dan menguntungkan untuk tujuan)

Dimensi kode etik meliputi :

1. Antara anggota profesi dan klien

2. Antara anggota profesi dan sistem kesehatan

3. Anggota profesi dan profesi kesehatan

4. Sesama anggota profesi

Prinsip kode etik terdiri dari :

1. Menghargai otonomi

2. Melakukan tindakan yang benar

3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan

4. Memperlakukan manusia dengan adil

5. Menjelaskan dengan benar

6. Menepati janji yang telah disepakati

7. Menjaga kerahasiaan

" STUDI KASUS "

1. Bidan Alya menangani seorang Ny. Rohali primipara berusia 35 tahun. Bidan tersebut
menggali informasi mulai dari riwayat kesehatan masa lalu, sekarang dan riwayat kesehatan
keluarganya. Kehamilan Ny. Rohali berusia 14 minggu dan ini merupakan kehamilan yang
direncanakan. Pada akhir pertemuan Ny. Rohali mengatakan bahwa rencana persalinan SC
senagai pilihannya. Bidan Alya menjelaskan bahwa persalinan SC untuk kasus komplikasi, ia
tidak melanjutkan diskusinya karena takut memberikan informasi yang salah dan terjadi konflik.
Maka bidan Alya menyarankan Ny. Rohaki untuk konsultasi ke dokter kandungan. Ada beberapa
pertanyaan untuk bahan pertimbangan:

a. Haruskah bidan Alya meneruskan diskusi tentang persalinan SC sebagai pilihan?

JAWAB : Tidak, seharusnya Bidan memberikan informasi yang jelas kepada pasien
sehingga dapat dipahami oleh pasien dan setelah ibu memahami betul penjelasan dari
bidan barulah pasien diberi kebebasan untuk memilih tindakan yang hendak dilakukan
pada dirinya

b. Menurut anda apakah keinginan Ny. Rohali untuk SC harus dipenuhi?

JAWAB : Iya, Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama siklus
kehidupan, bukan untuk memaksakan kehendak orang lain. Sehingga seorang pasien
bebas memilih tindakan yang hendak dilakukan kepada dirinya

c. Haruskah persalinan SC menjadi satu pilihan untuk beberapa ibu, padahal tanpa indikasi?

JAWAB : Tidak, karena persalinan SC lebih beresiko tinggi beda halnya dengan persalinan
normal lebih beresiko rendah, selain itu SC lebih diperuntukan untuk kasus patologis yang
memang tidak bisa dilakukan melalui jalan lahir

2. Ny. Della datang ke Rumah Sakit, ia mengeluh banyak keputihan keluar dari kemaluannya.
Bidan dirumah sakit melakukan berbagai pemeriksaan seperti pemeriksaan serviks, usapan
vagina dan pemeriksaan urine. Hasil pemeriksaaan vulva ditemukan sekret yang mukopurulent,
tampak kotor, basah, lembab, dan berbau serta terdapat hiperemis didaerah sekitar vulva dan
vagina. Ny. Della didiagnosis terkena gonore dan infeksi chlamydia. Setelah selesai
pemeriksaan, pada saat istrahat, bidan menceritakan kondisi ibu pada teman sejawat dan
mahasiswa bidan. Ada beberapa pertanyaan sebagai bahan pertimbangan:

a. Apakah tindakan yang dilakukan bidan tersebut melanggar kode etik?

JAWAB : Iya, karena bidan tersebut melakukan tindakan yang tidak sesaui dengan
profesinya dan bukan wewenangnya dalam melakukan tindakan tersebut
b. Bagaimana seharusnya tindakan bidan dalam menjamin privasi dan kerahasiaan klien?
JAWAB : Sebagai seorang bidan yang profesional harus menjaga setiap privasi pasien
dengan sebaik mungkin baik dalam keadaan apapun, dan tidak boleh memberitahukannya
kepada siapapun karenana menjaga privasi pasien merupakan hak dari pasien dan
merupakan bagian dari tanggung jawab seorang profesi bidan, dan dengan begitu pasien
akan percaya kepada bidan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

A.Pengertian Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Halini berkaitan
dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harusdilakukan dan mengenai
unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwakeputusan itu sesungguhnya merupakan
hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Keputusan itu sendiri merupakan
unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwakepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari
kemampuan mengatasi masalahdan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat
adalah keputusanyang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya
merupakankeseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawiterhadap
bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yangmendasarkan diri pada
relasi sesama.Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :

-Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada

-Menurut Sondang P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dalam mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling cepat

-Menurut James A.F Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yabg digunakan untuk memilih suatu tindakan
sebagai cara pemecahan masalah

Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan.
Mengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakanuntuk memberikan suatu pendapat
yang dapat menyelesaikan suatu masalahdengan cara + teknik tertentu agar dapat lebih diterima
oleh semua pihak masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan
jelas,sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik darialternatif yang
ada
Ciri-ciri Pengambilan Keputusan Yang Etis

1. Ciri keputusan yang etis, meliputi


a. Mempunyai pertimbangan benar salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, lingkungan, sosial

2. Situasi

a. Mengapa kita perlu mengerti situasi?

1. Untuk menerapkan norma-norma terhadap situasi

2. Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna

3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang perlu diperhatikan

3. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi

1. Melakukan penyelidikan yang memadai

2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli

3. Memperluas pandangan tentang situasi

Kesulitan Dalam Pengambilan Keputusan

Tak dapat dipungkiri bahwa penggabungan yang paling tepat sekalipun antara pendekatan
ilmiah dan pemikiran yang kreatif, intuitif dan pengalaman, dala proses pengambilan keputusan
tetap mengandung resiko ketidakberhasilan. Keputusan yang diambil bisa saja tidak tepat,
meleset atau bahkan mungkin salah sama sekali.

1. “hantu” Kegagalan di Masa Lalu

Dalam perjalanan karir seorang manajer, tidak ada sorang pun yang mencapai nilai
keberhasilan seratus persen. Asa saja tindakan dan keputusan yang diambil yang tidak
mendatangkan hasil yang diharapkan. Pengalaman pahit yang dialami di masa lalu menghantui
sesorang sehingga ia menjadi takut dan ragu dalam mengambil keputusan.

2. Faktor Ketidakpastian
Tak dapat dipungkiri bahwa katidakpastian merupakan salah satu kendala yang dihadapi
dalam mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, kemampuan memperhitungkan dan
mengatasi ketidakpastian akan mempengaruhi tingkat efektivitas seorang pengambil keputusan.
Ketidak pastian menjadi kendala karena : pertama, Mungkin kurangnnya keyakinan dalam diri
manajer tentang hasil yang akan diperoleh. Kedua, manajer yang bersangkutan ragu, apakah
keputusan baru diperlukan ?

3. Kemalasan

Karena wewenang yang dimiliknya, tidak sedikit manajer yang gemar mencari “kambing
hitam” untuk menutupi kekurangan dalam menjatuhkan pilihan yang dipandang tepat. Memang
sifat yang manusiawi apabila dalam keberhasilan, seorang menepuk dada, seolah – olah
keberhasilan itu berkat kemampuan orang yang bersangkutan. Begitu juga sebaliknya, dalam
mengahadapi ketidakberhasilan dan kegagalan, orang yang sama akan dengan cepat mengelak
dari tanggung jawab dan menuding orang lain sebagai “biang keladi” nya. Sifat yang demikian
dapat menjadi kendala.

Disamping kendala, ada juga beberapa alat bantu yang biasa digunakan seorang manajer
dalam mengambil keputusan, yang terus dikembangkan oleh para ahli dibidangnya.
REFERENSI

1. https://id.scribd.com/doc/310636091/PENGAMBILAN-KEPUTUSAN-ETIS

2. https://sinhansemm.wordpress.com/pengambilan-keputusan/

3. Bertens, K 1997. Etika; Gramedia Pustaka Utama; Jakarta

Black, Tricia Murphy. 1995. Issues in Midwifery. Churchill Livingstone,


Ediburg Hongkong, London, Mardrid, Melbourne, New York

Anda mungkin juga menyukai