Anda di halaman 1dari 129

PENDIDIKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS
• ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PERMANEN

• ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TEMPORER

•ABK Permanen : anak yang memiliki kelainan (anak berkelainan) atau


anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa

•ABK Temporer : anak pada umumnya, namun karena situasi dan


kondisi lingkungan, budaya, sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan
mengakibatkan mereka memerlukan pendidikan khusus. Misalnya,
anak dari daerah terpencil atau terbelakang, anak yang mengalami
bencana alam, bencana sosial, anak yang tidak mampu dalam bidang
ekonomi, seperti anak jalanan, pekerja anak
• ABK PERMANEN
• Anak yang memerlukan perhatian dan pelayanan
khusus, seperti anak yang mengalami hambatan
penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fisik,
emosional, sosial, atau kecelakaan sejak di dalam
kandungan atau setelah lahir mengalami
kecacatan
• Pendidikannya tidak harus di SLB tetapi bisa di
sekolah umum/kejuruan secara inklusif di
tempat terdekat anak
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus permanen
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Wicara
4. Tuna Grahita
5. Tuna Daksa
6. Tuna Laras
7. Tuna Ganda
8. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
• Anak Lamban Belajar
• Autisme
• Anak dengan Gangguan Konsentrasi
• ABK yang memiliki potensi kecerdasan / bakat
istimewa
PENGELOMPOKAN DALAM SLB
• Tuna Netra = SLB A
• Tuna Rungu = SLB B
• Tuna Grahita = SLB C
• Tuna Daksa = SLB D
• Tuna Laras = SLB E
• Autis = SLB F
• Tuna Ganda = SLB G
• Anak Berkesulitan Belajar Spesifik = SLB H
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TEMPORER

Anak yang memiliki hambatan sementara dan hambatan


perkembangan dikarenakan faktor-faktor eksternal, yaitu :
Anak yang mengalami trauma akibat bencana
Anak korban kerusuhan
Anak yang memiliki kesulitan berkonsentrasi karena sering
diperlakukan kasar
Anak yang tidak bisa membaca dikarenakan kekeliruan guru
anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu dari segi
ekonomi
Anak di daerah terpencil atau terbelakang atau masyarakat
terpencil
PENDIDIKAN
Pendidikan Khusus
Pendidikan Layanan Khusus
• Pendidikan Khusus
1. Peserta didik yang memiliki kelainan
2. Peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan atau bakat istimewa
PENDIDIKAN KHUSUS
• Peserta Didik yang memiliki
kelainan.
• Peserta didik yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau
bakat istimewa.
PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
• Memberikan pendidikan pada masyarakat di
daerah terpencil atau daerah yang mengalami
bencana alam, tidak mampu secara ekoniomi
• Berada pada jalur pendidikan formal yang
diselenggarakan dengan menyesuaikan waktu,
tempat, sarana dan prasarana pembelajaran,
pendidik, tenaga kependidikan dan lain
sebagainya dengan kondidsi kesulitan peserta
didik
Model/Bentuk Penyelenggaraan
• Sekolah (SD/MI, SMP, SMA, Madrasah) kecil
• Sekolah terbuka, terdiri dari SD sampai SMA
• Pendidikan jarak jauh
• Pemindahan peserta didik ke daerah lain
• Guru kunjung
• Rumah singgah (boarding house)
TUNA NETRA
(Anak Berkelainan Penglihatan)
Klasifikasi Tuna Netra
• Bukan Tuna Netra
• Tuna Netra Ringan
• Tuna Netra Berat
Bukan Tuna Netra
• Anak yang mempunyai kelainan penglihatan
yang masih dapat disembuhkan melalui
pengobatan atau alat optik tertentu.
• Anak masih memiliki kemampuan untuk
mengikuti pelajaran dengan baik.
Tuna Netra Ringan
• Anak yang mempunyai kelainan yang masih
mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di
kelas regular walaupun sudah diberi
pengobatan atau dibantu dengan alat optik
tertentu.
• Disebut juga anak tunanetra sebagian
(partially seeing-children)
Tuna Netra Berat (buta)
• Anak yang mengalami kelainan penglihatan
yang tidak dapat dibantu melalui pengobatan
maupun alat optik apa pun karena anak tidak
mampu lagi memanfaatkan penglihatannya.
• Dapat dididik melalui saluran lain selain mata
Penyebab Tuna Netra
• Berdasarkan etiologi, faktor penyebab
tunanetra adalah
• Faktor Endogen : herediter
• Faktor Eksogen : penyakit, kecelakaan
Lanjutan …
• Berdasarkan kurun waktu terjadinya, faktor
penyebab tunanetra
• Prenatal
• Natal
• Postnatal
Anak Tuna Netra
• Lebih mengoptimalkan alat indera lain selain
mata
• Pengenalan benda melalui kontak langsung
dengan benda
• Perabaan dengan dua cara.
Cara 1 : persepsi sintetik
Cara 2 : persepsi analitik
Persepsi Sintetik
• Pengenalan benda pada anak tunanetra
melalui perabaan pada obyek secara
keseluruhan, baik diraba dengan satu tangan
maupun dua tangan, baru kemudian diuraikan
perbagian.
• Contoh : mengenali handpone, sisir, buah,
pensil, bolpoin
Persepsi Analitik
• Persepsi perabaan pada benda / obyek yang
tidak dapat tercakup dengan dua tangan
dikarenakan bentuknya besar sehingga perlu
menelusuri bagiannya satu persatu
• Contoh : mobil, motor, orang, papan tulis,
pakaian
Lanjutan anak tunanetra

• Memahami benda secara verbalisme :


memahami benda melalui kata-kata yang
disampaikan
• Berdasarkan kecerdaan, anak tuna netra dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :
kecerdasan di bawah rata-rata (subnormal),
kecerdasan rata-rata (normal), dan kecerdasan di
atas rata-rata (supernormal)
• Terhambat dalam fungsi orientasi dan mobilitas
• Untuk memudahkan dalam bergerak, anak tuna
netra dapat menggunakan tongkat.
• Tongkat yang digunakan biasanya berwarna
putih dengan fungsi : a). memberi tahu bahwa
pemakainya adalah tunanetra, b). Menambah
rasa percaya diri
• Menurut Lowenveld (dalam Effendi, 2009),
kualitas kemampuan orientasi dan mobilitas
anak tunanetra sangat dipengaruhi oleh
locomotion dan orientasi mental
• Locomotion, gerakan individu dari satu tempat ke
tempat lain atas usaha sendiri
• Orientasi mental, kemampuan individu untuk
mengenali lingkungan sekitarnya serta kemampuan
indidvidu untuk menjalin hubungan dengan
lingkungannya
• Menurut Gutsforth (dalam Effendi, 2009),
kemampuan bahasa anak tuna netra disebut dengan
unverbal reality, sebab anak tunanetra hanya
mengenal nama-nama tanpa memiliki pengalaman
untuk memahami hakikat secara langsung obyeknya,
interpretasinya hanya menurut gagasannya dan
cenderung verbalistik
Kemampuan bicara menurut Brieland

• Memiliki sedikit variasi vokal


• Modulasi suara kurang bagus
• Memiliki kecenderungan bicara keras
• Memiliki kecenderungan bicara lambat
• Penggunaan gerakan tubuh dan mimik kurang
efektif
• Menggunakan sedikit gerakan bibir dalam
mengartikan suara
• Membaca dengan huruf Braile
• Ada yang memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan sosial, ada pula yang mengalami
kesulitan
• Dalam peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba,
seperti suara tabrakan, genteng jatuh dari atap,
terjadi konfrontasi dalam diri anak antara hasrat
untuk mengetahui dan perasaan cemas akan
peristiwa tersebut.
• Kemampuan anak tunanetra dalam
menyesuaikan diri tidak lepas dari peranan
lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah).
• Bila memandang anak tunanetra secara
negatif berhubungan dengan kelemahannya,
maka hal tersebut dapat menyebabkan anak
menjadi semakin tidak berdaya dalam
melawan hambatan yang dialami
METODE PEMBELAJARAN
• Metode Ceramah
•Metode Tanya Jawab
•Metode Demonstrasi
• Metode Latihan
•Metode Pemberian Tugas
(di SLB Negeri 1 Pemalang)
Metode Pembelajaran Lanjutan
• Metode Diskusi
• Karyawisata
• Metode Jarimatika
Metode Ceramah
• Guru memberikan materi secara lisan
• Guru dituntut untuk lebih rinci dan jelas dalam
mejelaskan materi dengan harapan guru dapat
memberikan bayangan mengenai hal yang
dijelaskan.
• Misal : menjelaskan tentang alat musik.
Bagaimana bentuknya, terbuat dari apa,
fungsinya, cara menggunakan dan sebagainya
Metode Tanya Jawab
• Melalui metode tanya jawab dapat terjadi
komunikasi dua arah.
• Guru dapat mengetahui sejauh mana daya
tangkap peserta didik terhadap materi yang
telah dijelaskan.
Metode Demonstrasi
• Guru mempraktekkan materi yang telah
dijelaskan kepada siswa.
• Misalnya dalam menggunakan alat musik
• Sebelumnya guru memberi arahan pada siswa
mengenai bagaimana cara memainkan alat
musik dengan benar. Hal pertama apa yang
harus dilakukan terlebih dahulu.
Metode Latihan
• Setelah peserta didik memahami alat musik
yang telah dijelaskan oleh guru, bagaiman cara
memainkannya, peserta didik berlatih bermain
alat musik tersebut.
Metode Pemberian Tugas
• Tugas diberikan untuk memberi kesempatan
kepada peserta didik agar mampu melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan
pembelajaran dan agar guru mengetahui
sejauh mana kemampuan peserta didik.
Metode Jarimatika
• Diciptakan oleh Septi Peny Wulandari
• Tahun 2004
• Alasan :
• Media yang murah dan dapat dibawa ke mana
saja
TUNA RUNGU
• kondisi ketidakfungsian organ pendengaran
atau telinga seseorang anak
• menyebabkan mereka mengalami hambatan
atau keterbatasan dalam merespon bunyi-
bunyi yang ada di sekitarnya
kLASIFIKASI
• Menurut International Standard Organization,
klasifikasi tuna rungu ada dua :
= 70 dB ke atas
• Hard of hearing (kurang dengar) = tuna rungu
ringan-sedang = 35-69
Klasifikasi khusus
• Ringan
• Sedang
• Berat
• Sangat berat

• Slight losses 20-30 dB


• Mild losses 30-40 dB
• Moderate losses 40-60 dB
• Severe losses 60-70 dB
• Profound losses 70 dB ke atas
ringan
• Derajat ketulian25 – 30

• sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf


ringan, dimana ia mengalami kesulitan untuk
merespon suara-suara yang datangnya agak jauh.
Pada kondisi yang demikian, seseorang anak secara
pedagogis sudah memerlukan perhatian khusus
dalam belajarnya di sekolah, misalnya dengan
menempatkan tempat duduk di bagian depan, yang
dekat dengan guru.
sedang
• Derajat ketulian : 46 – 70 db

• seseorang yang mengalami ketunarunguan taraf


sedang, dimana ia hanya dapat mengerti percakapan
pada jarak 3-5 feet secara berhadapan, tetapi tidak
dapt mengikuti diskusi-diskusi di kelas. Untuk anak
yang mengalami ketunarunguan taraf ini
memerlukan adanya alat bantu dengar (hearing aid),
dan memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi
bunyi dan irama
berat
• Derajat ketulian : 71 – 90 db

• Sesorang yang mengalami ketunarunguan taraf berat,


hanya dapat merespon bunyi-bunyi dalam jarak yang
sangat dekat dan diperkeras.
• Siswa dengan kategori ini juga memerlukan alat bantu
dengar dalam mengikuti pendidikannya di sekolah.
Siswa juga sangat memerlukan adanya pembinaan atau
latihan-latihan komunikasi dan pengembangan
bicaranya.
Sangat berat (profound)
• Derajat ketulian : 90 db ke atas

• Pada taraf ini, mungkin seseorang sudah tidak dapat


merespon suara sama sekali, tetapi mungkin masih
bisa merespon melalui getaran-getaran suara yang
ada.
• Untuk kegiatan pendidikan dan aktivitas lainnya,
penyandang tunarungu kategori ini lebih
mengandalkan kemampuan visual atau
penglihatannya.
Faktor penyebab
• Pre natal
• Natal
• Post natal
Pre natal
• Hereditas
• Penyakit yang diderita ibu selama kehamilan /
terinfeksi virus)
• Keracunan obat-obatan saat ibu hamil
• Ibu seorang pecandu alkohol
• Ibu pernah minum obat penggugur kandungan
Natal
• Kesulitan saat kelahiran sehingga memerlukan
bantuan alat
Post natal
• Kecelakaan
• Infeksi
• Pemakaian obat-obatan ototoksi yang mampu
merusak pendengaran
Hearing aid
• Alat bantu dengar
• Harga bervariasi
• Tergantung dari tingkat kerusakan
pendengaran
• Ketulian bisa menyerang kaum muda

• Penyebabnya ?
• Gaya hidup modern : Mendengarkan
earphone
• Efek bising di pusat permainan anak-anak di
mall : tingkat kebisingan antara 90-95 desibel
Proses pengaliran suara
•  Saat suara masuk, tulang-tulang pendengaran bergetar.
• Suara lalu diteruskan ke koklea (rumah siput), yang
terletak di bagian tengah telinga.
•  Pada koklea terdapat sel-sel rambut yang berfungsi
menangkap rangsangan atau frekuensi suara.
•  Sel rambut juga berfungsi mengubah energi akustik
menjadi rangsang listrik untuk dapat diteruskan ke
pusat persepsi pendengaran di
otak..
• Suara yang berfrekuensi 80 db dapat
menyebabkan sel-sel rambut mengalami
kelelahan
• Sel rambut yang mengalami kelelahan terus-
menerus, lama- kelamaan akan rusak
TUNA GRAHITA
Pengertian
• Individu dengan kecerdasan mental di bawah normal
• Mengacu pada fungsi intelektual umum secara nyata berada di
bawah rata-rata disertai dengan kekurangan dalam penyesuaian
diri dan berlangsung pada masa perkembangan
• Tunagrahita sering disebut dengan beberapa istilah, yaitu :
• Retardasi mental
• Lemah ingatan
• Feebleminded
• Mental Subnormal
Psudofeebleminded
• Istilah yang dikenakan pada anak normal yang keadaannya
menyerupai anak tuna grahita jika dilihat sepintas. Tetapi,
setelah mendapat perawatan atau terapi tertentu,
perlahan-lahan tanda ketunagrahitaan yang tampak
berangsur-angsur hilang dan menjadi normal
• Faktor yang menyebabkan :
• Gangguan emosi pada masa kanak-kanaksehingga
menghambat perkembangan kognitif
• Keadaan lingkungan yang kurang baik dan tidak
memberikan perangsang pada kecerdasan anak sehingga
perkembangan kognitif terhambat
Klasifikasi anak tuna grahita
• Ada perbedaan di antara para ahli di dalam
mengklasifikasikan anak tuna grahita
• Dokter : mengklasifikasikan anak tuna grahita
didasarkan pada kelainan fisiknya, sseperti tipe
mongoloid, microcephalon, microcephalon, cretinism
• Pekerja Sosial : berdasarkan derajat penyesuaian diri
dan ketidakbergantungan
• Psikolog berdasarkan aspek indeks mental
inteligensinya melalui angka hasil tes IQ, yakni, IQ 0-25
= idiot, IQ 25-50 = imbecil, IQ 50-75 = debil/moron
• Pedagog : berdasarkan program pendidikan
yang disajikan, terbagi atas tiga yaitu :
• Mampu didik
• Mampu latih
• Mampu rawat
Mampu didik
• Tidak mampu mengikuti program sekolah biasa
tetapi masih mempunyai kekmampuan yang
dapat dikembangkan walau tidak maksimal, yaitu
:
• Membaca, menulis, mengeja, berhitung
• Menyesuaikan diri dan tidak bergantung pada
orang lain
• Kemampuan yang sedehana untuk kepentingan
pekerjaan di kemudian hari
Mampu latih
• Tidak mampu mengikuti program pendidikan
seperti anak tuna grahita mampu didik, sehingga
kemampuannya perllu diberdayakan dengan :
• Belajar mengurus diri sendiri : makan, tidur,
mandi, berpakaian sendiri
• Belajar menyesuaikan di lingkungan rumah dan
sekitarnya
• Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di
bengkel kerja, dan di lembaga lain
Mampu rawat
• Kecerdasan sangat rendah sehingga tidak
mampu untuk mengurus diri sendiri dan
bersosialisasi sehingga membutuhkan
perawatan dari orang lain sepanjang hidupnya
Etiologi anak tuna grahita
• Ada beberapa faktor penyebab anak tuna grahita :
• Kurun waktu terjadinya
• Pertumbuhan dan perkembangan
• Radang otak : pendarahan dalam otak (intracarnial
baemorhage), penyakit, seperti measles, scarlet fever,
meaningitis, encephalitis, diphteria, cacar
• Gangguan fisiologis : yang berasal dari virseperti
rubella (campak jerman), rhesus factor, mongoloid
sebagai akibat ganggguan genetik, dan cretinism
sebagai akibat gangguan kelenjar tiroid
• Hereditas : para ahli mempunyai perbedaan dalam
pemikiran mengenai hereditas sebagai faktor
penyebab tuna grahita
Berdasarkan kurun waktu terjadinya

• Faktor endogen (dibawa sejak lahir)


• Fakltor eksogen (faktor dari luar seperti
penyakit
Faktor etiologi biomedik
Menurut Kenner
• 6,4% : trauma lahir dan anoxia prenatal
(keracunan)
• 35,61 % : faktor genetik
• 6,2 % : penyakit infeksi prenatal
• 5,0 % infeksi otak setelah lahir
• 2 % : lahir prematur
Faktor :
• Kelainan kromosom
• Waktu hamil ibu sakit / jatuh
• Kelainan letak janin
• Trauma kelahiran
• Persalinan abnormal / sukar / lama
• Kembar
• Malnutrisi berat
• Epilepsi
• Dehidrasi berat dengan kejang
Lanjutan
• Usia ibu : lebih dari 40 tahun / kurang dari
16 tahun
• Panas tinggi disertai kejang
• Sakit berat dan lama
• Panas tinggi dan tidak sadarkan diri
Dampak ketunagrahitaan
• Ingatan yang lemah sehingga mengalami kesulitan
dalam pemangilan kembali ingatan
• Berhubungan dengan tahap perkembangan kognitif
• Menurut Inhelder, anak tuna grahita berat
perkembangan kognitifnya terhambat pada tingkat
perkembangan sensori motorik. Sedangkan anak
tuna grahita ringan, perkembangan kognitifnya
terhenti sampai tahap perkembangan operasional
konkret.
PEMBELAJARAN UNTUK SISWA
TUNAGRAHITA
• MODEL PPI
• ANALISIS TUGAS
• TEMATIK
MODEL PPI (PROGRAM PEMBELAJARAN
INDIVIDUAL
• Program Pembelajaran Individual adalah
program yang disusun dimana kedalaman dan
keluasannya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan tiap individu.
• Memiliki ciri dalam satu kelas siswa belajar
bersama-sama dengan bidang studi yang sama
dalam jam yang sama tetapi materi atau
metode maupun media berbeda-beda sesuai
dengan kemampuan tiap siswa.
ANALISIS TUGAS
• Adalah merinci atau memecah suatu
pekerjaan menjadi bagian-bagian kecil
mengingat kemampuan anak tunagrahita
• Analisis tugas terbagi dua :
• Analisis tugas diskriminasi
• Analisis tugas berurutan
ANALISIS TUGAS DISKRIMINASI
• Merinci atau memecah suatu pekerjaan
menjadi bagian-bagian kecil sesuai dengan
kemampuan anak tunagrahita di mana mereka
diajarkan untuk mampu membedakan hal-hal
yang dapat dilakukan pada satu benda atau
suatu hal
• Contoh :
• Menggergaji tripleks
• Mengampelas tripleks
• Meniru pola tripleks
ANALISIS TUGAS BERURUTAN
Menggosok gigi
• Memegang sikat gigi
• Menaruh pasta gigi pada sikat
• Berkumur
• Sikat diarahkan ke mulut
• Mulai menggosok gigi
• dst
TEMATIK
• Materi pelajaran dikemas ke dalam tema-tema
tertentu
• Contoh :
• TEMA KETRAMPILAN
Bahasa Indonesia
Membaca dan menulis
Cara membuat telur asin :
. Memilih telur
. Mengampelas telur
Memcampur abu gosok, garam., air
. Menempel abu gosok pada telur

Membua
t Telur
Ketrampilan tata
Matematika boga
.Menimbang ab gosok, . Memilih telur
garam dan air sesuai
dengan jumlah telur . Mengampelas telur
.Menyebutkan alokasi . Mencampur abu
waktu sampai telur siap gosok, garam, air
panen
. Menempel abu
gosok pada telur
Bahasa Indonesia
TEMA BINA Membaca dan menulis
. Memegang sendok
DIRI
. Menyendok makanan
. Mengangkkat sendok ke mulut
. Mengunyah makanan
. Menelan makanan
IPA
.
Matematika
. Mengambil
Menyebutkan
makanan 1 sendok ciri makanan
makan/ 1 sendok teh sehat (basi,
Mengunyah makanna
kurang lebih 20 x
busuk)
. Menata
Bina diri (Merawat diri) makanan
sendiri
. Memegang sendok
. Menyendok makanan
. Mengangkat sendok ke mulut
. Zmengunyah makanan
. Menelan makanan
Komponen-komponen pembelajaran

• Identitas siswa
• Kemampuan siswa saat ini
• Tujuan jangka panjang
• Tujuan jangka pendek
• Materi pembelajaran
• Strategi pembelajaran
• Media
• Evaluasi
Permainan yang menekankan pada pengembangan
kecerdasan dan motorik halus

• Latihan menuangkan air


• Bermain pasir
• Bermain tanah liat
• Meronce manik-manik
• Latihan melipat
• Mengelem dan menempel
• Menggunting dan memotong
• Latihan menyobek
• Jarum dan benang
• Olahraga
TUNA DAKSA
Pengertian
• Individu yang mengalami kelainan pada
daerah otot, tulang, persendian
• Disebut juga cacat tubuh atau cacat orthopedi
(Orthopedically handicapped)
• Physically Disabled
• Tuna raga
 
Penyebabnya
• Kongenital / bawaan
• Kecelakaan
Klasifikasi tuna daksa
• Tuna daksa ortopedi
• Tuna daksa saraf
Tuna daksa ortopedi
• Kelainan pada bagian tulang, otot tubuh, ataupun
daerah persendian, baik yang dibawa sejak lahir
(congenital) maupun yang diperoleh kemudian
(karena penyakit atau kecelakaan)
• Berdasarkan insiden terjadinya, tuna daksa ortopedi
dapat diklasifikasikan ke dalam tuna daksa karena
• Peperangan
• Kecelakaan lalu lintas
• Penyakit
• Dibawa sejak lahir
Tuna daksa saraf (neurilogically handicapped)

• Disebut pula cerebral palsy


• Mengalami kelainan akibat gangguan pada
susunan saraf di otak
• The American Academy of Cerebral palsy
mendefinisikan : berbagai perubahan atau
fungsi motor yang tidak normal timbul sebagai
akibat kecelakaan , luka, atau penyakit pada
susunan saraf yang terdapat pada rongga
tengkorak
• The United Cerebral palsy Association
mengemukakan bahwa cerebral palsy
disebabkan luka pada otak terutama yang
berhubungan dengan fungsi gerak (motorik).
•Selain itu, cerebral palsy juga terjadi pada
individu semenjak kanak-kanak dengan
kondisi seperti lumpuh, lemah, tidak adanya
koordinasi atau ada penyimpangan fungsi
gerak yang disebabkan oleh patologi gerak di
otak.
• Dengan terganggunya fungsi motorik, maka anak
dengan cerebral palsy akan mengalami berbagai
macam kesulitan atau terganggunya pula fungsi-
fungsi yang lain seperti :
• Kesulitan belajar
• Kejang-kejang
• Aphasia
• Disleksia
• Ketidakmampuan memahami kata-kata
• Ketidakmampuan berbicara
• Ketidakmampuan berhitung
Klasifikasi cerebral palsy
• Spasticity (little)
• Athetosis
• Ataxia
• Tremor
• rigidity
Spasticity
• Gangguan yang terjadi pada lapisan luar otak yang
nmenyebabkan penderita mengalami kejang-kejang /
kelumpuhan pada otot
• Beberapa otot yang mengalami kelumpuhan :
• Monoplegia : kejang yang terjadi pada salah satu
anggota badan
• Hemiplegia : Jika alah satu anggota tubuh, seperti kaki
atau tangan mengalami kejang
• Triplegia : bila tiga di antara anggota tubuh mengalami
kekejangan
• Paraplegia : kejang terjadi pada kedua kaki
• Quadriplegia : kejang yang muncul pada
keempat anggota tubuh, sebagian di kepala
dan anggota tubuh lainnya.
Athetosis
• Luka pada piramida pada otak depan maupun
tengah
• Anak tampak susah payah untuk berjalan,
menggeliat-geliat, dan terhuyung-huyung
• Gerakan tidak berima dan tidak mengikuti urutan
yang wajar, sehingga perilaku sering tidak terkontrol
• Karakteristik : mengalami masalah pada daerah
sejumlah besar tangan, lidah, bibir, dan sejumlh kecil
kaki
Ataxia
• Luka pada otak kecil yang bekerja sebagai
pengontrol keseimbangan dan koordinasi pada
otot
• Gerakan tidak teratur, berjalan dengan
langkah yang tinggi dan dengan mudah
menjatuhkannya
• Gerakan seperti tersentak-sentak
Etiologi anak tuna daksa
• Pre natal
• Neonatal
• Post natal
Prenatal
• Pemisahan bayi dari plasenta
• Anemia
• Kondisi jantung yang gawat
• Shock
• Percobaan abortus
• Gangguan metabolisme
• Gangguan rhesus
neonatal
• Bayi sungsang
• Kesulitan lahir krn pinggul ibu terlalu kecil
• Pendarahan pada otak saat kelahiran
• Prematur
• Gangguan plasenta yang menguranmgi
oksigen shingga menyebabkan anoxia
Post natal
• Penyakit
• kecelakaan
Rehabilitasi
• Medis
• Vokasional / karya : memberikan
kesempatan untuk bekerja
• psikososial
TUNA LARAS
• Anak berkelainan perilaku
• Mengalami masalah intrapersonal dan
interpersonal yang ekstrim sehingga kesulitan
dalam menyelaraskan perilaku dengan norma
yang umum berlaku di masyarakat
• Anak yang mengalami gangguan/hambatan
emosi sehingga tidak/kurang dapat
menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat
• Mempunyai kebiasaan melanggar norma yang
berlaku di masyarakat
• Melakukan kejahatan
Klasifikasi
Penyimpangan tingkah laku yang ekstrim sebagai
• bentuk kelainan emosi
• Bentuk kelainan penyesuaian sosial
Bentuk kelainan emosi
• Kesulitan menyesuaikan diri karena adanya
tekanan dari dalam
Bentuk-bentuk kelainan penyesuaian perilaku
sosial dan emosi
• Penysuaian perilaku sosial
• Anak agrsif yang sukar bersosialisasi : tidak
dapatmenyesuaikan diri,m baik dirumah, sekolah
dan masyarakat. Sikapnya : memusuhi otoritas
(guru,orang tua, polisi), suka balas dendam, curang,
senang berkelahi, mencela, dll
• Anak agresif yang mampu bersosialisasi : hanya
mampu bersosialisasi dengan teman sebaya yang
senasib (gang). Sikap :memusuhi otoritas, setia pada
kelompok, melakukan pengeroyokan, pembunuhan
• Anak yang menutup diri berlebihan
• Sikap : sangat pemalu, menarik diri dari
pergaulan, mudah tertekan, rendah diri
Bentuk kelainan penyesuaian sosial
• Tl. Tidak sesuai dengan adat kebiasaan di
rumah, di sekolah, dan di masyarakat
• Lebih ditekankan dilakukan oleh anak berusia
11 tahun hingga 18 tahun, dengan asumsi jika
dilakukan oleh anak di bawah 11 tahun, anak
tersebut belum memahami mnakna perilaku
yang dilakukan apakah benar atau salah
• Ada dua tipe pelanggaran atau kejahatan :
• Perilaku kriminal seperti orang dewasa
• Perilaku menentang atau membangkang guru
atau orang tua
Perilaku kriminal seperti orang dewasa

• Membunuh
• Memperkosa
• Mencuri
• Merampok
• dll
Perilaku pembangkangan
• Membolos
• Lari dari rumah
• Bentuk kelainan emosi
• Kecemasan mendalam tetapi kabur dan tidak
menentu arah sebagai alat untuk
mempertahankan diri
• Kelemahan seluruh jasmani da rohani disertai
keluhan sakit pada beberapa bagian badan,
sebagai akibat konflik batin atau tekanan emosi
yang sukar diselesaikan. Akibatnya, menarik diri
dari pergaulan
• Gejala yang merupakan tantangan balas
dendam karena adanya perlakuan kasar.
Perilaku : berlaku kasar pada orang yang telah
kasar sebagai balas dendam untuk
kepuasannya
Etiologi (faktor penyuebab)
• Internal : keturunan, kondisi fisik dan psikisnya
• Eksternal : lingkungan
keturunan
• Kawin sedarah
• Seks maniak
• Alkoholisme
• Kleptomania
• dll
Faktor psikologis
• Stabilitas emosi/kepribadian rendah
• Akibatnya muncul defence mechanism : suka
memberontak, mencela, memukul, merusak
baran, perilaku kekanak-kanakan
Faktor biologis
• Gen
• Kerusakan pada otak
lingkungan
• Rumah : rasa aman, broken home, teladan,
hubungan antar orang tua atau saudara
• Sekolah : hubungan guru dengan peserta didik :
kurang harmonis atau hubungan dengan yang
kurang harmonis, disiplin sekolah yang terlalu
kaku atau longgar
• Masyarakat : contoh yang kurang baik, tayangan
atau hiburan yang bernafaskan kekerasan
Kesulitan belajar
Pengertian
• Merupakan hambatan atau gangguan belajar
pada anak yang dapat mempengaruhi hasil
belajar
• Gejala yang tampak pada anak yang kesulitan
belajar adalah prestasi belajar yang rendah :
• Di bawah norma yang telah ditetapkan
• Dibandingkan teman-teman
• Dibandingkan prestasi belajar sebelumnya
• Lambat mengerjakan tugas dan tertinggal dari
teman-temannya dari waktu yang disediakan
PENGENALAN DIAGNOSIS
KESULITAN BELAJAR

• Observasi
• Wawancara
• tes hasil belajar
• tes inteligensi
• Pemeriksaan kesehatan
Prosedur diagnosis kesulitan belajar

• Mengidentifikasi siswa yang mengaklmai


kesulitan belajar
• Melokalisasi letak kesulitan belajar
• Menentukan faktor penyebab kesulitan belajar
• Memperkirakan alternatif bantuan
• Menetapkan cara mengatasinya
• Tindak lanjut
Ragam kesulitan belajar
• Disleksia
• Diskalkulia
• Disgrafia
DISLEKSIA (DYSLEXIA)

Berasal dari bahasa Yunani : “dys” dan “lexis”


Dys : gangguan
Lexis : bahasa atau kata-kata
Anak yang mengalami kesulitan dalam membaca
Bukan suatu penyakit, melainkan adalah suatu kondisi yang dibawa sejak lahir
Memiliki tingkat inteligensi normal, dan ada pula yang di atas rata-rata
• Sering disebut dengan sebutan malas dan
bodoh, akan tetapi tidaklah demikian sebab
untuk dapat membaca mereka melakukannya
dengan kerja keras
• Karakteristiknya :
• Kesulitan membaca
• Memahami bacaan
• Kesulitan membedakan huruf, seperti b, d, q,
p, v, u, n, dll
• Misal membaca :
• Now = won
• Left = felt
• Palu -= lupa
• Sir = ris
• Abi = iba
• Tapi = tadi
Karakteristik anak dengan disleksia
Perilaku :
• Menunjukkan sikap berpura-pura, acuh tak
acuh, menentang, berdusta, dll
• Membolos
• Tidak mengerjakan tugas
• Menunjukkan gejala emosional yang berbeda :
pemurung, mudah tersinggung, pemarah,
kurang gembira
Bentuk-bentuk kesulitan yang dialami

Dalam berbahasa :
• Mengalami kesulitan dalam membaca dan
mengeja
• Salah menulis dan meletakkan gambar
• Sulit menghafal alfabet
• Huruf terbalik-balik
• Tidak mengerti apa yang dibaca
• Menulis lama sekali
Bentuk kesulitan lain
• Mengenakan tali sepatu
• Menyebutkan urutan nama hari atau bulan
DISKALKULIA
• Kesulitan dalam kemampuan kalkulasi dalam
matematis
• Sulit mengartikan angka ke dalam simbol,
misal Satu = 1
• Sulit memahami urutan angka, mis : setelah 5
adalah 6
• Sulit mengartikan nilai sebuah angka, mis :
angka 6 apakah lebih besar dari angka 2
• Sulit mengenal urutan tanggal, bulan hari
• Menjumlahkan benda-benda
• Menyebutkan waktu
• Menentukan arah kiri dan kanan
• Menghitung uang kembalian
• Bingung mengurut suatu peristiwa
• Sulit membedakan tanda-tanda +, -, x, :, <, >
• Sulit membedakan bangun geometri
• Sering salah membedakan 17 dng 71, 2 dgn 5,
3 dng 8, 9 dng 6
• Disorientasi waktu (masa sekarang dan
lampau)
• Salah dalam mengingat dan menyebut nama
orang
DISGRAFIA
• Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
• Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
• Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
• Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide,
pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
• Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang
alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
• Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu
memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
• Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan
proporsional (naik turun)
• Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan
yang sudah ada.
Akibatnya
• Anak dapat takut memegang uang

Anda mungkin juga menyukai