Anda di halaman 1dari 15

KONSEP

PEMBELAJARAN
KLINIK
NYOMAN
BUDIANI
POKOK BAHASAN

PENGERTIAN PEMBELAJARAN KLINIS

PRINSIP PEMBELAJARAN KLINIK

TUJUAN PEMBELARAN KLINIK

STANDAR KOMPETENSSI

Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif


Pembelajaran Klinik ?

Pengalaman pembelajaran klinik merupakan bagian penting dalam


program penddkan kesehatan, karena memberikan pengalaman yang
kaya kepada peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
di peroleh ke dalam situasi nyata (Reillt dan Oermann, 1992).
Pembelajaran klinik dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan klinik, sebagai manifestasi dari keterpaduan
kemampuan menalar secara ilmiah dan etik berdasarkan masalah
nyata (melatih professional judgement).
Pembelajaran yang diberikan dalam setting klinis adalah suatu
bentuk pembelajaran yang memadukan penerapan pengetahuan
teoritis dengan teknis, termasuk penerapan pengetahuan tentang
manajemen pekerjaan dan hubungan interpersonal dalam
menangani kasus / klien nyata secara komprehensif( Margot
Phaneuf, 2014)
Memungkinkan pesera didik untuk beralih dari pengetahuan
teoritis ke penerapan pengetahuannya dalam praktik.
Memperkuat asimilasi pengetahuan melalui
pengulangan.
Prinsip pembelajaran klinik
 Pengalaman belajar teori dan praktik lab harus dimiliki sebelum
pembelajaran klinik.
 Praktik klinis memerlukan pemikiran kritis dan kemampuan memecahkan
masalah, keahlian psikomotor dan teknologi khusus, serta sistem nilai
profesional.
 Selama proses pembelajaran klinik terjadi proses interaksi antara
pembimbing klinik, mahasiswa, dan pasien.
 Mahasiswa belajar memberikan pelayanan kebidanan kepada ibu
/ pasien sesuai dengan standar pelayanan.
 Peran pembimbing klinik adalah bimbingan hingga peserta didik menjadi
kompeten. Pembimbing klinik menginduksi, memberikan support
/memfasilitasi, dan memberikan bimbingan.
 Kehadiran pembimbing klinik memberikan jaminan bahwa pasien memeroleh
pelayanan kebidanan sesuai standar (berkualitas).
Tujuan Pembelajaran klinik
 Umum: mahasiswa memeroleh pengalaman belajar untuk menerapkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan professional berdasarkan standar profesi
bidan secara terintegrasi dalam situasi nyata di berbagai tatanan pelayanan
kebidanan.
 Khusus:
1. mengembangkan kompetensi mahasiswa, meliputi keterampilan psikomotor,
komunikasi interpersonal, kemampuan pengambilan keputusan; dan
kemampuan untuk mengelola emosionalnya.
2. mengembangkan kemampuan bekerja sama dalam tim pelayanan
kebidanan secara harmonis.
3. memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan dunia kerja
yang nyata.
Standar Kompetensi
Kompetensi pembelajaran praktik adalah
 kecakapan dalam melakukan suatu tindakan atau kelompok
tindakan pada tingkat tertentu
 Suatu keterampilan yang didasari pengetahuan dan sikap
professional

Tiga tahap kegiatan belajar praktik:


1. Aktif praktik – aktif berpartisipasi
2. Refleksi
3. Umpan balik – konstruksi – pengubahan keterampilan
SIMPLE
UNSKILLE DOES NOT KNOW ANYTHING TASKS
D ABOUT
KNOWS ABOUT
C
O
G
N
I
T
I
V
E

P
HCAN DO WELL
Feedback and reflection A
S
OUTOMATIC PHASE ECAN DO WELL
CONSISTENTLY
K
N BE
CAN
Feedback and reflection
O
TRUSTED
W CAN
SKILLED
MODIFY
S TO COMPLEX
Continuum of learning
TASKS
Piramida Miller
Tujuh area kompetensi Bidan Indonesia

Area Kompetensi 1 : Etik Legal dan Keselamatan Pasien


Kompetensi Inti:
 Berperilaku profesional, memiliki etika dan bermoral terhadap isu etik maupun aspek legal dalam
praktik kebidanan yang berorientasi pada keselamatan ibu, bayi & anak termasuk perempuan dalam
konteks keluarga dan masyarakat.

Area kompetensi 2 : Komunikasi efektif


Kompetensi inti :
 Mampu berkomunikasi efektif secara verbal dan non-verbal dengan pasien/ perempuan, keluarganya,
masyarakat, sesama profesi, antar profesi kesehatan, dan stakeholder
Area kompetensi 3: Pengembangan diri dan profesionalisme
KOMPETENSI INTI :
 Mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terkini, menyadari
keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen
terhadap profesi bidan.

Area kompetensi 4: Landasan ilmiah praktik kebidanan


Kompetensi Inti :
 Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu biomedik, ilmu kebidanan, neonatologi, ilmu sosial,
ilmu kesehatan masyarakat, biokimia, fisika kesehatan, bioetik, humaniora dan ilmu perilaku
untuk mempersiapkan dan memberikan asuhan prekonsepsi, selama kehamilan, persalinan,
nifas, menyusui, bayi dan balita, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
dalam rangka mencapai kualitas kesehatan ibu, bayi dan balita yang optimal.
Area kompetensi 5 : Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
Kompetensi Inti :
 Bidan memiliki keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu kebidanan/midwifery dan ilmu lain
yang menunjang dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada perempuan
sepanjang siklus reproduksinya, bayi, balita, anak usia prasekolah dengan melibatkan keluarga
dan masyarakat

Area kompetensi 6: Promosi kesehatan dan konseling


Kompetensi Inti
 Mampu melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai kesehatan masyarakat pada
umumnya, dan kesehatan perempuan sesuai dengan tahap perkembangan siklus reproduksinya.

Area kompetensi 7: Manajemen dan kepemimpinan


Kompetensi Inti:
 Mampu merencanakan, mengelola dan mengevaluasi secara komprehensif sumber daya
dibawah tanggung jawabnya dengan memanfaatkan IPTEK untuk menghasilkan langkah-
langkah strategis pengembangan profesi dan organisasi.
FAKTOR YANG MEMENGARUHI MAHASISWA
BELAJAR

1. Pola belajar
 belajar dari pengalaman konkrit
 belajar dengan observasi dan refleksi
 belajar dengan partisipatif aktif

2. Kesukaan / gaya belajar


 vision melihat  visual presentation
 auditory  mendengar  sound
 Kinaestesi  tindakan  movement
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
 Suasana kondisif merupakan situasi dan kondisi yang memungkinkan
tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
 (Muchtadi, 2015), faktor yang harus diperhatikan adalah :
1. pembelajaran berorientasi pada mahasiswa/peserta didik
2. penghargaan pendidik terhadap partisipasi aktif peserta didik selama proses
pembelajaran.
3. pendidik bersifat demokratis selama mengelola pembelajaran
4. permasalahan yang ada/timbul, harus dibahas secara dialogis
5. lingkungan kelas (tempat belajar) disetting sesuai topic / materi yang
dibahas
6. menyediakan berbagai sumber belajar yang dapat diakses oleh
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai