Anda di halaman 1dari 27

Adab Berbagai Hubungan

1 ◦ BAB 4 FASAL KEDUA

11 Hak-hak Sesama Muslim;

22 Hak-hak Kedua Orang Tua dan Anak;

"Sesungguhnya orang-orang 33 Hak-hak Kerabat dan Keluarga;


Mu'min itu bersaudara" (al-
Hujurat: 10)
44 Hak-hak Tetangga;

55 Adab Hubungan Kehidupan Suami-Istri;

66 Adab Hubungan Persaudaraan; dan

77 Adab Pergaulan dan Interaksi dengan Beragam Manusia


(2) HAK-HAK KEDUA ORANG TUA
DAN HAK-HAK ANAK
◦ Nabi SAW bersabda:
◦ "Anak tidak dapat membalas kedua orang tuanya hingga dia mendapatinya sebagai budak lalu dibelinya dan dimerdekakannya. "
◦ "Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih utama ketimbang shalat, shadagah, puasa, haji, umrah dan jihad di jalan Allah. "
◦ "Berbuatlah baik kepada ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu dan saudara lelakimu, kemudian orang yang paling dekat denganmu dan
seterusnya. "
◦ Abu Sa'id al-Khudri berkata: Seorang lelaki berhijrah kepada Rasulullah saw dari Yaman dan ingin jihad, lalu Rasulullah saw bertanya, 'Apakah di
Yaman masih ada kedua orang tuamu?'. Orang itu menjawab, "Ya." Nabi saw bertanya, "Apakah keduanya telah mengizinkanmu?" Orang itu
menjawab, Tidak." Nabi saw bersabda: "Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan mintalah izin dari keduanya. Jika keduanya mengizinkan maka
kamu boleh berjihad, jika tidak mengizinkan maka kamu harus berbuat baik kepada keduanya, karena hal itu merupakan sebaik-baik apa yang kamu
pakai bekal untuk bertemu Allah setelah tauhid.
◦ Seseorang datang kepada Nabi saw untuk meminta pendapatnya tentang partisipasinya dalam peperangan, lalu Nabi saw bertanya, "Apakah kamu
masih punya ibu?" Orang itu menjawab, "Masih." Nabi saw bersabda: "Dampingilah dia karena sesungguhnya sorga berada di kedua kakinya.
◦ Kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah wafat:
◦ Mendoakan
◦ Memintakan ampunan kepada Allah
◦ Menunaikan janji
◦ Menghormati temannya
◦ Menyambung hubungan kerabat yang tidak dapat disambung kecuali dengan keduanya
Hak-Hak Anak
◦ Nabi saw bersabda: "Setiap bayi tergadai oleh aqiqahnya; disembelihkan (kambing) untuknya pada hari ketujuh dan dicukur
rambutnya.«
◦ Seseorang datang kepada Abdullah al-Mubarak mengadukan sebagian anaknya. Abdullah al-Mubarak bertanya, "Apakah kamu
telah mendo'akan kecelakaannya?" Orang itu menjawab, "Ya." Abdullah al-Mubarak berkata, "Kamu telah merusaknya.«
◦ Dianjurkan bersikap lemah lembut kepada anak.
◦ Al-Aqra' bin Habis melihat Nabi saw menciumi cucunya, al-Hasan, lalu al-Aqra' berkata, "Sesungguhnya aku punya
sepuluh anak tetapi aku belum pernah mencium seorang pun diantara mereka." Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya orang
yang tidak menyayangi tidak akan disayangi.«
◦ Abdullah bin Syadad berkata, "Ketika Rasulullah saw mengimami orang-orang, tiba-tiba Husain datang lalu menaiki
tengkuknya ketika sedang bersujud, lalu Nabi saw memanjangkan sujud hingga orang-orang mengira telah terjadi
sesuatu. Seusai shalat, orang-orang berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnyaengkau telah memanjangkan sujud hingga
kami mengira telah terjadi sesuatu. " Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya cucuku telah menaikiku lalu aku tidak ingin
menyegerakannya sebelum dia memenuhi kebutuhannya.
1. kedekatAllah, karena saat hamba yang paling dekat kepada Allah adalah pada saat bersujud.
2. Sikap lemah lembut dan berbuat baik kepada anak.
3. Pengajaran kepada ummatnya.
(3) HAK-HAK KERABAT DAN
SANAK KELUARGA
◦ Nabi saw bersabda:
◦ Allah ta’ala berfirman: 'Aku adalah Tuhan Yang Maha Rahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga), Aku
ambilkan namanya dari nama-Ku; barangsiapa menyambungnya maka Aku pasti menyambungnya danbarangsiapa
memutuskannya maka Aku akan menghancurkannya'."
◦ "Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya maka hendaklah dia takut kepada Allah dan
menyambung kerabatnya.
◦ Ditanyakan kepada Rasulullah saw: "Siapakah orang yang paling utama ? "Nabi saw bersabda: "Orang
yang paling bertaqwa kepada Allah, paling banyak menyambung kerabatnya, paling banyak
memerintahkan yang ma 'ruf dan paling banya mencegah yang mungkar. "
◦ Nabi saw bersabda: "Shadagah kepada orang-orang miskin adalah shadaqah sedangkan kepada kerabat
bernilai ganda.«
◦ Ketika ingin menginfaqkan kebunnya yang sangat disenanginya, dalam rangka mengamalkan firman
Allah: "Kamu tidak akan mencapai kebajikan sehingga kamu menginfaakan apa yang kamu cintai," Abu
Thalhah berkata, "Wahai Rasulullah, kebun itu (aku infaqkan) dijalan Allah, untuk orang-orang fakir dan
miskin." Nabi saw bersabda: "Allah telah memberimu pahala; bagikanlah kepada kerabatmu."
(4) HAK-HAK TETANGGA
◦ Tetangga Muslim memiliki hak untuk mendapatkan apa yang menjadi hak setiap Muslim dan tambahannya.
Nabi saw bersabda: "Berbuatlah baik dalam bertetangga dengan orang yang bertetangga denganmu niscaya
kamu menjadi Muslim." (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Qudha)
◦ Nabi saw bersabda: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan
tetangganya." (HR. Bukhari dan Muslim)
◦ Nabi saw bersabda"Seorang hamba tidak beriman sehingga tetangganya merasa aman dari berbagai
gangguannya."(HR. Bukhari)
◦ Diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada Ibnu Mas'ud ra seraya berkata, "Sesungguhnya aku punya
tetangga yang menyakitiku, mencelaku dan mempersulitku." Ibnu Mas'ud berkata, "Pergilah, jika dia
bermaksiat kepada Allah dalam memperlakukanmu maka ta'atlah kamu kepada Allah dalam
menghadapinya."
Hak Tetangga secara Umum

Tidak banyak bertanya


Tidak berbicara panjang Melakukan ta'ziyah bila Menghadiri undangan
Memulai memberi salam tentang keadaannya agar Membesuknya bila sakit
lebar dengannya mendapat musibah makannya
tidak menyulitkannya

Menampakkan Tidak mengganggunya


Mengucapkan selamat Mema'afkan Tidak membuang kotoran
keikutsertaan dalam Tidak melihat auratnya dengan membuang
dalam kegembiraannya kekeliruannya di depan halam rumahnya
kegembiraannya sampah di saluran airnya

Tidak memandangi apa Memberinya semangat Tidak lalai mengawasi


Tidak mempersempit Menutupi auratnya yang Tidak mencuri dengar
yang dibawanya ke dalam bila tengah menghadapi rumahnya bila sedang
jalannya ke rumah terbuka pembicaraan
rumah musibah pergi

Menundukkan pandangan Tidak memandangi Bersikap lemah lembut Masalah agama dan dunia
membimbingnya tentang
dari istrinya pembantunya kepada anak-anaknya yang tidak diketahuinya
◦ Mujahid berkata, "Aku pernah berada di sisi Abdullah bin Umar sedangkan pembantunya tengah menguliti seekor kambing,
lalu dia berkata, 'Wahai pembantu, apabila kamu telah selesai menguliti maka mulailah (membagikannya) kepada tetangga kita
orang Yahudi itu'. Ia mengatakan hal itu berkalikali hingga pembantunya berkata, 'Berapa kali kamu mengatakan hal ini?‘
Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw senantiasa berwasiat agar memperhatikan tetangga sehingga kami
khawatir bahwa dia akan mewarisinya."
◦ Aisyah ra berkata, Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya dua tetangga, salah satunya pintu rumahnya
menghadap kepadaku sedangkan yang lain agak jauh dariku. Terkadang apa yang aku miliki tidak cukup untuk keduanya, lalu
yang manakah yang lebih berhak? Nabi saw bersabda: "Orang yang pintu rumahnya menghadap kepadamu.
◦ Abdullah berkata, Seorang lelaki berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana aku bisa mengetahui apabila aku menjadi orang baik
atau orang buruk?" Nabi saw menjawab: " Apabila kamu mendengar para tetanggamu mengatakan bahwa kamu baik maka
kamu adalah orang baik dan apabila kamu mendengar mereka mengatakan bahwa kamu buruk maka kamu adalah orang
buruk. " (HR. Ahmad & Thabrani)
(5) ADAB HUBUNGAN SUAMI-ISTRI
1. Walimah pada saat Pernikahan

◦ Anas ra berkata: "Rasulullah saw melihat bekas warna kuning pada Abdur Rahman bin Auf ra lalu Nabi saw
bertanya, "Apa ini?" Abdur Rahman menjawab, "Aku telah menikahi seorang wanita dengan (mahar) seberat
kerikil dari emas." Nabi saw bersabda: "Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah walimah sekalipun dengan
seekor kambing. (HR. Bukhari & Muslim)
◦ Dianjurkan memberi ucapan selamat dengan mendo'akan: Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a
bainakumaa fii khoir (Semoga Allah memberkatimu dalam suka dan duka, dan menghimpun Anda berdua
dalam kebaikan)
◦ Dianjurkan pula mengumumkan pernikahan. Nabi saw bersabda:
◦ "Pembeda antara yang halal dan yang haram adalaii rebana dan suara. “(HR. Tirmidzi)
◦ "Umumkanlah pernikahan ini dan lakukanlah di dalam masjid, dan tabuhlah rebana untuknya. (HR. Tirmidzi)
2. Berakhlaq Baik kepada Mereka (Para Istri) dan bersabar menghadapi
gangguan mereka karena menyayangi mereka

◦ Allah berfirman:
◦ "Dan pergaulilah mereka dengan ma 'ruf. " (an-Nisa': 19)
◦ Dalam rangka menghargai hak mereka: "Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang
kuat. " (an-Nisa': 21)
◦ "... dan teman sejawat... "(an-Nisa': 36). Dikatakan: Ia adalah wanita.
◦ Wasiat Rasulullah saw: "Takutlah Allah dalam memperlakukan wanita, karena mereka adalah tawanan di tangan
kalian; kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan kalian halalkan farji mereka dengan kalimat Allah. "481)
◦ Tidak menyakiti mereka dan juga harus bersabar menerima gangguan mereka serta bersabar menghadapi kemarahan
mereka, sebagaimana teladan yang diberikan Rasulullah saw.
◦ Anas ra berkata: Adalah Rasulullah saw orang yang paling sayang kepada wanita dan anak-anak.
3. Meningkatkan kesabaran menghadapi gangguan mereka
dengan cumbu rayu, gurauan dan kemesraan, karena tindakan ini dapat
menghibur hati wanita.

◦ Rasulullah saw biasa bercanda dengan istri-istrinya dan mengikuti tingkat pola berfikir mereka dalam
pekerjaan dan akhlaq, hingga diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah berlomba jalan cepat dengan
Aisyah ra lalu Aisyah mengalahkannya kemudian pada kesempatan lain Nabi saw dapat membalasnya,
lalu bersabda: "Yang ini membalas yang itu.«
◦ Rasulullah saw bersabda:
◦ "Orang Mu 'min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya dan paling lemah lemah
lembut kepada istrinya.«
◦ "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrirtya, sedangkan aku adalah orang yang paling baik
kepada istriku.
4. Tidak berlebihan dalam kemesraan dan tidak memperturutkan
hawa nafsu mereka hingga merusak akhlaq mereka dan menjatuhkan wibawa di
hadapan istrinya, tetapi menjaga keseimbangan dengan tidak membiarkan
kemungkaran dan tidak membuka peluang dukungan kepada kemungkaran sama
sekali

◦ Allah menamakan orang lelaki sebagai pemimpin bagi wanita dan menyebut suami sebagai tuan, firman-
Nya: "Dan kedua-duanya mendapati tuan (suami) wanita itu di muka pintu." (Yusuf: 25).
◦ Suami harus menempuh jalan seimbang dalam menentang dan memperturutkan (istri). Suami harus
mengikuti kebenaran dalam semua hal tersebut, karena wanita biasanya berperangai buruk sedangkan
Suami tidak dapat berlaku proporsional dan adil kepadanya kecuali dengan semacam ramuan antara
kelemahlembutan dan kecerdikan.
◦ Nabi saw bersabda: "Tiga (hal) termasuk kemiskinan: ... wanita yang apabila kamu masuk kepadanya
maka dia memakimu, dan apabila kamu tidak ada maka dia mengkhianatimu. "
◦ Nabi saw bersabda: " Tidak akan berjaya suatu kaum yang mengangkat wanita menjadi kepala negara
mereka."(HR. Bukhari). Jadi, pada diri mereka ada keburukan dan kelemahan.
◦ Terapi keburukan adalah kebijaksanaan dan ketegasan
◦ Terapi kelemahan adalah kasih sayang dan kelemahlembutan.
5. Proporsional dalam Kecemburuan
◦ Tidak mengabaikan masalah-masalah prinsipil yang dikhawatirkan dapat menimbulkan keburukan-nya dan tidak
berlebihan dalam berprasangka buruk, memperketat dan mencari-cari hal-hal yang tersembunyi.
◦ Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya diantara kecemburuan ada kecemburuan yang dibenci Allah yaitu
kecemburuan seorang suami kepada istrinya tanpa ragu-ragu." Karena hal itu termasuk prasangka buruk yang
terlarang, sebab sebagian prasangka adalah dosa.
◦ Ali ra berkata, "Janganlah kamu terlalu banyak cemburu kepada istrimu lalu dia dituduh tidak baik karena kamu
sendiri. Sedangkan kecemburuan yang proporsional sangat diperlukan dan terpuji.“
◦ Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah ta 'ala cemburu dan orang Mu 'min pun cemburu. Kecemburuan Allah
adalah terhadap seorang Mu 'min yang melakukan apa yang diharamkan Allah kepadanya.“ (HR. Bukhari &
Muslim)
◦ Cara Menghindarkan kecemburuan:
◦ Tidak memasukkan orang lelaki lain ke rumahnya
◦ Tidak keluar ke pasar
◦ Wanita boleh keluar dengan izin suaminya, tetapi tidak keluar lebih selamat
◦ Bila keluar, maka wanita harus menundukkan pandangannya dari kaum lelaki
6. Wajar dalam Memberikan Nafkah
◦ Tidak terlalu pelit dan tidak terlalu berlebih-lebihan, tetapi pertengahan
◦ Allah berfirman: "Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan." (al-A'raf: 31).
◦ Nabi saw bersabda:
◦ “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.“ (HR. Tirmidzi)
◦ “Dinar yang kamu nafkahkan dijalan Allah, dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, dinar yang kamu
shadaqahkan kepada orang miskin, dan dinar yang kamu nafkahkan kepada istrimu, yang paling besar pahalanya adalah
yang kamu nafkahkan kepada istrimu.” (HR. Muslim)
◦ Ia (suami) harus memerintahkan istri agar menyedekahkan kelebihan makanan dan apa yang bisa rusak seandainya
dibiarkan.
◦ Suami juga tidak boleh 'memonopoli' makanan yang baik untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada
keluarganya.
◦ Diantara hal penting yang harus diperhatikannya dalam nafkah ialah memberi istri makanan yang halal dan tidak
memasukkan hal-hal yang tidak baik kepada keluarga
7. Hendaknya suami belajar tentang haidh dan hukum-hukumnya agar
dapat menghindari hal-hal yang wajib dihindari, dan mengajarkan
kepada istri hukum-hukum shalat, karena suami diperintahkan agar
menyelamatkan istri dan keluarganya dari api neraka

◦ "Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka." (at-Tahrim: 6)
◦ Suami berkewajiban untuk mengajarkan:
◦ Aqidah Ahlus Sunnah
◦ Membersihkan hatinya dari segala bid'ah
◦ Menumbuhkan rasa takut kepada Allah jika dia menyepelekan urusan agama
◦ mengajarkan hukum haidh, istihadhah dan segala hal yang diperlukannya
◦ Jika istri telah mengetahui berbagai kewajibannya maka dia tidak boleh keluar menghadiri majlis dzikir
atau majlis ta'lim yang bersifat sunnah kecuali dengan izin suaminya.
◦ Jika istri mengabaikan salah satu hukum haidh dan istihadhah sedangkan suaminya tidak mengajarkannya
maka keduanya sama -sama berdosa.
8. Jika punya istri lebih dari satu maka suami harus berbuat adil kepada
mereka dan tidak cenderung kepada salah satu saja
◦ Jika hendak bepergian dan ingin mengajak salah seorang istrnya maka ia harus melakukan pengundian diantara
mereka, sebagaimana dilakukan Rasulullah saw.
◦ Jika menzhalimi giliran salah satu istrinya maka ia harus meng-qadha'-nya, karena qadha' itu wajib hukumnya.
◦ Suami harus berbuat adil dalam pemberian dan giliran malam, sedangkan menyangkut cinta dan jima' maka
kedua hal ini tidak masuk dalam batas ikhtiarnya.
◦ Allah berfirman: "Dan kamu tidak akan dapat berbuat adil diantara istri-istri (mu) sekalipun kamu berusaha
keras melakukannya." (an-Nisa': 129)
◦ Yakni berusaha keras untuk adil dalam syahwat hati dan kecenderungan jiwa, termasuk di dalamnya adalah
perbedaan dalam jima’.
◦ Nabi saw pernah berdo'a mengungkapkan: Ya Allah, inilah daya kemampuanku dalam hal yang dapat aku
lakukan, tetapi aku tidak memiliki daya kemampuan dalam apa yang Engkau miliki dan aku tidak memilikinya.
◦ Yakni cinta. Aisyar ra adalah istri yang paling dicintainya, sedangkan istri-istri beliau yang lain mengetahui
hal itu.
9. Nusyuz
◦ Jika terjadi pertengkaran dan tidak dapat didamaikan maka diperlukan dua orang hakim dari keluarga suami dan istri untuk
membahas dan menyelesaikan masalah mereka berdua: "Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu." (an-Nisa': 35)
◦ Apabila nusyuz itu dari pihak istri maka suami adalah pemimpin wanita; ia boleh memberinya pelajaran dan memaksanya untuk
ta'at.
◦ Dalam memberinya pelajaran harus bertahap:
1. Memberinya nasihat
2. Peringatan: Suami memberinya pelajaran dengan tidur membelakanginya atau berpisah ranjang dan menjauhinya di dalam
rumah selama satu malam hingga tiga malam
3. Ancaman: suami boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai menyakiti, tidak membahayakan dan tidak sampai
berdarah. Ia tidak boleh memukul wajah, karena hal itu terlarang.
"Ditanyakan kepada Rasulullah saw: "Apakah hak istri atas suami? " Nabi saw bersabda: "Memberinya makan apabila ia makan,
memberinya pakaian apabila ia berpakaian, tidak melukai wajah dan tidak memukul kecuali pukulan yang tidak berbahaya, dan
tidak menjauhinya kecuali di dalam rumah. (HR. Abu
o Suami boleh marah kepada istri dan menjauhinya karena suatu perkara agama hingga sepuluh hari, duapuluh hari atau sebulan.
10. Jima’
◦ Dianjurkan agar memulai dengan membaca do'a.
◦ Nabi saw bersabda: "Jika salah seorang diantara kamu mendatangi istrinya lalu membaca do 'a: 'Ya Allah,
jauhkanlah aku dari syetan dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami'. Jika
antara keduanya itu terlahirkan anak maka syetan tidak dapat membahayakannya. "
◦ Tidak membelakangi kiblat dan tidak menghadap kepadanya, untuk menghormati kiblat.
◦ Menutupi diri dan istrinya dengan kain
◦ Hendaknya memulainya dengan cumbu rayu dan ciuman
◦ Sebagian ulama menganjurkan jima' pada hari Jum'at dan malam harinya, sebagai realisasi terhadap salah satu
makna sabda Nabi saw: "Semoga Allah merahmati orang yang mandi (kecil) dan mandi (besar). "
◦ Jika telah menunaikan kebutuhannya, maka hendaknya suami menunggu istrinya hingga mendapatkan
kebutuhannya juga.
◦ Sebaiknya suami menggauli istrinya empat hari sekali karena hal ini adalah ukuran yang paling adil, sebab
jumlah istri ada empat, tetapi boleh mengakhirkan dari batas ini. Bisa saja ditambah dan dikurangi sesuai
kebutuhan istri dalam menjaga kesucian diri, sebab suami berkewajiban menjaga kesucian diri istri.
11. Adab Kelahiran
1) Tidak terlalu gembira karena mendapatkan anak lelaki dan tidak merasa sedih karena mendapatkan anak perempuan
2) Memperdengarkan adzan di telinga anak dan dianjurkan mengajarkan kalimat "laa ilaaha illallah" pada saat pertama
kali bisa berucap, agar kalimat itu menjadi ucapannya yang pertama
3) Memberinya nama yang baik karena hal ini termasuk hak anak. Nabi saw bersabda: - “Apabila kamu memberi nama
maka pakailah nama yang mencerminkan kehambaan”
4) Aqiqah dengan menyembelih dua kambing untuk anak lelaki dan seekor kambing untuk anak perempuan.
- Termasuk Sunnah: bershadaqah dengan emas atau perak seberat rambutnya (yang dicukur). Di dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi saw memerintahkan Fathimah ra pada hari ketujuh dari kelahiran Husain agar
mencukur rambutnya dan bershadaqah dengan perak seberat rambutnya.
5) Men-tahnik dengan korma atau manisan. Diriwayatkan dari Asma‘ binti Abu Bakar ra, ia berkata: Aku melahirkan
Abdullah bin az-Zubair di Quba' kemudian aku membawanya kepada Rasulullah saw lalu aku meletakkannya di
pangkuan Rasulullah saw kemudian beliau meminta korma lalu mengunyahnya kemudian meludahkannya ke dalam
mulutnya, sehingga sesuatu yang pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Kemudian
Nabi saw men-tahnik-nya. dengan korma lalu mendo'akannya dan memberkatinya.
12. Adab Perceraian
◦ Perceraian adalah mubah tetapi termasuk perkara mubah yang dibenci Allah.
◦ Allah berfirman: "Kemudian jika mereka menta 'ati kamu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya." (an- Nisa': 34)
◦ Yakni janganlah kamu mencari-cari alasan untuk bercerai.
◦ Jika istri menyakiti dan berkata keji kepada suaminya maka dia telah berbuat maksiat.
◦ Jika yang menyakiti dari pihak suami, maka istri boleh menebus dirinya dengan harta, tetapi suami dimakruhkan untuk
mengambilnya lebih dari apa yang pernah diberikannya, karena tindakan itu merupakan perbuatan tidak menghargai
istri dan perdagangan seksual.
◦ Allah berfirman: "Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya." (al-Baqarah: 229).
◦ Jika istri meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan maka dia berdosa. Nabi saw bersabda: "Setiap wanita yang
meminta cerai suaminya tanpa alasan yang benar maka dia tidak akan mencium aroma sorga.“ (HR. Abu Dawud &
Tirmidzi)
Hendaknya suami menjaga empat hal dalam melakukan
perceraian:

1) Menceraikan dalam keadaan suci dan tidak digauli


2) Menyatakan satu perceraian, bukan tiga sekaligus
3) Lemah lembut dalam mengungkapkan alasan penceraiannya, tidak kasar dan tidak melecehkan.
◦ Bahkan dengan tetap menjaga hatinya dengan memberi hadiah sebagai pelipur lara perceraiannya. Allah
berfirman: "Dan hendaklah kamu berikan mut'ah (pemberian) kepada mereka." (al-Baqarah: 236) Hal ini
wajib.

4) Tidak menyebarkan rahasianya, baik setelah cerai atau selama pernikahan.


◦ Terdapat ancaman berat bagi orang yang menyebarkan rahasia wanita.
◦ Diriwayatkan dari sebagian orang shalih bahwa ia ingin mencerai istrinya lalu ditanyakan kepadanya, "Apa
yang membuatmu ragu kepadanya? Ia menjawab, "Orang yang berakal tidak akan merusak tabir istrinya. "
Setelah diceraikan, ditanyakan kepadanya lagi, "Mengapa kamu mencerainya? Ia menjawab, "Aku tidak
berhak berbicara."
Hak-Hak Suami Atas Istri
◦ Istri harus menta'ati suami dalam setiap hal yang tidak mengandung maksiat. Nabi saw bersabda:
◦ "Siapa saja wanita yang meninggal sedangkan suaminya ridha kepadanya maka dia masuk sorga. "
◦ "Apabila wanita shalat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan menta 'ati suaminya maka dia masuk sorga
Tuhannya.
◦ " Aku melihat neraka dan kebatvyakanpenghuninya adalah wanita. " Mereka bertanya, "Mengapa wahai Rasulullah?"
Rasulullah saw menjawab, "Mereka banyak mengutuk dan mengingkari kebaikan suami. (HR. Bukhari & Muslim)
◦ "Sekiranya aku memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain niscaya aku memerintahkan wanita bersujud kepada
suaminya, karena haknya yang sangat besar pada istrinya. " (HR. Tirmidzi)
◦ Menjaga dan menutupi
◦ Tidak menuntut di luar kebutuhan

Diantara Kewajiban Istri


◦ Tidak boros dalam membelanjakan harta suaminya bahkan menjaganya. Rasulullah saw bersabda:
◦ "Ia (Istri) tidak boleh memberikan makanan dari rumahnya melainkan dengan izin suaminya, kecuali makanan basah yang
dikhawatirkan rusak. Jika ia memberi makan atas ridhanya maka ia mendapat pahala seperti pahala suaminya; jika ia
memberi makan tanpa izinnya maka suaminya mendapatkan pahala sedangkan ia (istri) berdosa.
Adab Wanita
Tidak masuk ke rumah
Hendaknya menjadi
Sedikit bicara dengan mereka kecuali dalam Menjaga suaminya bila tidak
stabilisator di dalam Tidak banyak keluar
tetangganya keadaan yang mewajibkan ada
rumahnya
masuk

Konsentrasi pikirannya
Berusaha membahagian Tidak mengkhianatinya Merasa senang menerima
Tidak keluar rumah kecuali adalah memperbaiki dirinya,
suami dalam semua menyangkut diri dan rizki Allah yang diberikan
dengan izinnya mengatur rumahnya, dan
urusannya hartanya kepada suaminya
menjaga shalat dan puasanya

Menyayangi anak-anaknya,
Mendahulukan hak suami Tidak membanggakan
Selalu menjaga kebersihan menjaga mereka, tidak suka Tidak merendahkan suami
ketimbang haknya sendiri kecantikannya kepada
dirinya mencela anak-anak dan karena kejelekan rupanya
atau hak semua kerabatnya suaminya
membantah suami

Bersikap mesra dan manis di


Senantiasa menjaga Menjaga diri ketika suami
hadapan suaminya dan tidak
keshalihan tidak ada
menyakitinya sama sekali
Hak Pernikahan yang Harus Dipenuhi
◦ Apabila suaminya meninggal dunia maka dia tidak boleh "berkabung" atas kematiannya lebih dari empat bulan
sepuluh hari dimana selama masa tersebut dia menjauhi wewangian dan perhiasan.
◦ Zainab binti Abu Salamah berkata, "Aku masuk menemui Ummu Habibah, istri Rasulullah saw, ketika bapaknya,
Abu Sufyan bin Harb, meninggal dunia, lalu dia meminta wewangian yang berwarna kuning kemudian dia
mengusapkannya kepada seorang budak wanita, lalu ia usapkandi kedua keningnya seraya berkata: "Demi
Allah, sebenarnya aku tidak membutuhkan wewangian ini, hanya saja aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
'Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir meninggalkan berhias atas suatu kematian
melebihi tiga malam, kecuali atas kematian suaminya, maka ia boleh tidak berhias selama empat bulan sepuluh
hari. Hingga akhir masa 'iddah, ia harus tetap di rumah suaminya, tidak boleh berpindah ke rumah keluarganya,
dan tidak keluar kecuali darurat.
◦ Diantara adabnya juga adalah melakukan semua pelayanan yang bisa dilakukannya di rumah.

Anda mungkin juga menyukai