• Type : 1 s/d 16
• Di Asia : 2 , 14, 16
• Type 2 :
– Prevalensi lebih tinggi
– Lebih patogen
• Bersifat : akut
• Ditularkan : babi ke manusia
(zoonosis)
• Mortalitas : menjadi tinggi
•Terlambat ditemukan
•Terlambat diobati
• Komplikasi : tuli saraf
• Di negara barat kasus
sangat kecil
peternakan babi
• Asia Tenggara terus
meningkat
Pemantauan
pemotongan
hewan
Beternak babi
“tradisonal”
Kasus pertama pada manusia
Budaya
di Denmark Tahun 1968
• Dilaporkan pernah pada babi di Papua
• Belum pernah dilaporkan pada manusia kecuali di Bali
SEGERA
Dapat sampai 6 jam setelah antiobitik
• Masih sensitif dengan
• penisilin,
• ampisilin,
• cehalosporins
• cotrimoxazole
• vancomycin
• Wajib di rumah sakit (intravena)
• Kontak langsung dengan babi terinfeksi dan dalam
keadaan luka
• Makan makanan olahan yang tidak matang dari babi
terinfeksi
• Laki – laki
• Umur tua ( > 40 tahun)
• Pekerjaan
• Pemelihara babi
• Tukang potong
• Pengolah makanan
• Faktor budaya
• Kebiasaan makan
• Pemanfaatan daging “sakit”
• Memperhatikan kebersihan lingkungan
(kandang babi dan jarak dengan rumah tinggal)
• Personal hygiene saat memelihara babi (sarung
tangan dan cuci tangan rutin) - PHBS
• Bila luka/lecet hindari kontak atau pakai sarung
tangan.
• Pilih babi yang sehat untuk dikonsumsi dan
hindari konsumsi babi yang sakit
• Masak makanan olahan babi sampai matang
• Petugas kesehatan : perawatan pasien dengan
standar
• Belum ada vaksinasi untuk meningitis s.suis
Pulau Bali sebagai tujuan wisata
• Situasi di Bali
• Peternakan babi rumahan kontrolnya???
• Konsumsi daging babi sehari-hari
• Jenis masakan dan olahan risiko tinggi
• (lawar merah,komoh, babi guling????)