Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 1

TINJAUAN EKONOMI VETERINER PADA


WABAH PENYAKIT MULUT DAN KUKU
(PMK)
DAMPAK PMK
Ancaman PMK Menurut Jonathan Rushton & Theo Knight-Jones
(2012) dan Naipospos (2012) bahwa dampak PMK di suatu
wilayah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

1. Dampak langsung

a. Dapat terlihat secara kasat mata; misalnya, pengaruh langsung kepada


sistem produksi ternak (ternak tidak mau makan, penurunan berat badan,
penurunan produksi susu, kematian hewan/keguguran dan penurunan
produktivitas tenaga kerja ternak)
b. Tidak terlihat secara kasat mata : misalnya, penurunan fertilitas dan
perubahan struktur populasi ternak, yang berakibat dalam jangka panjang
penurunan produksi ternak.

(Tawaf, 2017)
DAMPAK PMK
2. Dampak Tidak Langsung

a. Tambahan biaya; misalnya, biaya pemotongan/pemusnahan, biaya


kompensasi, biaya pengawasan lalu lintas dan tindak karantina, biaya
surveilans dan biaya vaksinasi.
b. Biaya kehilangan pendapatan : Misalnya, kehilangan/penurunan
pendapatan tenaga kerja, gangguan industri, kehilangan peluang ekspor,
kehilangan peluang masuknya wisatawan.
c. Panjangnya Calving interval/service periode, menurunnya aktivitas pasar
dan pengaruh harga, penurunan pendapatan peternak.

(Tawaf, 2017)
KERUGIAN EKONOMI
1. Kehilangan produktivitas ternak
i. Penurunan produksi susu (mencapai 25% per tahun)
ii. Penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong (10-20% lebih lama
untuk mencapai dewasa)
iii. Kehilangan tenaga kerja (60-70% pada bulan ke-1 pasca infeksi)
iv. Penurunan fertilitas (abortus mencapai 10%) dan perlambatan
kebuntingan
v. Kematian anak (20-40% untuk domba dan babi)
2. Pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis
3. Gangguan perdagangan domestik; seperti mengendalian lalu lintas dan
manajemen ternak
4. Kehilangan peluang untuk mengekspor ternak
5. Biaya eradikasi

(Tawaf, 2017)
KERUGIAN SOSIAL
1. Terjadinya masalah pangan akibat adanya wabah PMK
2. Ketidakmampuan untuk memenuhi biaya medis akibat adanya wabah PMK
3. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
4. Industri peternakan di Indonesia mengalami kelesuan
5. Menurunnya citra Bangsa Indonesia di mata negara-negara lain

(Mdetele et al., 2015)


PENCEGAHAN
1. Departemen Pertanian melalui Ditjen Bina Produksi Peternakan telah
mengeluarkan keputusan melarang impor hewan, bahan asal dan hasil
hewan berikut produk ikutannya dari Uni Eropa dan Amerika Selatan.
2. Biosecurity
a. Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan
b. Pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans
c. Pemotongan pada hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan
hewan - hewan yang kemungkinan kontak dengan agen PMK
d. Desinfeksi asset dan semua material yang terinfeksi (perlengkapan
kandang, mobil, baju, dll.)
e. Musnahkan bangkai, sampah, dan semua produk hewan pada area
yang terinfeksi
f. Tindakan karantina.
PENGENDALIAN PENYAKIT
Untuk mengendalikan penyakit ini dapat melalui cara sebagai berikut:

1. Daging PMK boleh dijual belikan asalkan dilayukan selama 24 jam


2. Tulang, jeroan, dan kepala : direbus dahulu
3. Kulit : pemanasan dan pengeringan sempurna
4. Air susu : pasteurisasi susu tidak cukup untuk membunuh virus karena virus dapa
t berlindung dalam bahan-bahan susu seperti lemak, sisa-sisa sel dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Mdetele, D., Kasanga, C., Seth, M., and Kayunze, K. (2015). Socio-economic impact of
foot and mouth disease in wildlife-livestock interface and non-interface of Ta
nzania. World Veterinary Journal, 5(3): 31-35.

Tawaf, R. (2017). Dampak social ekonomi epidemi penyakit mulut dan kuku terhadap
pembangunan peternakan di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi
Spesifik untuk Ketahanan Pangan pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai