Anda di halaman 1dari 30

COMMUNITY

PERIODONTAL INDEX
TREATMENT NEEDS (cpitn)
Dr. Yulitri Hapsari, drg., Sp Perio
Pengukuran Penyakit Periodontal
Indeks kebersihan mulut (green & Vermillion, 1960)
Indeks kebersihan mulut yang disederhanakan (Green
& Vermillion, 1964)
Indeks plak (Quingley and Hein, 1962)
Indeks gingiva (Loe and Sillness, 1963)
CPITN (Community Periodontal Index Treatment
Needs) Ainamo, dkk., 1982
CPITN
Dikembangkan oleh federasi Kedokteran Gigi
internasional dan WHO pada tahun 1982.

Untuk mensurvei dan mengevaluasi kebutuhan


perawatan jaringan periodontal

Merupakan suatu studi epidemologi yang


menggunakan alat ukur indeks

Memudahkan dalam menilai kebutuhan perawatan


seorang pasien
COMMUNITY PERIODONTAL INDEX
TREATMENT NEEDS (CPITN)
Secara umum digunakan untuk memperkirakan
kondisi jaringan periodontal dalam suatu populasi
Memberi gambaran perawatan yang tepat yang harus
diberikan pada pasien
Menilai kebutuhan perawatan atau menilai aktifitas
penyakit periodontal----- indeks survei WHO
Untuk merencanakan perawatan yang relevan/tepat
terhadap terjadinya penyakit periodontal
sebagai kontrol terhadap terjadinya penyakit
periodontal
Untuk mengukur kesesuaian jumlah plak terhadap:
terjadinya inflamasi ingiva dan pembentukan poket
periodontal
Digunakan dalam prosedur screening
Tiga indikator yang digunakan dalam
penilaian CPITN:

1. Ada atau tidaknya perdarahan gingiva


2. Adanya kalkulus supra dan subgingiva
3. Adanya poket periodontal
Prinsip kerja CPITN
Pemeriksaan dengan menggunakan prob periodontal
WHO
Daerah yang diperiksa terdari dari 6 sextan
Menggunakan gigi indeks
Penilaian dilakukan untuk berbagai tingkat kondisi
jaringan periodontal
Relasi skor tertinggi dengan KKP
Prob CPITN
Prob periodontal dari WHO
digunakan untuk mengukur kedalaman poket
Untuk mendeteksi adanya kalkulus subgingiva
Berat prob 5 gms
Ada 2 tipe: CPITN – E (prob epidemiologi) dan CPITN
– C (prob klinis)
CPITN – E (epidemiologi prob)
1. Pengukuran kedalaman poket dilakukan melalui
kode warna hitam, mulai dari 3,5 mm sampai 5,5
mm.
2. “Ball tip” berdiameter 0,5 mm, berfungsi untuk
memudahkan dalam mendeteksi adanya kalkulus
subgingiva
CPITN – C (Clinical probe)
1. Merupakan varian dari probe dasar
2. Mempunyai penanda tambahan 2
3. 8,5 mm dan 11,5 mm
4. Mempunyai penilaian dan
catatan yang lebih detil
terhadap adanya poket
yang dalam.
Prob periodontal WHO

Ujung yang membulat berfungsi untuk membantu mendeteksi


dan mengurangi risiko kelebihan pengukuran / melukai
jaringan lunak.
Gigi dalam mulut dibagi dalam 6 sextan

Catatan: satu sextan hanya diperiksa jika dua atau lebih


gigi ada dan tidak merupakan indikasi untuk dilakukan
pencabutan.
Jika hanya ada satu gigi dalam satu sextan, maka gigi itu
bisa dimasukkan ke dalam sextan yang berdekatan.
Syarat –syarat yang harus terpenuhi dalam
pemeriksaan CPITN

1. Jarak : 0 – 4; X
2. Gigi indeks yang dinilai yang berusia sampai
19 tahun : 6 gigi, yang berusia 20 tahun keatas
gigi yang diperiksa ada 10 gigi.
3. Alat bantu yang digunakan dalam pemeriksaan
adalah: kaca mulut dan periodontal probe WHO /
probe CPITN
4. Skor atau kode menggunakan angka 0 – 4; X
Gigi indeks:

1. Untuk orang dewasa yang berusia 20 tahun keatas, gigi


yang diperiksa adalah:

2. Dua gigi molar dalam tiap sextan diperiksa berpasangan


dan skor yang tertinggi yang dicatat

3. Jika tidak ada gigi indeks dalam satu sextan, maka


semua gigi yang ada dalam sextan tersebut dapat
diperiksa.
4. Gigi indek yang digunakan untuk pasien
yang berusia sampai 19 tahun adalah:
Kode yang digunakan dalam CPITN

- Kode X= satu gigi atau tidak ada gigi dalam sextan

- Kode 4= terdapat poket periodontal yang dalam > 5,5 mm

- Kode 3= terdapat poket periodontal antar 3,5 mm – 5,5 mm

- Kode 2= terdapat kalkulus supragingiva /subgingiva

- Kode 1= terdapat perdarahan gingiva pada saat probing

- Kode 0= gingiva sehat / normal


Kode 0:
Daerah yang berwarna
dari prob terlihat komplit
dan jelas. Tidak ada
kalkulus atau gingiva tepi
yang terinfeksi. Jaringan
gingiva sehat dengan
tidak adanya perdarahan
pada saat probing.
Kode 1:
Daerah yang berwarna dari
prob masih terlihat
komplit dan jelas pada saat
dimasukkan kedalam
poket. Tidak terdapat
kalkulus atau gingiva tepi
yang terinfeksi. Tetapi
terdapat perdarahan
setelah dilakukan probing.
Kode 2:
Daerah berwarna dari
prob masih terlihat
komplit pada saat
dimasukkan ke dalam
poket. Tetapi terdapat
kalkulus supra atau
subgingiva dan atau
terdapat gingiva tepi yang
telah terinfeksi.
Kode 3:
Daerah berwarna dari
prob sebagian masih
terlihat pada saat
dimasukkan ke dalam
poket periodontal.
Kode 4:
Daerah berwarna dari
prob sudah tidak terlihat
sama sekali, dan ini
mengindikasikan bahwa
kedalaman poket sudah
lebih dari 5,5 mm.
Cara penilaian per gigi dalam CPITN
Jika pasien berusia 20 tahun atau lebih mulai dari bagian
distal gigi kaninus.
Satu sextan dengan tidak ada gigi atau hanya satu gigi maka
harus ditulis dengan kode X.
Jika hanya ada satu gigi yang fungsional bisa digabungkan
dengan sextan yang berdekatan.
Gigi molar ketiga hanya dinilai jika berfungsi menggantikan
gigi molar kedua.
Untuk anak-anak dan remaja: Semua gigi molar pertama,
gigi insisivus centralis kanan maksila dan gigi insisivus
sentralis kiri mandibula. Jika ada gigi yang hilang, maka
sextan tersebut harus ditulis dengan kode X.
Yang ditulis per sextan adalah kode tertinggi
Skor dan jenis perawatan yang dilakukan
dalam pemeriksaan CPITN
Skor 0 : tidak membutuhkan perawatan
Skor 1 (TN 1) :kebutuhan perawatannya adalah OHI,
skeling dan polishing
Skor 2 (TN 2) : kebutuhan perawatannya adalah OHI,
skeling dan polishing
Skor 3 (TN 3) : kebutuhan perawatannya adalah OHI,
skeling dan polishing, root planning
Skor 4 (TN 4) : kebutuhan perawatannya adalah OHI,
skeling dan polishing, perawatan periodontal penuh
(bedah periodontal, dll)
Formulir indeks CPTN
Keuntungan menggunakan CPITN
CPITN merupakan indeks yang bersifat universal dalam
pengumpulan data dan dapat digunakan sebagai
perbandingan secara internasional.
CPITN mudah digunakan dan cepat.
CPITN sangat berguna dalam menggambarkan suatu
prevalensi yang dibutuhkan untuk perawatan yang
berbeda.
CPITN siap diterima dan digunakan oleh pasien.
Kerugian menggunakan CPITN
Pengukuran beberapa parameter (misalnya perdarahan
gigiva, kalkulus dan kedalaman poket) menggunakan
indeks yang sama.
Pengukuran/ penilaian dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan perawatan dan bukan penyakit.
Tidak dapat mengukur / menilai efektifitas suatu
perawatan.
Resesi gingiva dan kegoyangan gigi tidak diperiksa
(tidak termasuk dalam penilaian/ pengukuran).
WASSALAMUALAIKUM

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai