Anda di halaman 1dari 18

Neurotransmiter dalam

Komunikasi Sel Saraf


Vincensiana H.K.D Irwanto
(102016108)
Skenario C
 Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang ke klinik umum dengan eluhan
sulit membuka mulut sejak 3 hari yang lalu. Dokter lalu memeriksa dan
mendiagnosis pasien menderita penyakit tetanus.
 Tetanus adalah infeksi klostridial yang disebabkan oleh bakteri

Clostridium tetani yang masuk melalui luka yang kotor


 Rumusan masalah : Laki-laki berusi 38 tahun kesulitan membuka

mulutnya sejak 3 hari yang lalu


 Hipotesis : Laki-laki tersebut kesulitan membuka mulutnya diakibatkan

oleh adanya gangguan pada


Mind Mab Potensial
Berjenjang

Potensial Aksi

RM Siklus Hodgkin

Proses Sinaps

GPSP
( EPSP & IPSP )
Pendahuluan
 Di hampir semua sel tubuh terdapat potensial listrik yang melintasi
membran.
 Sel saraf mampu membangkitkan impuls elektrokimia ini dan
dimanfaatkan untuk sinyal sepanjang membran saraf.
 Tetanus sendiri adalah infeksi klostridial yang disebabkan oleh bakteri
Clostridium tetani yang masuk melalui luka yang kotor.
 Ekresi racun (eksotoksin) oleh bakteri Clostridium tetani diabsorpsi oleh
ujung saraf motorik dan bergerak ke sel kornu anterior dan menyebabkan
kontraksi spatik dan trimus (kaku rahang/lockjaw), spasme otot-otot
wajah (risus sardonikus), kekakuan dan kejang ekstensor.
 Homeostatis tubuh akan sulit untuk dicapai.
Komunikasi antar Sel
 Terdapat 4 cara dasar komunikasi antar sel
1. Gap junction
2. Contact dependent signals
3. Local comunication (autocrine & paracrine)
4. Long distance comunication (sistem saraf dan endokrin)
Potensial Membran Istirahat
 Potensial membran istirahat terjadi saat sel tidak menghasilkan listrik
 Polarisasi: terjadi pada saat sel bernilai 0 milivolt (mV), dalam arah

positif atau negatif. Pada sel saraf umumnya potensial membran


istirahat terpolarisasi pada -70 mV
Komunikasi Sel Saraf
 Sel saraf dan sel otot memanfaatkan adanya potensial membran istirahat untuk
komunikasi
 Dengan cara mengubah permeabilitas membbran terhadap ion-ion menjadi sinyal listrik
 Sinyal listrik : Potensial berjenjang (jarak dekat) & Potensial aksi (jarak jauh)
Perubahan Potensial Membran
Potensial Berjenjang & Aksi
Potensial Berjenjang
 Potensial berjenjang muncul pada saat depolarisasi yang apabila
mencapai ambang letup akan terjadi hiperpolarisasi
 Pada kasus pasien sulit menggerakan otot rahang bisa terjadi akibat

karena hiperpolarisasi atau kaliaum yang keluar banyak sehingga sel


saraf menjadi sulit dirangsang/ sulit mencapai ambang letup.
 Pada akson timbul depolarisasi yang menyebar ke segala arah dan makin

lama makin berkurang.


 Dari depolarisasi dan penyebaran adalah jarak dekat hingga mencapai

nilai 0
 Contoh: potensial pasca sinaps, reseseptor, end-plate, pacemaker dan

Slow-wave potential
Potensial Aksi
 Ketika diberi rangsangan akan timbul depolarisasi. Jika melewati
ambang letup maka pintu natrium akan terbuka sehingga natrium
masuk ke dalam sel dan sel semakin positif (30+)
 Ketika melewati ambang letup maka kalium akan keluar
 Terkadang natrium yang keuar berlebih sehingga terjadi

hiperpolarisasi. Maka terjadi proses pompa Na+ K+


 Besaran listrik yang dihasilkan sama
Potensial Aksi
 Dirangsang dengan kekuatan yang lebih besar sehingga melewati
ambang namun tidak timbul potensial aksi hingga pada trigesol
akan timbul potensial aksi yang dibawa hingga ke akson terminal
 Pada kasus ini sinyal listrik yang dihasilkan bisa saja mati di

tengah jalan sehingga gerakan yang diharapkan tidak terjadi.


Perbedaan
 Tidak  Penjalaran ke  Mengikuti hukum kolonas
mengikuti segala arah (rangsang di ambang letup yang
hukum dan
kolonas degramental lesama atau lebih kuat pada akson
(kesegala hilop di trigersol maka akan
arah) timbul potensial aksi dengan
kekuatan yang sama)
 Penjalaran searah

Potensial Berjenjang Potensial Aksi


Siklus Hodgkin
Transfer Sinaps
Proses Sinaps

EPSP & IPSP GPSP


Kesimpulan
Pasien yang datang dan didiagnosis terkena Tetanus dapat
mengalami kaku pada otot rahang karena toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri clostridium tethani menyebabkan gangguan pada
proses pensinyalan sel saraf atau menyebabkan terhambatnya
pelepasan neurotransmiter sehingga pergerakan yang dikendalikan
oleh saraf menjadi terganggu kasar atau terganggu. Hal ini berarti
pasien mengalami hambatan pada inhibitorik presinapsis.s
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai