Anda di halaman 1dari 80

Prof. H. Mas’ud Hariadi, MPhil., PhD.

, drh
Fakultas Kedokteran Hewan
UNIVERSITAS AIRLANGGA
BUNTING

?
Sapi dikatakan bunting apabila:
Di dalam uterusnya terdapat embrio atau
fetus hasil konsepsi/fertilisasi
Konsepsi/Fertilisasi

?
Konsepsi/Fertilisasi

Bertemunya (penggabungan/penyatuan) sel mani


(spermatozoa) dengan sel telur (ovum) di ampula
(sepertiga bagian atas) tuba falopii/oviduct
zygote (sigot)
Umur Kebuntingan ?
Saat kawin/inseminasi s/d Kelahiran

Saat fertilisasi s/d Kelahiran


Prof. H. Mas’ud Hariadi Drh., MPhil., PhD

DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SLIDE 8
Kelainan selama kebuntingan dapat terjadi
- Saat terjadinya fertilisasi
- Saat implantasi
- Saat bunting
- Saat melahirkan.

Pada patologi kebuntingan  gangguan pada


kehidupan fetus  apabila tidak segera dilakukan
pertolongan  diikuti dengan kematian fetus dalam
uterus, abortus atau kelahiran fetus yang mati.
EMBRIO ATAU FETUS DALAM PERKEMBANGANNYA
DIDALAM UTERUS ADA BEBERAPA KEMUNGKINAN
1. HIDUP NORMAL HINGGA LAHIR
2. EMBRIO MATI  DISEBUT KEMATIAN EMBRIO DINI
Embrio mati saat implantasi – umur 42 hari  akan
diserap dinding uterus / dikeluarkan bersama
cairan dari uterus
3. KEMATIAN FETUS (setelah pertengahan kedua masa
kebuntingan), FETUS TIDAK DIABORTUSKAN 
mumifikasi, maserasi, emfisema
4. KEMATIAN FETUS, DIABORTUSKAN

SLIDE 10
Kematian perinatal
yaitu kematian fetus antara 260 dalam kandungan –
beberapa jam setelah partus

Kematian postnatal
yaitu kematian anak baru lahir – beberapa hari
setelah lahir

SLIDE 11
KEMATIAN EMBRIO
Hari pertama – 45 hari setelah perkawinan/ IB 
periode embrio kondisi labil : embrio mudah
terkena pengaruh dari luar.
Kematian embrio dapat diketahui
1. Birahi diperpanjang
2. Terjadi biasanya saat implantasi.
apabila kematian embrio saat sebelum/sesudah implantasi 
diserap dinding uterus
3. Kematian embrio  pengukuran kadar progesteron
sapi, babi : hari ke 8-16 setelah IB
kambing domba: hari ke 9-15 setelah IB
kuda : hari ke 30-36 setelah IB

SLIDE 12
KEMATIAN EMBRIO DISEBABKAN
1. Faktor genetik
2. Faktor laktasi
3. Faktor infeksi
4. Faktor kekebalan
5. Faktor lingkungan
6. Faktor ketidak seimbangan hormon
7. Faktor pakan
8. Faktor umur induk
9. Faktor kesuburan spermatozoa
10. Faktor jumlah embrio, fetus dalam uterus
SLIDE 13
Faktor Genetik

• Perkawinan inbreeding  sifat jelek


induk/pejantan  sebelum implantasi  embrio
mudah kena pengaruh mutasi genetik
• Kelainan genetik  jumlah kromosom/ struktur
kromosom  kegagalan penyebaran/ susunan
kromatin selama meiosis dan mitosis dari sel telur/
sperma  menghasilkan :
- sel poliploid (penambahan kromosom :
2n + 1)
- aneuploid (pengurangan kromosom
(2n-1)
SLIDE 14
Faktor Laktasi
Selama laktasi terjadi :
- Ketidak seimbangan hormon
- Stress menyusui
- Produksi susu tinggi  embrio tidak mendapat
cukup makanan utk perkembangan
- Involusio belum sempurna, bila terjadi pembuahan
 kemampuan utk implantasi menurun  kematian
embrio  terjadi perpanjangan siklus birahi

SLIDE 15
Faktor Infeksi
MO banyak dalam uterus  kematian embrio
Bakteri masih ada saat melahirkan pada hari ke 10
Infeksi MO terjadi saat perkawinan, pakan tercemar,
Infeksi lewat kulit  racun endogen masuk peredaran
darah, terjadi radang kuku, ambing, paru, usus 
MO akan mengganggu implantasi/plasentasi 
kematian embrio

SLIDE 16
Faktor Kekebalan

Proses pembuahan  terjadi reaksi antigen antibodi


tubuh induk yg berasal dari sel mani dan sel telur.
Apabila imunosupresi tidak berjalan baik  antibodi
yag terbentuk mengganggu kehidupan embrio
Ketidakcocokan kekebalan asal induk dengan embrio
 kematian embrio, kematian fetus, kematian anak
setelah lahir.
 Akibat dari gol darah mengandung transferin (beta
globulin) dan antigen J (sapi)
 tipe hemoglobin BB x AB transferin (babi)

SLIDE 17
Faktor Lingkungan
- Peningkatan suhu lingkungan = stress  kematian
embrio – 19 hari setelah kawin/IB

Faktor Hormonal
Setelah fertilisasi  terbentuk embrio dan untuk memelihara
kebuntingan dibutuhkan Cl (penghasil progesteron).
Saat implantasi dibutuhkan keseimbangan hormon estrogen dan
progesteron. Periode kritis 8-19 hari setelah fertilisasi.
Embrio di Uterus  PGF dihambat  CL graviditatum
(memelihara kebuntingan). Pada sapi produksi progesteron
oleh CL bunting hingga saat melahirkan

SLIDE 18
Faktor pakan

Ke kurangan pakan  ggg ovulasi, fertilisasi,


perkembangan embrio
Pakan kalori tinggi sebelum kawin ovulasi berlebihan
bila terjadi pembuahan  ggg embrio  kematian
embrio dg gejala siklus birahi diperpanjang
Pakan berlebihan  obesitas  kematian embrio
Lamtoro (mimosin) berlebihan  ggg metab. Hormon
 respon ovarium menurun terhadap hormon
menurun  kematian embrio/fetus

SLIDE 19
Tanaman (mengandung genistein, biochianin A) 
menekan sekresi kelenjar kelamin  ggg transpor
sperma dan ggg fertilisasi

Tanaman fitoestrogen (Sweet clover)


Tanaman trifolium (isoflavon alkaloid)  gugus
hidroksil dalam rumen diubah senyawa estrogen 
kematian embrio/ keguguran

Rumput mengandung Nitrat (KNO3)  kematian


embrio/ abortus

Daun cemara  abortus umur 21-42 hari


SLIDE 20
Faktor Umur Induk

Umur tua  fungsi endokrin menurun  atoni uterus


 kematian embrio

Sapi, kuda umur 9 tahun


Babi bunting yang ke 5  kematian embrio
Domba umur 6 tahun  kematian embrio

Faktor kesuburan air mani


Fertile life sel mani 18-24 jam. Penyimpanan suhu
beku atau kurang baik  kematian embrio karena
berkurangnya DNA dalam inti sel mani
SLIDE 21
Faktor jumlah embrio atau fetus
Daya tampung uterus untuk menerima embrio dan
fetus tergantung dari sifat genetik

SLIDE 22
KEMATIAN FETUS

Mumifikasi adalah fetus mati dalam uterus tanpa


disertai pencemaran m.o, cairan fetus diserap oleh
dinding uterus setelah terjadi proses autolisis 
tubuh fetus kering, keras seperti kayu diikuti proses
involusio normal.

 Biasa terjadi pertengahan s/d akhir kebuntingan


 Diagnosa harus cepat karena fetus menetap dan
melampaui umur kebuntingan

SLIDE 23
Mumifikasi sapi bersifat hematik adalah sewaktu
karunkula mengalami involusio, terjadi perdarahan
antara endometrium dan selaput fetus  diikuti
absorbsi plasma darah sehingga sel darah merah,
gumpalan kotoran kemerahan/coklat  warna fetus
coklat dan selaput fetus mumifikasi.

Bisa juga mumifikasi hematik akibat kematian fetus


gen lethal bersifat resesif, torsio uteri, kelahiran
kembar

SLIDE 24
SYARAT TERJADI MUMIFIKASI
Fetus mati
Tidak ada udara dari luar masuk
Tidak ada mikroorganisme

PENYEBAB MUMIFIKASI
Kematian fetus non infeksius
Torsio uteri
Gangguan sirkulasi
Genetik
SLIDE 25
GEJALA MUMIFIKASI
Kegagalan birahi  korpus luteum persisten
Nafsu makan berkurang
Defekasi sukar  feses keras
Berdiri melihat kebelakang dan merejan
Kolik

TERAPI MUMIFIKASI
- Polipara  ditunggu saat lahir
- Penyuntikan : estrogen, PGF2 dan oksitosin
- Pengelupasan korpus luteum
SLIDE 26
Mumifikasi Foetus
MASERASIO FETUS (bubur fetus)
Adalah fetus mati dalam uterus disertai mikrooranisme,
berubah
menjadi massa menyerupai bubur dengan tulang fetus terapung

SYARAT TERJADI MASERASIO


Fetus mati
Terdapat udara dari luar masuk melalui vulva
Terdapat mikroorganisme disertai endometritis
Terjadi penghancuran fetus

PENYEBAB MASERASI
Kematian fetus infeksius
Infeksi : Trichomonas,
SLIDE Vibriosis 28
GEJALA MASERASIO
Selalu merejan, diikuti keluar nanah berbau busuk, warna hijau abu-abu
dari alat kelamin
Akut : Nafsu makan berkurang, suhu meningkat, nadi cepat, produksi
susu menurun dan diare
Kronis : Nafsu makan berkurang, suhu tidak meningkat, tidak merejan,
keluar eksudat mukopurulen 1 minggu - bulanan
EKSPLORASI REKTAL
Terasa Servik menebal , besar dan keras
Terasa massa seperti cairan
Teraba adanya tulang fetus
TERAPI MASERASIO
Sukar dan tidak ekonomis  dianjurkan dijual
- Penyuntikan : estrogen, PGF2 dan oksitosin
- Pengelupasan korpus luteum
SLIDE 29
EMFISEMA FETUS
adalah fetus mati dalam uterus disertai mikrooranisme
pembentuk gas sehingga fetus menjadi emphysematousm dan gas
tertimbun secara subkutan, intramuskuler dan rongga badan.
Biasanya pada bunting tua.

SYARAT TERJADI EMFISEMA FETUS


Fetus mati
Terdapat udara dari luar masuk
Terdapat mikroorganisme pembentuk gas

PENYEBAB EMFISEMA FETUS


Kematian fetus karena situs, posisi dan habitus yang abnormal  busuk
8-15 jam setelah fetus mati atau setelah 3-4 hari diinovasi bakteri pembusuk
 fetus membesar karena timbunan gas  uterus meregang  robek 
sepsis induknya
SLIDE 31
GEJALA EMFISEMA :
Kolik, gelisah, merejan
Nafsu makan berkurang
Produksi susu menurun, diare dan timpani
Sepsis / toksemia  nadi, nafas cepat
suhu tinggi
Alat kelamin  kotoran, bau, warna coklat
mukosa vagina kering & lengket
Eksplorasi rektal  suara cripitasi pada uterus

TERAPI EMFISEMA
Keluarkan fetus segera, Embriotomi  keluarkan gas fetus  irigasi 
antibiotika

SLIDE 32
ABORTUS
adalah kelahiran fetus dimana fetus dalam
keadaan mati atau tidak mempunyai daya
hidup diluar tubuh induknya  terjadi pada
umur 40 hari hingga akhir kebuntingan
PENYEBAB ABORTUS
1. ABORTUS BUATAN (ABORTUS PROVOCATUS)
2. ABORTUS KARENA NON INFEKSI
3. ABORTUS KARENA INFEKSI

SLIDE 33
ABORTUS BUATAN

Yaitu abortus dilakukan secara buatan sebelum waktu


kebuntingan berakhir dan fetus tidak mempunyai
kemampuan untuk hidup diluar tubuh induk.

Tujuan abortus buatan yaitu ekonomi untuk menjaga


keselamatan induknya misalnya:
- Umur induk terlalu muda
- Umur induk terlalu tua
- Hidrop alantois, torsio uteri,
- Kebuntingan diluar uterus
- Hernia uteri
- Induk ras murni dikawini pejantan ras lain (pada anjing)

SLIDE
ABORTUS PADA KEBUNTINGAN MUDA

1. Pakan yang kurang


2. Lingkungan tidak serasi
3. Terjatuh dikandang/lapangan/ ditanduk temannya
4. IB ulangan pada ternak bunting
5. Kekurangan hormon reproduksi
6. Makan daun beracun
7. Genetik
8. Tertular penyakit kelamin

SLIDE 35
ABORTUS PADA KEBUNTINGAN TUA

Jarang terjadi. Apabila terjadi abortus biasanya tidak


dikeluarkan oleh induk tetapi diserap dinding uterus
menjadi mumifikasi, maserasi dan emfisema.

SLIDE 36
PENYEBAB ABORTUS NON INFEKSIUS

1. Predisposisi
2. Gangguan organ kelamin
3. Gangguan fisiologi fetus
4. Gangguan dari luar
5. Genetik
6. Intoksikasi
7. Gangguan hormonal
8. Penyebab lain : pakan dan imunologi

SLIDE 37
1. PREDISPOSISI
Seleksi terlalu jauh  induk kelelahan  stess  abortus
Produksi susu >>  fetus kekurangaan makan  abortus
Umur induk terlalu muda  uterus belum siap  abortus

2. GANGGUAN ORGAN KELAMIN


Radang uterus
Jaringan ikat uterus banyak  fetus kurang makan
Pembilasan uterus saat bunting dengan antiseptik
Perobekan selaput fetus
Pemencetan korpus luteum
IB keliru pada induk bunting

SLIDE 38
3. GANGGUAN FISIOLOGIS FETUS
Kekurangan pakan, vitamin, mineral
Vit. A <  abortus umur tua, anak lahir lemah
Kelebihan pakan
Gangguan sirkulasi darah
4. GANGGUAN DARI LUAR TUBUH INDUK
Diperkejakan terlalu berat
Perjalanan jauh
Kandang sempit dan terlalu panas
Kandang curam  terpeleset
Eksplorasi rektal
Ditendang / ditanduk temannya
Terkejut

SLIDE 39
5. GENETIK
Inbreeding
Fetus kembar

6. INTOKSIKASI
* Pakan :
Hijaunan mengandung mimosin
Rumput rawa-rawa mengandung nitrit
Cemara  Taxol
Semanggi  estrogenik
* Hormon stimulan :
Estradiol dosis tinggi
Prostaglandin
Hidrokortison
* Obat –obatan :
Obat cacing Phenotiasin  teratogenik
Antibiotik
SLIDE
 teratogenik 40
7. GANGGUAN HORMONAL
Kekurangan hormon progesteron
Hormon estrogen berlebihan

8. FAKTOR LAIN
* Imunologi  divaksin
* Torsio uteri

SLIDE 41
ABORTUS SPONTAN
- Sapi perah, domba dan kuda
- Genetik, hormon, pakan
- Perkawinan umur muda  kuda abortus 5-7 bulan
- Kelainan kromososm  babi

ABORTUS BUATAN (PROVOCATUS)


- PGF2 
- Estrogen dosis tinggi (1000 -2000 X dosis normal)
- Progesteron dosis tinggi (1000-2000 X dosis normal)
- Oksitosin

SLIDE 42
PENYEBAB ABORTUS KARENA INFEKSIUS

PENYEBAB AWAL PERTENGAHAN AKHIR


KEBUNTINGAN KEBUNTINGAN KEBUNTINGAN
BAKTERI NON SPESIFIK
1, Coli (E.Coli,Proteus, Enterobacter) + + +
2. INsidental (Streptococcus, Stapilococcus, Pasteurella, + + +
Bacillus dan dipteri)
3. Corine bakterium pyogenes + + +
4. Gram - : Bacteriosid, fuso bakterium,Veilonella + + +
5. Gram + : Closteridium + + +

BAKTERI SPESIFIK
1. Campilobacteriosis - + (4-6 bulan) +
2. Brucellosis - + (> 5 bulan) +
3. Leptospira + + +
4. Listeriosis - - +

PROTOZOA
1. Trichomoniasi + + (4 bulan) >>>> +
2. Toxoplasmosis + + +
VIRUS
1. Bovin Viral Diaerheal (BVD) + + +
2. Infectious Postular Vulvovaginitis (IPV) + + (160 hari) +
3. Infectous Bovine Rhinotracheitis (IBR) - + (160 hari) +
4. Epizootic Bovine Abortion (EBA) - - +
5. Epididimis vaginitis (EPIVAG) - - -
JAMUR
1.Aspergilus fumigatus - + +
2. Absidia - + +
3. Mucor - + +
4. Rhizopus - + +
SLIDE 43
Patologi kebuntingan dapat dibagi menjadi
1. Kelainan plasenta
 Peradangan plasenta
 Perdarahan plasenta
 Tumor plasenta
 Hidrop selaput fetus
2. Kelainan letak fetus (kebuntingan diluar uterus)
3. Hernia uteri (kelaian letak uterus bunting)
4. Torsio uteri (kelainan sumbu memanjang uterus
bunting)
5. Prolapsus vagino cervikalis
PERADANGAN PLASENTA (PLASENTITIS)

Penyebab

- Kuman spesifik dan non spesifik yang berakibat dapat


terjadi perlekatan selaput fetus dengan mukosa uterus.
- Kuman yang sering menyerang adalah kelompok dari kokus,
E. coli, Corynebacterium piogenes dan Brucella abortus.

Peradangan ringan  tidak menimbulkan gejala


Peradangan berat  terlihat gejala ( nekrosis pada
plasentomnya.)
Lesio dapat terjadi meluas seluruh
plasenta atau sebagian

Kornua uteri yang tidak bunting tidak selalu menderita


radang, namun apabila kornua yang tidak bunting menderita
keradangan biasanya tidak separah pada kornua uteri
bunting.
Kotiledon dapat menderita keradangan (kotiledonitis),
nekrosa berwarna abu-abu & dapat juga vili-vilinya
menderita keradangan.

Kuman dapat berasal dari infeksi tubuh lain (mastitis,


pododermatitis = penyakit kuku, peritonitis) melalui aliran
darah sampai pada uterus bunting, pakan tercemar.

Plasentitis pada induk bunting  terjadinya oedem selaput


fetus, nekrosis dan pendarahan  menyebabkan
kematian fetus, abortus dan retensio sekundinarum.

Pencegahan : sanitasi kandang dan kualitas pakan

Pengobatan : pemberian antibiotika tergantung penyebabnya


Plasentitis

Kotiledonitis
Perdarahan Placenta  Jarang pada ternak, sering primata

Penyebabnya :
Trauma, tertanduk induk yang lain yang menyebabkan persobekan pada
mukosa uterus atau karunkula.

Gejalanya
 Perdarahan ringan  tidak menunjukkan gejala
 Perarahan hebat  penimbunan darah & pengeluaran darah hebat 
ggg pemberian darah ke fetus  fetus kekurangan nutrisi & oksigen 
fetus mati
 Keluar darah pada alat kelamin terutama saat induk berbaring, dari
uterus, servik atau vagina disebut dengan metroragia (paling sering
terjadi pada kuda).
 Perdarahan berjalan lama  terjadi anemia dan kematian.

Pengobatan :
- Istirahat total.
- Perdarahan banyak  dilakukan abortus buatan (abortus provokatus)
- karena servik terbuka.
- Uterus luka  diobati & hemostatika untuk menghentikan pendarahan
(adrenalin secara IM)
Tumor Plasenta  jarang terjadi
Kalau ada akibat hipertropi dari karunkula uterus
beratnya dapat mencapai 2-3 kg.
Hipertropi karunkula tidak mengganggu induk & fetus
dan anak dapat lahir normal.

Tumor plasenta dapat berbentuk mola/ papiloma yaitu


pertumbuhan sel epitel dinding uterus atau sel telur
yang telah dibuahi selanjutnya embrio mati namun
pemberian darah terus berjalan  tumbuh tenunan
abnormal.

Pertolongannya
Ditunggu hingga anaknya lahir, selanjutnya dilakukan
pertolongan.
Hidrop selaput fetus

Adalah suatu keadaan didalam selaput fetus mengandung


cairan yang berlebihan dan sering pada sapi dan kuda.
Secara normal cairan amnion 3-5 liter dan cairan alantois 8-15
liter

Pada hewan sering hidrop alantois dengan volume cairan


dapat mencapai 100 liter sehingga ternak kesulitan untuk
bergerak. (Manusia adalah hidrop amnion)

Keadaan yang mendorong terjadinya hidrop alantois adalah :


1. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju kedalam
darah
2. Adanya cairan transudation yang berlebihan akibat dari
 Pembendungan selaput fetus atau torsio tali pusat 
menyebabkan sirkulasi darah terganggu
 Gangguan sirkulasi darah dalam tubuh fetus sendiri seperti
gangguan jantung atau urine fetus yang berlebihan
Gejalanya

 Pembesaran perut sebelah kiri & bulat terjadinya perlahan -lahan


 Bila perut ditepuk maka bunyinya seperti bunyi tambur
 Nafsu makan menurun dan hewan terlihat kurus
 Pernafasan terganggu dan induk cepat lelah bila dikerjakan
 Bisanya terjadi pada umur kebuntingan 5 bulan keatas
 Kolik, timpani nafsu makan menurun, sering haus
 Defikasi dan kencing sedikit-dikit dan odem pada kaki
 Ekplorasi rektal : fetus sulit diraba karena banyak cairan,
Uterus mengisi seluruh rongga perut dan pelvis sehingga fetus dapat
mati sebelum lahir atau lahir dalam keadaan lemah
 Abortus disertai kontraksi uterus yang lemah.

Diagnosa
Perut membesar, timpani, asites
 Perkusi perut seperti tambur
Hidrops alantois
Pertolongan

Pertolongan utama : mengurangi cairan fetus dan


tergantung dari umur kebuntingan.

Terpenting adalah induk harus diselamatkan. Apabila


diagnosa dllakukan jauh sebelum saatnya fetus lahir,
maka pertolongannya adalah :
Mengurangi volume cairan alantois/amnion menjadi
normal tanpa mengganggu fetus menggunakan kanula/
trokar ukuran panjang disambung dengan slang.
Pengambilan cairan setiap minggu / tiap dua minggu
tergantung keadaan hidrops.
Abortus buatan dilakukan sebelum perut induk
membesar menggunakan alat pembuka servik dan
selaput fetus dirobek dan segera fetus dikeluarkan.
Apabila hidrops terjadi menjelang partus maka
pertolongannya adalah :
Partus buatan : fetus segera dikeluarkan
menggunakan suntikan PGF2, estradiol 17 dan
oksitosin
Pembukaan servik secara paksa menggunakan
tang dilatator, selaput fetus dirobek, cairan fetus
keluar diikuti dengan kelahiran anak
Kebuntingan diluar uterus = graviditas ektopi = extra
uterine pregnancy

Adalah kelainan kebuntingan ditandai perkembangan


embrio atau fetus diluar rongga uterus. Sel telur yang
telah dibuahi atau embrio yang berada diluar uterus
mengadakan hubungan langsung dalam penyediaan
nutrisi dengan jaringan atau organ tubuh lainnya bukan
dengan dinding uterus, sehingga embrio mengalami
perkembangan organogenesis sampai umur tertentu
dan fetus tetap berkembang selama pemberian nutrisi
dari induk berjalan baik. Namun fetus akan mati apabila
pemberian nutrisis tidak cukup
Kejadian kebuntingan diluar uterus ini ada 2 macam

Graviditas ektopi primer


adalah kebuntingan terjadi diluar uterus, pembuahan sel
telur dan sel spermatozoa diluar tuba falopii dan embrio
akan berkembang hingga waktu tertentu. Fetus dapat hidup
hingga dilahirkan (hanya pada manusia dan babi)

Graviditas ektopik sekunder


adalah kebuntingan terjadi diluar uterus, pembuahan sel
telur dan sel speramtozoa terjadi dalam tuba falopii,
kemudian embrio berpindah diluar uterus.disebabkan
gerak antiperistaltik dinding tuba  Embrio akan
berkembang hingga waktu tertentu selama nutrisi
terpenuhi. Biasanya fetus telah mati saat didiagnosa.
Penyebab kebuntingan diluar uterus :

Gangguan anatomi terutama tuba falopii dan uterus


sehingga sel telur tidak dapat masuk ke infundibulum
dari tuba falopii  pembuhan terjadi di luar tubafalopii
ATAU
sel telur dibuahi dalam tuba namun tidak dapat terjadi
implantasi dalam uterus
Kebuntingan diluar utertus ada 4 macam :

 Graviditas ovarika
adalah kebuntingan dimana sel telurnya langsung
sebelum atau segera setelah ovulasi dibuahi  embrio
berkembang dalam tenunan ovarium sampai waktu
tertentu kemudian mati karena tidak cukup nutrisi.
Embrio yang mati akan diserap oleh jaringan ovarium

 Graviditas tubarika
adalah kebuntingan dimana sel telurnya dibuahi dalam
tuba falopii, namun karena sesuatu sebab embrio tidak
dapat implantasi kedalam uterus. Embrio berkembang
didalam tuba falopii dan biasanya mati sebelum
berkembang menjadi fetus  berakibat terjadi
penyumbatan pada tuba falopii.
 Graviditas abdominalis
Adalah kebuntingan diluar uterus. Biasanya belum
sampai dilahirkan fetus telah mati tetapi dapat pula
fetus hidup hingga dilahirkan. Apabila kematian
anak masih muda maka akan diserap oleh dinding
abdomen namun apabila kematian anak > 3 bulan
maka terjadi mumifikasi. Apabila fetus dapat hidup
hingga dilahirkan maka dilakukan operasi

 Graviditas vaginalis
Adalah kebuntingan dimana embrio atau fetus
berkembang dalam uterus kemudian karena sesuatu
sebab berpindah kedalam vagina dan biasanya fetus
mati sebelum waktunya lahir
Hernia uteri = histerocele = burut uterus
Adalah suatu keadaan dimana induk bunting, uterus bersama fetusnya
masuk kedalam rongga hernia (rongga antara peritonim dan urat
daging perut dengan kulit perut biasanya terjadi pada akhir
kebuntingan

Penyebabnya

Terjadinya sobek pada peritonium dan lapisan muskularis lantai


dinding
perut namun kulit perut tidak terganggu, disebabkan trauma, ditanduk
temannya atau terjatuh, fetus terlalu besar, bunting kembar, bunting
disertai hidrops selaput fetus  terjadi tekanan intraabdominal kuat 
peritonium dan otot perut tidak dapat menahan beban diikuti dengan
perobekan  uterus beserta fetus masuk dalam rongga hernia. Tempat
hernia biasanya di kiri dan kanan dari linea alba antara pusar dan
ambing.
Gejalanya

- Bengkak dibawah perut ukuran kecil kemudian cepat membesar dan dinding
perut dapat encapai tanah
- Bengkak disekitar cincin hernia karena tekanan vena
- Palpasi sekitar hernia memberi reaksi kesakitan
- Nafsu makan berkurang, suhu tubuh meningkat, pernafasan cepat kotoran
keras

Diagnosa :

Palpasi bidang perut bagian bawah yang membengkak dan


gerakan fetus dapat dirasakan

Prognosa :
Cukup baik apabila segera diadakan pertolongan walaupun
tidak dapat sembuh secara penuh.
Hernia uteri biasanya tidak menyebabkan kematian bagi
induk .
DD/ tumor dinding uterus.
Pertolongan

Segera ditolong setelah didiagnosa hernia uteri.

Apabila terjadi sebelum saat kelahiran maka diberi papan


bagian perut bawah dan diikat hingga saat melahirkan
dengan harapan akan terjadi kelahiran secara normal.
Hati-hati usus dapat ikut masuk dalam rongga hernia.

 Pertolongan terbaik yaitu operasi dengan sayatan dinding


perut tempat hernia. Keluarkan fetus dan palasenta dengan
menyayat uterus  jahit lubang hernia

Biasanya hernia uteri akan terulang lagi saat kebuntingan


berikutnya  dianjurkan dikeluarkan dari peternakan
Torsio uteri
adalah perputaran uterus bunting pada sumbu memanjang, yang biasanya terjadi
pada ternak yang unipara dan selalu dikandangkan, induk umur tua, beberapa
kali melahirkan dan biasanya terjadi menjelang kelahiran akibat distokia.

Penyebab
 Kebuntingan sudah tua disertai kekurangan cairan  kedaan fetus tidak stabil
 Induk bunting berguling guling
 Induk beberapa kali melahirkan
 Ligamen lata dengan uterus kurang kuat
 Gerakan fetus berlebihan
 Induk terjatuh

Gejala
 Kolik hebat disertai tanda partus 8- 18 jam atau lebih namun belum terlihat merejan
 Pada tosio uteri dapat diikuti gangrena uteri, ruptura uteri emfisema fetalis

Diagnosa
 Diagnosa yang tepat adalah pemeriksaan secara rekplorasi vagina dan eksplorasi rektal

Pertolongan
 operasi
 penggulingan induk
 pemutaran fetus dan uterus berlawanan dengan arah torsio
Prolapsus vagino cervicalis

adalah prolapsus pada lantai dan dinding lateral dan


sebagian langi-langit vagina melalui vulva dengan cervik dan
vagina tertarik kebelakang. Sedangkan prolapsus vagina
cervikalis terjadi vagina dan cervik keluar melalui vulva.

Sering ditemukan pada kebuntingan umur 2-3 bulan sewaktu


hormon estrogen dikelurkan dalam jumlah banyak oleh
plasenta  menyebabkan relaksasi ligamen pelvis dan
mengalami oedem struktur disekitarnya dan vulva
mengalami relaksasi. Akibat dari tekanan intra-abdominal
akan mendorong dasar dan dinding vagina yang mengendur
melalui vulva.

Sering terjadi pada hewan pluriipara dan dikandangkan.


Kejadian akan lebih parah pada kebuntingan berikutnya.
Gejalanya
Pada keadaan ringan dinding vagina yang prolaps
dapat kembali keposisi semula sewaktu hewan berdiri.
Pada kasus parah kasus prolaps vagina cervikalis dapat
nekrosa dan diikuti prolap rektum
Derajat vulvitis tergantung lamanya prolap dan kuman
yang menyerang organ yang mengalami prolaps 
perdarahan, oedem, iritasi alat kelamin akibat
kongesti vena
Pemeriksaan vagina dan rektal penting untuk
mengetahui fetus masih hidup atau sudah mati
Prognosa
Prolaps vagino cervikalis tergantung dari lamanya
prolaps dan keparahannya
Pronosa baik untuk induk dan fetus kecuali kondisi
yang parah dan tidak segera ditangani.
Biasanya prolaps akan berulang pada kebuntingan
berikutnya sehingga dianjurkan untuk dipotong
Pertolongan
Tergantung dari kondisi prolaps, kebuntingan dan
kesanggupan peternak untuk mengamati dan menjaga
hingga melahirkan
Apabila prolaps dapat dipertahankan hingga akir
kebuntingan maka penjagaan harus ketat dan hewan
diletakkan pada kandang yang miring bagian belakang
dan beri suntikan progesteron setiap hari
Vagina dan cervik harus di kembalikan pada keadaan
semula dengan dianastesi epidural menggunakan
prokain 2% 2-10 ml.
Posisi hewan sebaiknya berdiri dengan lantai belakang
lebih tinggi untuk memudahkan memasukkan vagina
dan cervik.
 Organ yang propals harus dibersihkan dengan
antiseptik dan antibiotik untuk menghindari infeksi.
Prolapsus vagino cervicalis
Prolapsus vagina
Distokia
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai