Menundukkan pandangan Tidak memandangi Bersikap lemah lembut Masalah agama dan dunia
membimbingnya tentang
dari istrinya pembantunya kepada anak-anaknya yang tidak diketahuinya
◦ Mujahid berkata, "Aku pernah berada di sisi Abdullah bin Umar sedangkan pembantunya tengah menguliti seekor kambing,
lalu dia berkata, 'Wahai pembantu, apabila kamu telah selesai menguliti maka mulailah (membagikannya) kepada tetangga kita
orang Yahudi itu'. Ia mengatakan hal itu berkalikali hingga pembantunya berkata, 'Berapa kali kamu mengatakan hal ini?‘
Abdullah bin Umar berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw senantiasa berwasiat agar memperhatikan tetangga sehingga kami
khawatir bahwa dia akan mewarisinya."
◦ Aisyah ra berkata, Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku punya dua tetangga, salah satunya pintu rumahnya
menghadap kepadaku sedangkan yang lain agak jauh dariku. Terkadang apa yang aku miliki tidak cukup untuk keduanya, lalu
yang manakah yang lebih berhak? Nabi saw bersabda: "Orang yang pintu rumahnya menghadap kepadamu.
◦ Abdullah berkata, Seorang lelaki berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana aku bisa mengetahui apabila aku menjadi orang baik
atau orang buruk?" Nabi saw menjawab: " Apabila kamu mendengar para tetanggamu mengatakan bahwa kamu baik maka
kamu adalah orang baik dan apabila kamu mendengar mereka mengatakan bahwa kamu buruk maka kamu adalah orang
buruk. " (HR. Ahmad & Thabrani)
(5) ADAB HUBUNGAN SUAMI-ISTRI
1. Walimah pada saat Pernikahan
◦ Anas ra berkata: "Rasulullah saw melihat bekas warna kuning pada Abdur Rahman bin Auf ra lalu Nabi saw
bertanya, "Apa ini?" Abdur Rahman menjawab, "Aku telah menikahi seorang wanita dengan (mahar) seberat
kerikil dari emas." Nabi saw bersabda: "Semoga Allah memberkatimu. Adakanlah walimah sekalipun dengan
seekor kambing. (HR. Bukhari & Muslim)
◦ Dianjurkan memberi ucapan selamat dengan mendo'akan: Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a
bainakumaa fii khoir (Semoga Allah memberkatimu dalam suka dan duka, dan menghimpun Anda berdua
dalam kebaikan)
◦ Dianjurkan pula mengumumkan pernikahan. Nabi saw bersabda:
◦ "Pembeda antara yang halal dan yang haram adalaii rebana dan suara. “(HR. Tirmidzi)
◦ "Umumkanlah pernikahan ini dan lakukanlah di dalam masjid, dan tabuhlah rebana untuknya. (HR. Tirmidzi)
2. Berakhlaq Baik kepada Mereka (Para Istri) dan bersabar menghadapi
gangguan mereka karena menyayangi mereka
◦ Allah berfirman:
◦ "Dan pergaulilah mereka dengan ma 'ruf. " (an-Nisa': 19)
◦ Dalam rangka menghargai hak mereka: "Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang
kuat. " (an-Nisa': 21)
◦ "... dan teman sejawat... "(an-Nisa': 36). Dikatakan: Ia adalah wanita.
◦ Wasiat Rasulullah saw: "Takutlah Allah dalam memperlakukan wanita, karena mereka adalah tawanan di tangan
kalian; kalian mengambil mereka dengan amanat Allah dan kalian halalkan farji mereka dengan kalimat Allah. "481)
◦ Tidak menyakiti mereka dan juga harus bersabar menerima gangguan mereka serta bersabar menghadapi kemarahan
mereka, sebagaimana teladan yang diberikan Rasulullah saw.
◦ Anas ra berkata: Adalah Rasulullah saw orang yang paling sayang kepada wanita dan anak-anak.
3. Meningkatkan kesabaran menghadapi gangguan mereka
dengan cumbu rayu, gurauan dan kemesraan, karena tindakan ini dapat
menghibur hati wanita.
◦ Rasulullah saw biasa bercanda dengan istri-istrinya dan mengikuti tingkat pola berfikir mereka dalam
pekerjaan dan akhlaq, hingga diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah berlomba jalan cepat dengan
Aisyah ra lalu Aisyah mengalahkannya kemudian pada kesempatan lain Nabi saw dapat membalasnya,
lalu bersabda: "Yang ini membalas yang itu.«
◦ Rasulullah saw bersabda:
◦ "Orang Mu 'min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaqnya dan paling lemah lemah
lembut kepada istrinya.«
◦ "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrirtya, sedangkan aku adalah orang yang paling baik
kepada istriku.
4. Tidak berlebihan dalam kemesraan dan tidak memperturutkan
hawa nafsu mereka hingga merusak akhlaq mereka dan menjatuhkan wibawa di
hadapan istrinya, tetapi menjaga keseimbangan dengan tidak membiarkan
kemungkaran dan tidak membuka peluang dukungan kepada kemungkaran sama
sekali
◦ Allah menamakan orang lelaki sebagai pemimpin bagi wanita dan menyebut suami sebagai tuan, firman-
Nya: "Dan kedua-duanya mendapati tuan (suami) wanita itu di muka pintu." (Yusuf: 25).
◦ Suami harus menempuh jalan seimbang dalam menentang dan memperturutkan (istri). Suami harus
mengikuti kebenaran dalam semua hal tersebut, karena wanita biasanya berperangai buruk sedangkan
Suami tidak dapat berlaku proporsional dan adil kepadanya kecuali dengan semacam ramuan antara
kelemahlembutan dan kecerdikan.
◦ Nabi saw bersabda: "Tiga (hal) termasuk kemiskinan: ... wanita yang apabila kamu masuk kepadanya
maka dia memakimu, dan apabila kamu tidak ada maka dia mengkhianatimu. "
◦ Nabi saw bersabda: " Tidak akan berjaya suatu kaum yang mengangkat wanita menjadi kepala negara
mereka."(HR. Bukhari). Jadi, pada diri mereka ada keburukan dan kelemahan.
◦ Terapi keburukan adalah kebijaksanaan dan ketegasan
◦ Terapi kelemahan adalah kasih sayang dan kelemahlembutan.
5. Proporsional dalam Kecemburuan
◦ Tidak mengabaikan masalah-masalah prinsipil yang dikhawatirkan dapat menimbulkan keburukan-nya dan tidak
berlebihan dalam berprasangka buruk, memperketat dan mencari-cari hal-hal yang tersembunyi.
◦ Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya diantara kecemburuan ada kecemburuan yang dibenci Allah yaitu
kecemburuan seorang suami kepada istrinya tanpa ragu-ragu." Karena hal itu termasuk prasangka buruk yang
terlarang, sebab sebagian prasangka adalah dosa.
◦ Ali ra berkata, "Janganlah kamu terlalu banyak cemburu kepada istrimu lalu dia dituduh tidak baik karena kamu
sendiri. Sedangkan kecemburuan yang proporsional sangat diperlukan dan terpuji.“
◦ Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah ta 'ala cemburu dan orang Mu 'min pun cemburu. Kecemburuan Allah
adalah terhadap seorang Mu 'min yang melakukan apa yang diharamkan Allah kepadanya.“ (HR. Bukhari &
Muslim)
◦ Cara Menghindarkan kecemburuan:
◦ Tidak memasukkan orang lelaki lain ke rumahnya
◦ Tidak keluar ke pasar
◦ Wanita boleh keluar dengan izin suaminya, tetapi tidak keluar lebih selamat
◦ Bila keluar, maka wanita harus menundukkan pandangannya dari kaum lelaki
6. Wajar dalam Memberikan Nafkah
◦ Tidak terlalu pelit dan tidak terlalu berlebih-lebihan, tetapi pertengahan
◦ Allah berfirman: "Makanlah dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan." (al-A'raf: 31).
◦ Nabi saw bersabda:
◦ “Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya.“ (HR. Tirmidzi)
◦ “Dinar yang kamu nafkahkan dijalan Allah, dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, dinar yang kamu
shadaqahkan kepada orang miskin, dan dinar yang kamu nafkahkan kepada istrimu, yang paling besar pahalanya adalah
yang kamu nafkahkan kepada istrimu.” (HR. Muslim)
◦ Ia (suami) harus memerintahkan istri agar menyedekahkan kelebihan makanan dan apa yang bisa rusak seandainya
dibiarkan.
◦ Suami juga tidak boleh 'memonopoli' makanan yang baik untuk dirinya sendiri dan tidak memberikannya kepada
keluarganya.
◦ Diantara hal penting yang harus diperhatikannya dalam nafkah ialah memberi istri makanan yang halal dan tidak
memasukkan hal-hal yang tidak baik kepada keluarga
7. Hendaknya suami belajar tentang haidh dan hukum-hukumnya agar
dapat menghindari hal-hal yang wajib dihindari, dan mengajarkan
kepada istri hukum-hukum shalat, karena suami diperintahkan agar
menyelamatkan istri dan keluarganya dari api neraka
◦ "Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka." (at-Tahrim: 6)
◦ Suami berkewajiban untuk mengajarkan:
◦ Aqidah Ahlus Sunnah
◦ Membersihkan hatinya dari segala bid'ah
◦ Menumbuhkan rasa takut kepada Allah jika dia menyepelekan urusan agama
◦ mengajarkan hukum haidh, istihadhah dan segala hal yang diperlukannya
◦ Jika istri telah mengetahui berbagai kewajibannya maka dia tidak boleh keluar menghadiri majlis dzikir
atau majlis ta'lim yang bersifat sunnah kecuali dengan izin suaminya.
◦ Jika istri mengabaikan salah satu hukum haidh dan istihadhah sedangkan suaminya tidak mengajarkannya
maka keduanya sama -sama berdosa.
8. Jika punya istri lebih dari satu maka suami harus berbuat adil kepada
mereka dan tidak cenderung kepada salah satu saja
◦ Jika hendak bepergian dan ingin mengajak salah seorang istrnya maka ia harus melakukan pengundian diantara
mereka, sebagaimana dilakukan Rasulullah saw.
◦ Jika menzhalimi giliran salah satu istrinya maka ia harus meng-qadha'-nya, karena qadha' itu wajib hukumnya.
◦ Suami harus berbuat adil dalam pemberian dan giliran malam, sedangkan menyangkut cinta dan jima' maka
kedua hal ini tidak masuk dalam batas ikhtiarnya.
◦ Allah berfirman: "Dan kamu tidak akan dapat berbuat adil diantara istri-istri (mu) sekalipun kamu berusaha
keras melakukannya." (an-Nisa': 129)
◦ Yakni berusaha keras untuk adil dalam syahwat hati dan kecenderungan jiwa, termasuk di dalamnya adalah
perbedaan dalam jima’.
◦ Nabi saw pernah berdo'a mengungkapkan: Ya Allah, inilah daya kemampuanku dalam hal yang dapat aku
lakukan, tetapi aku tidak memiliki daya kemampuan dalam apa yang Engkau miliki dan aku tidak memilikinya.
◦ Yakni cinta. Aisyar ra adalah istri yang paling dicintainya, sedangkan istri-istri beliau yang lain mengetahui
hal itu.
9. Nusyuz
◦ Jika terjadi pertengkaran dan tidak dapat didamaikan maka diperlukan dua orang hakim dari keluarga suami dan istri untuk
membahas dan menyelesaikan masalah mereka berdua: "Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufiq kepada suami-istri itu." (an-Nisa': 35)
◦ Apabila nusyuz itu dari pihak istri maka suami adalah pemimpin wanita; ia boleh memberinya pelajaran dan memaksanya untuk
ta'at.
◦ Dalam memberinya pelajaran harus bertahap:
1. Memberinya nasihat
2. Peringatan: Suami memberinya pelajaran dengan tidur membelakanginya atau berpisah ranjang dan menjauhinya di dalam
rumah selama satu malam hingga tiga malam
3. Ancaman: suami boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak sampai menyakiti, tidak membahayakan dan tidak sampai
berdarah. Ia tidak boleh memukul wajah, karena hal itu terlarang.
"Ditanyakan kepada Rasulullah saw: "Apakah hak istri atas suami? " Nabi saw bersabda: "Memberinya makan apabila ia makan,
memberinya pakaian apabila ia berpakaian, tidak melukai wajah dan tidak memukul kecuali pukulan yang tidak berbahaya, dan
tidak menjauhinya kecuali di dalam rumah. (HR. Abu
o Suami boleh marah kepada istri dan menjauhinya karena suatu perkara agama hingga sepuluh hari, duapuluh hari atau sebulan.
10. Jima’
◦ Dianjurkan agar memulai dengan membaca do'a.
◦ Nabi saw bersabda: "Jika salah seorang diantara kamu mendatangi istrinya lalu membaca do 'a: 'Ya Allah,
jauhkanlah aku dari syetan dan jauhkanlah syetan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami'. Jika
antara keduanya itu terlahirkan anak maka syetan tidak dapat membahayakannya. "
◦ Tidak membelakangi kiblat dan tidak menghadap kepadanya, untuk menghormati kiblat.
◦ Menutupi diri dan istrinya dengan kain
◦ Hendaknya memulainya dengan cumbu rayu dan ciuman
◦ Sebagian ulama menganjurkan jima' pada hari Jum'at dan malam harinya, sebagai realisasi terhadap salah satu
makna sabda Nabi saw: "Semoga Allah merahmati orang yang mandi (kecil) dan mandi (besar). "
◦ Jika telah menunaikan kebutuhannya, maka hendaknya suami menunggu istrinya hingga mendapatkan
kebutuhannya juga.
◦ Sebaiknya suami menggauli istrinya empat hari sekali karena hal ini adalah ukuran yang paling adil, sebab
jumlah istri ada empat, tetapi boleh mengakhirkan dari batas ini. Bisa saja ditambah dan dikurangi sesuai
kebutuhan istri dalam menjaga kesucian diri, sebab suami berkewajiban menjaga kesucian diri istri.
11. Adab Kelahiran
1) Tidak terlalu gembira karena mendapatkan anak lelaki dan tidak merasa sedih karena mendapatkan anak perempuan
2) Memperdengarkan adzan di telinga anak dan dianjurkan mengajarkan kalimat "laa ilaaha illallah" pada saat pertama
kali bisa berucap, agar kalimat itu menjadi ucapannya yang pertama
3) Memberinya nama yang baik karena hal ini termasuk hak anak. Nabi saw bersabda: - “Apabila kamu memberi nama
maka pakailah nama yang mencerminkan kehambaan”
4) Aqiqah dengan menyembelih dua kambing untuk anak lelaki dan seekor kambing untuk anak perempuan.
- Termasuk Sunnah: bershadaqah dengan emas atau perak seberat rambutnya (yang dicukur). Di dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi saw memerintahkan Fathimah ra pada hari ketujuh dari kelahiran Husain agar
mencukur rambutnya dan bershadaqah dengan perak seberat rambutnya.
5) Men-tahnik dengan korma atau manisan. Diriwayatkan dari Asma‘ binti Abu Bakar ra, ia berkata: Aku melahirkan
Abdullah bin az-Zubair di Quba' kemudian aku membawanya kepada Rasulullah saw lalu aku meletakkannya di
pangkuan Rasulullah saw kemudian beliau meminta korma lalu mengunyahnya kemudian meludahkannya ke dalam
mulutnya, sehingga sesuatu yang pertama kali masuk ke dalam perutnya adalah ludah Rasulullah saw. Kemudian
Nabi saw men-tahnik-nya. dengan korma lalu mendo'akannya dan memberkatinya.
12. Adab Perceraian
◦ Perceraian adalah mubah tetapi termasuk perkara mubah yang dibenci Allah.
◦ Allah berfirman: "Kemudian jika mereka menta 'ati kamu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya." (an- Nisa': 34)
◦ Yakni janganlah kamu mencari-cari alasan untuk bercerai.
◦ Jika istri menyakiti dan berkata keji kepada suaminya maka dia telah berbuat maksiat.
◦ Jika yang menyakiti dari pihak suami, maka istri boleh menebus dirinya dengan harta, tetapi suami dimakruhkan untuk
mengambilnya lebih dari apa yang pernah diberikannya, karena tindakan itu merupakan perbuatan tidak menghargai
istri dan perdagangan seksual.
◦ Allah berfirman: "Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya." (al-Baqarah: 229).
◦ Jika istri meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan maka dia berdosa. Nabi saw bersabda: "Setiap wanita yang
meminta cerai suaminya tanpa alasan yang benar maka dia tidak akan mencium aroma sorga.“ (HR. Abu Dawud &
Tirmidzi)
Hendaknya suami menjaga empat hal dalam melakukan
perceraian:
Konsentrasi pikirannya
Berusaha membahagian Tidak mengkhianatinya Merasa senang menerima
Tidak keluar rumah kecuali adalah memperbaiki dirinya,
suami dalam semua menyangkut diri dan rizki Allah yang diberikan
dengan izinnya mengatur rumahnya, dan
urusannya hartanya kepada suaminya
menjaga shalat dan puasanya
Menyayangi anak-anaknya,
Mendahulukan hak suami Tidak membanggakan
Selalu menjaga kebersihan menjaga mereka, tidak suka Tidak merendahkan suami
ketimbang haknya sendiri kecantikannya kepada
dirinya mencela anak-anak dan karena kejelekan rupanya
atau hak semua kerabatnya suaminya
membantah suami