L embar Jum ’at
Jum’at
Al-Arham
Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya’: 107)
MEDIA ISLAM UNTUK PEMBERDAYAAN UMAT
Adab Bertetangga
B
ertetangga adalah bagian kehidupan
manusia yang tidak bisa ditolak. Manusia
bukan semata-mata makhluk individu,
tetapi makhluk sosial. Faktanya, setiap orang
baik laki-laki maupun perempuan, tidak bisa
hidup sendirian. Satu sama lain harus selalu ber-
mitra dengan setara dalam mencapai kebaikan
bersama.
Islam memerintahkan segenap manusia
untuk senantiasa berjamaah dan berlomba dalam
kebaikan. Sebaliknya, Islam melarang manusia
bersekutu melakukan dosa dan permusuhan.
“Bertolong-tolonganlah kamu dalam
berbuat kebaikan dan takwa, dan jangan-
lah kamu tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah
sangat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maidah/
5: 2)
Namun demikian, sikap buruk dalam
bertetangga memang selalu terjadi. Berapa
banyak tetangga yang tidak kenal tetangga
sebelah rumahnya; tidak pernah mengamati
keadaannya agar dapat memberinya bantuan
jikalau membutuhkan pertolongan. Bahkan tidak
jarang seorang tetang ga tidak mencegah
tangannya berbuat buruk terhadap tetangganya.
Sabda Rasulullah saw.:
”Barangsiapa yang beriman kepada
- Edisi 03-Juli 2008
Allah dan hari akhir maka berkatalah yang
baik atau hendaklah diam, dan barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir maka
muliakanlah tetangganya, dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir
maka muliakanlah tamunya”. (Shahih
Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Al-Hats ‘ala
Ikram Al-Jaari wa Al-Dhaif, 2: 20)
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan
harmonis dengan tetangga. Hanya orang-orang
berpenyakit hati yang menolak suasana
hubungan harmonis. Padahal keharmonisan
hubungan bertetangga amat penting. Sebab
kekuatan sendi-sendi sosial masyarakat sangat
ditentukan oleh keharmonisan hubungan
antarwarganya. Sebaliknya, bila dalam suatu
komunitas terjadi dishar moni hubungan
antarwarga, maka akan melemahkan sendi-sendi
sosial komunitas tersebut.
Menurut Imam Syafi’i, yang dimaksud
tetangga adalah 40 rumah di samping kiri, kanan,
depan, dan belakang. Mau tidak mau, setiap hari
kita berjumpa dengan mereka. Baik hanya
sekadar melempar senyum, lambaian tangan,
salam, atau malah ngobrol di antara pagar rumah.
Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab
bertetangga.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah
mengingatkan Fatimah dengan keras agar segera
memberikan tetangga mereka apa yang menjadi
1
L embar Jum ’at
Jum’at
hak-hak mereka. Kisahnya berawal ketika
Rasulullah saw. pulang dari bepergian. Beberapa
meter menjelang rumahnya, Nabi mencium
aroma gulai kambing yang terbit dari rumahnya.
Rasul segera bergegas ke rumahnya dan me-
nemui putrinya yang ternyata sedang memasak
gulai kambing. Spontan Nabi saw. meme-
rintahkan putri tercintanya untuk memper-
banyak kuah gulai yang sedang dimasaknya.
Kisah tersebut bisa kita ambil kesimpulan
bahwa ini merupakan salah satu bentuk kepe-
dulian sosial yang diperintahkan Islam kepada
pemeluknya. Islam memerintahkan kita untuk
senantiasa mempertajam sense of social. Tampak-
nya, Islam sangat menganjurkan untuk membia-
sakan diri merasakan kebahagian bersama-sama.
Islam melarang kita hidup egois, serakah, dan
individualistik.
Penghormatan kepada tetangga, tanpa
membedakan suku, agama, ras, keyakinan, go-
longan dan jenis kelamin, laki-laki atau perem-
puan, adalah bagian dari aktualisasi keimanan
kepada Allah swt. dan hari kiamat. Sabda Nabi
saw., “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari
akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya”.
(HRMuslim)
Anjuran untuk menghormati tetangga,
tentu maknanya amat luas. Menghormati berarti
juga tidak menyakiti hatinya, memenuhi hak-
haknya, selalu tersenyum padanya, tidak mence-
ritakan aib atau menghina dan melecehkannya.
Dan yang terpenting, tidak menelantarkannya
ketika membutuhkan pertolongan.
Dr. Yusuf Qardhawi menyebutkan,
seorang tetangga memiliki peran sentral dalam
memelihara harta dan kehormatan warga
sekitarnya. Dengan demikian seorang Mukmin
hakikatnya penjaga yang bertanggungjawab
terhadap keselamatan seluruh milik tetangganya.
Bahkan, seseorang tidak dikatakan beriman jika
tidak bisa memberi rasa aman pada tetangganya.
Dalam sebuah hadis, Nabi saw. bersabda:
“Hak tetangga ialah, bila dia sakit,
kamu kunjungi. Bila wafat, kamu meng-
2 - Edisi 03-Juli 2008
antarkan jenazahnya. Bila dia membu-
tuhkan uang, maka kamu pinjami. Dan
bila mengalami kesukaran/kemiskinan,
maka jangan dibeberkan, aib-aibnya kamu
tutupi dan rahasiakan. Bila dia memper-
oleh kebaikan, maka kita turut bersuka
cita dan mengucapkan selamat kepadanya.
Dan bila menghadapi musibah, kamu
datang untuk menyampaikan rasa duka.
Jangan sengaja meninggikan bangunan
rumahmu melebihi bangunan rumahnya,
lalu menutup jalan udaranya (kelancaran
angin baginya). Dan janganlah kamu
mengganggunya dengan bau masakan,
kecuali kamu menciduknya dan membe-
rikan kepadanya”.
Keharmonisan hubungan bertetangga
bukanlah sekedar menciptakan lingkungan yang
bersih, sehat, dan aman, tetapi juga menciptakan
benteng yang kokoh bagi anak-anak dari segala
bentuk kejahatan yang datang dari luar maupun
dari dalam. Tetangga bisa menebarkan rahmat
dan kasih-sayang. Tetapi sebaliknya, tetangga bisa
juga menebarkan kemalangan dan malapetaka
bagi lingkungannya. Akibatnya banyak hak-hak
tetangga yang terlupakan. Tetangga menjadi
resah, karena sering terjadi kejahatan justru
dilakukan oleh anggota masyarakatnya sendiri.
Kasus pencurian, perampokan, pembunuhan,
dan perkosaan yang terdengar di suatu lingkungan
rumah, pelakunya tak lain adalah para tetangga
sendiri. Na‘udzubillah min dzalik.
Rasanya kita memang harus senantiasa
mulai instrospeksi diri. Apakah tetangga kita
menyukai dan menerima kehadiran kita, atau
jangan-jangan mereka malah terganggu dengan
kehadiran kita. Sudah saatnya kita menebarkan
salam, senyum, sapa, seraya bersikap sopan dan
santun pada mereka, orang yang berada di sekitar
tempat tinggal kita. Wallahu ’alam a Ratu Vina
Rohmatika – Serang Banten.
Referensi:
*Kitab Shahih Muslim
*http://www.republika.co.id

Hidup Berdampingan
dengan Tetangga
M
anusia adalah mahluk sosial yang
tidak mungkin dapat hidup tanpa
bantuan orang lain. Baik dalam
interaksi hidup sehari-hari dengan sesama,
maupun hubungannya dengan alam sekitar.
Kenyataan bahwa Allah swt. meniupkan
ruh kepada materi dasar manusia, menunjukkan
manusia berkedudukan mulia di antara ciptaan
yang lain. Manusia juga diberikan kesadaran
moral dan keberanian yang disertai sikap
mawas diri untuk memikul tanggungjawab dan
amanat Allah. Hal ini menunjukkan pula posisi
dan kedudukannya dalam kehidupan (al-
Mu’minun,115). Namun demikian, di antara
sesamanya, tentu manusia memiliki derajat yang
setara.
Tidak ada yang lebih tinggi antara satu
dengan lainnya, kecuali ketakwaannya (al-
Hujurat, 13). Setiap manusia memiliki keku-
rangan (at-Takatsur; al Humazah; al-Ma ‘un; az-
Zumar: 49; al-Haj: 66) dan kelebihan, ada yang
menonjol pada diri seseoran tentang potensi
kebaikannya (al-Mu’minun,57-61), tetapi ada
pula yang terlalu menonjol potensi kele-
mahannya. Karenanya manusia harus saling
menolong, menghormati, bekerjasama, saling
menasihati dan mengajak kepada kebenaran
demi kebaikan bersama. (QS. Ali Imran, 103;
an-Nisa 36-39)
Agama mengajarkan kita untuk me-
lakukan hubungan yang baik dan bermanfaat,
sehingga tercipta masyarakat harmonis,
kondusif dan progresif. Inti dari ajaran tersebut,
hendaknya setiap individu melakukan hab-
luminannas secara universal. Mereka dituntut
untuk masuk pada setiap aspek kehidupan, baik
di bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan,
budaya, dan sebagainya, yang dipandang
- Edisi 03-Juli 2008
L embar Jum ’at
Jum’at
mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sosial.
Salah seorang teman penulis pernah
bercerita, bahwa masa kecilnya dilalui di sebuah
kompleks perumahan di Jawa. Ia hidup dalam
lingkungan sosial yang heterogen, di mana
kaum muslim dan non muslim saling hidup
rukun satu sama lain. Bahkan, dalam persiapan-
persiapan acara seperti Yasinan, ibunya
terkadang meminjam peralatan pada tetangga.
Sebaliknya, bila tetangga non muslim menye-
lenggarakan kegiatan keagamaan , ibunya juga
berganti meminjamkan peralatan pada tetangga
non muslim tersebut. Hal ini berlangsung lama,
tanpa prasangka, dan ternyata tidak menim-
bulkan konversi (perpindahan keyakinan) dari
salah satu di antara mereka.
Tampaknya hubungan antar tetangga,
baik muslim maupun non-muslim harus dibina
selalu untuk membangun kerukunan hidup
manusia, tanpa mengorbankan keyakinan
terhadap universalitas dan kebenaran Islam. Di
sini sikap toleransi menjadi sesuatu yang sangat
berharga dan faktor yang harus diperhatikan.
Jika kerukunan dan toleransi selalu terjaga,
niscaya kehidupan masyarakat baik pendi-
dikannya, ekonomi, sosial, keagamaan, politik
maupun lainnya, dapat terlaksana dengan
harmonis.
Berbagai peristiwa hidup yang mewarnai
hubungan antara kita dan tetangga memang
seringkali terjadi. Kebiasaan yang berbeda di
masing-masing keluarga, juga mewarnai
kehidupan bertetangga. Terkadang, meskipun
ada rasa mengganjal di hati, kita tidak berani
menyampaikan pendapat sekedar untuk
bertenggang rasa. Padahal, hidup bertetangga
juga mewajibkan kita untuk berbuat sesuatu
3
L embar Jum ’at
Jum’at

manakala terjadi masalah-masalah serius yang Salah satu pasal dalam

menimpa keluarga tetangga kita. Sebagai
contoh adalah terjadinya pencurian atau Undang-undang
perampokan di rumah tetangga sebelah, atau Penghapusan Tindak
adanya kekerasan dalam rumah tang ga Kekerasan dalam rumah
(KDRT) yang menimpa isteri ataupun anak-
anak tetangga. Terhadap hal seperti ini, tangga (PKDRT), yakni
haruskah kita mendiamkannya? Atau sebaliknya. pasal 15 menyebutkan:
Bukankah kita dituntut untuk sigap dalam
“Setiap orang yang
menyikapi persoalan yang ditemui atau
memberikan pertolongan pada tetangga yang mendengar, melihat, atau
membutuhkan? mengetahui terjadinya
Salah satu pasal dalam Undang-undang
Penghapusan Tindak Kekerasan dalam rumah
kekerasan dalam rumah
tangga (PKDRT), yakni pasal 15 menyebutkan: tangga wajib melakukan
“Setiap orang yang mendengar, melihat, atau upaya-upaya sesuai dengan
mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai batas kemampuannya
dengan batas kemampuannya untuk:
a) Mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b) Memberikan perlindungan kepada korban;
c) Memberikan pertolongan darurat; dan adil, melindungi terhadap siapapun, untuk saling
d)Membantu proses pengajuan permohonan mengupayakan ketentraman hidup bersama.
penetapan perlindungan. Pasal ini juga bisa Mereka juga harus bekerja sama, saling terbuka,
dipahami sebagai bentuk penerapan dan membangun komunikasi yang setara antar
langsung mengenai adab dalam berte- sesama.
tangga. Melalui pandangan seperti ini kerukunan
Dengan pasal tersebut hendaknya dalam hidup bermasyarakat, bahkan berbangsa dan
kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak bernegara dapat dikembangkan. Ada saling
hanya dituntut untuk saling menghormati pengertian, kerelaan dan kesepakatan untuk
harkat dan martabat sesamanya. Mereka juga saling menjaga dan kerjasama dengan seimbang
diharuskan saling menjaga, melindungi, dan antar warga. Mudah-mudahan dengan
memberikan pertolongan atas sesamanya dari mempererat kerukunan dan persaudaraan
tindak kekerasan dan pidana. Manusia baik laki- dalam hidup bertetangga, kita bisa saling
laki maupun perempuan adalah sama derajat memberikan manfaat untuk diri dan lingkungan
dan posisinya. Karenanya mereka harus berlaku sekitar. a Ade Jaelani Gahot, Garut Jabar.

Diterbitkan oleh Rahima, Pusat Pendidikan dan Informasi Islam & Hak-Hak Perempuan.
Alamat Jl. Pancoran Timur II A. No. 10 Perdatam Ps. Minggu, Jakarta Selatan 12780
Telp. 021-7984165 Fax. 021-7982955 Email: rahima2000@cbn.net.id Website: www.rahima.or.id

Penanggung Jawab: AD. Eridani Pimpinan Redaksi: AD. Kusumaningtyas Redaktur Pelaksana: Hafidzoh Almawaliy Sekretaris: Binta Rati Pelu
Layout: Mars Design Distribusi: Imam Siswoko, Subhan Mughni, Cecep Jaya Karama.

Lembar Jum’at Al-Arham adalah media untuk penyebarluasan wacana dan kajian Islam yang berperspektif kesetaraan, keadilan, dan menghormati
keragaman.

4 - Edisi 03-Juli 2008