Anda di halaman 1dari 25

Proktitis, abses perianal

Arju miftahyudin 31191006


Kasus 1
Identifikasi masalah
 KU : nyeri pada saat BAB
 Onset: 1 minggu dan bertambah berat
 Keluhan tambahan: nyeri pada bagian perut

bawah, BAB bersampur lendir dan darah.


Identifikasi masalah
Pemeriksaan fisik
 Status generalis

Suhu 37,8 C (demam)


 Status lokalis

abdomen: nyeri tekan regio suprapubic


RT : nyeri (+), darah dan feses (+)
Pemeriksaan penunjang
 Hb 8,9 (anemi), leulosit 14.500
(leukositosis)
Diagnosis
 Dx : proktitis
 Bagaimana cara mendiagnosis? Dengan

mengetahuin definisi, anatomi, etiologi,


patof, manifestasi klinis, anamnesis, pf, pp.
Definisi
 Proktitis adalah inflamasi pada anus dan
bagian distal rektum yang sering didiagnosis
dalam konteks inflammatory bowel
disease (IBD). Proktitis dapat disebabkan oleh
banyak hal, seperti infeksi, penyakit
autoimun, trauma, dan radiasi.
Anatomi
Etiologi
 Etiologi proktitis antara lain
 kolitis ulseratif,
 radiasi kronik,
 proktopati,
 diversion proctitis.
 Proktitis juga bisa disebabkan oleh

infeksi Clostridium difficile, infeksi enterik,


dan penyakit menular seksual.
 Penyebab lain mencakup iskemia, vaskulitis,

toksin, atau efek samping pengobatan.[4]


Patofisiologi
 Inflamasi pada mukosa rectum mengenai
bagian lamina propria dan terjadi edema.
Keadaan tersebut dapat sembuh atau
berkembang menjadi fibrosis dan terjadi
endarteritis sehingga terjadi iskemia jaringan
rectum dan mukosa menjadi rapuh. Terjadi
perdarahan.
Manifestasi klinis
 Nyeri pada rectum dan anus

 Nyeri saat BAB, menghindari BAB karena nyeri

 Perdarahan pada rectum

 Mukus yang keluar dari rectum

 Nyeri di abdomen bagian bawah

 Demam
Diagnosis
Anamnesis
 Apakah terdapat rasa nyeri pada bagian

anorektal,
 Apakah terdapat sekret rektal mukopurulen

bercampur darah.
 tenesmus, konstipasi, dan demam.

 Apakah ada riwayat gonorrhea, klamidia, 

kolitis ulseratif, crohn's disease, radiasi, dan


operasi kolon.
Pemeriksaan fisik
 pemeriksaan fisik anal dan rektum akan
ditemukan mukosa eritema, mucosal
friability, dan sekret mukoid atau hemoragik.
Selain itu, juga bisa tampak vesikel yang
erosi, pembesaran kelenjar getah bening
inguinal, dan telangiektasia.
Pemeriksaan penunjang
 pemeriksaan untuk klamidia
menggunakan Nucleic Acid Amplification
Test (NAAT), gonorrhea dengan pewarnaan
gram , dan sifilis menggunakan mikroskop
lapangan gelap dan serologi.
 Pada pemeriksaan feses, bisa didapatkan

darah samar positif.


  anoskopi, proktosigmoidoskopi, atau

kolonoskopi.
Tatalaksana
 Pasang iv line
 Pemberian analgetic dengan OAINS untuk

mengurangi nyeri
 Pertimbangkan pemberian antibiotic
 Beri pelunak feses.
 Konsultasi dokter bedah untuk evaluasi dan

tatalaksana selanjutnya.
Tatalaksana
 SESUAI ETIOLOGI

 Antibiotik🡪 jika proktitis disebabkan oleh infeksi bakteri.

 ,Antivirus 🡪 jika proktitis disebabkan oleh infeksi akibat


virus (misalnya herpes).

 Obat pelunak tinja dan prosedur pelebaran rektum atau


ablasi,🡪 jika proktitis disebabkan oleh efek samping
radioterapi.

 Obat anti-inflamasi dan obat imunosupresif 🡪jika proktitis


disebabkan oleh radang usus.
Referensi
 Irizarry L. Acute Proctitis Clinical Presentation.
Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/775952-
overview
 E Hamlyn, C Taylor. Sexually Transmitted Proctitis.

Postgrad Med J. 2006 Nov; 82(973): 733–736.


 Meseeha M, Attia M. Proctitis And Anusitis.

[Updated 2020 Aug 11]. In: StatPearls. Treasure


Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430892/
Kasus 2
Identifikasi masalah
 KU : bengkak sekitar anus dan terasa nyeri.
 Onset : 3 hari
 Pasien sudah berobat tapi blom sembuh
 SG  suhu : 38,5 C (demam)
 ST a / r perianal:arah jam 3, 3cm dari anal

verge, ditemukan edema (+), hiperemia (+),


luka (-), fluktuasi (+), nyeri (+)
Pp leukosit 20.300/ml
Diagnosis
 Dx : abses perianal
 Cara mendiagnosis? Dengan melakukan

anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.
Anamnesis

 Apakah nyeri sekitar anus, dengan bengkak dan


kemerahan.
 Apakah ada nyeri pada pelvis.
 apakah merasa demam.
 Riwayat infeksi pelvis, adanya penyakit

pencernaan, dan penyakit infeksi anorektal.


 riwayat seksual dan infeksi menular seksual
 Ada Riwayat susah buang air besar.
Pemeriksaan fisik
 Pada inspeksi anoperineum bisa didapatkan
eritema superfisial dengan fluktuasi dan nyeri
tekan.
Pemeriksaan penunjang
  CT Scan, USG, MRI, atau fistulografi dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan abses
yang tersembunyi, fistula yang kompleks,
atau abses perianal terkait Crohn’s disease.
Tatalaksana
 Insisi dan Drainase
 Berikan Anestesi lokal dapat dilakukan

dengan lidocaine 1% yang diinjeksikan ke


jaringan sekitar abses. Sebelom insisi dan
drainase.
 Selanjut nya dirujuk ke dokter spesialis bedah

untuk evaluasi dan tatalaksana lanjut.


Daftar pustaka
  Gossman, W., A. Waheed, and B. Emmanuel. Perianal
Abscess. StatPearls [Internet] 2019; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459167/.
 Sahnan, K., et al., Perianal abscess. BMJ, 2017. 356:
p. j475. https://
www.bmj.com/content/bmj/356/bmj.j475.full.pdf
 Vogel JD, Johnson EK, Morris AM, et al. Clinical
Practice Guideline for the Management of Anorectal
Abscess, Fistula-in-Ano, and Rectovaginal Fistula. Dis
Colon Rectum 2016; 59: 1117–1133. DOI:
10.1097/DCR.0000000000000733

Anda mungkin juga menyukai