Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus :

EPILEPSI LOBUS TEMPORAL

Penyusun : Iqramansyah
Pembimbing : Dr. dr. Audry Devisanty Wuysang, Sp.S (K)
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. LMA
• Umur : 21 tahun
• Tgl lahir : 23 Sept 1997
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Makassar
• No. RM : 108207
• No. Tlp : 0812-4171-***
ANAMNESA
Keluhan utama : Serangan pingsan
Anamnesa terpimpin :
• Dialami setiap hari sejak usia 4 tahun. Frekuensi hingga sekitar 10-20 kali dalam
sehari. Durasi serangan kurang dari 1 menit. Serangan muncul tidak tentu
waktu. Menurut keluarga lebih sering terjadi serangan saat emosi pasien sedang
tidak stabil atau bila terlambat minum obat.
• Bentuk serangan yaitu tiba-tiba bengong kemudian pasien terjatuh (bila
serangan terjadi saat sedang berdiri) dengan kedua lengan kaku, mata mendelik
ke arah atas. Keluar air liur dari mulut. Saat terjadi serangan pasien dalam
keadaan tidak sadar, tidak menjawab bila dipanggil. Serangan selesai ditandai
dengan pasien berusaha memperbaiki posisi badan, mengusap hidung, atau
terbatuk-batuk, dan berteriak. Langsung sadar dan bisa bicara seperti biasa. Pola
serangan pertama kali sama sampai dengan serangan yang terakhir.
• Riwayat serangan pertama kali dialami saat usia 4 tahun, tidak disertai demam
dan riwayat trauma disangkal.
… ANAMNESA

• Riwayat pengobatan dengan OAE pertama kali


pasien diberi Depacote kaplet 1x1. Obat tidak
dilanjutkan karena menurut keluarga kondisi
pasien semakin memburuk, diduga reaksi tidak
cocok dengan obat yang diberikan.
• Selanjutnya pengobatan diganti dengan Bamgetol
2x500mg, Clobazam 2x20mg, Topamax 2x50mg,
Vitamin B6 1x1. Selama rutin minum obat,
serangan dinilai semakin berkurang (3-4 kali
sehari) namun tidak pernah bebas dari serangan.
… ANAMNESA

• Riwayat kehamilan ibu preeklampsia, cukup bulan. Riwayat


persalinan lahir normal, tidak langsung menangis, bayi biru,
BBL 1.8 kg, (dirawat dalam inkubator selama 2 bulan di RS).
• Tumbuh kembang awalnya normal, namun tingkat
kecerdasan diketahui bermasalah setelah sekolah (hanya
sampai kelas 4 SD). Tidak dapat mengikuti pelajaran, bisa
membaca (walaupun agak lambat). Kesulitan menulis dan
berhitung.
• Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
• Riwayat penyakit infeksi berat tidak ada.
• Riwayat ibu demam saat hamil tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 80 x/menit, regular, kuat angkat
• Pernapasan : 22 x/menit
• Suhu : 36,6oC
Pemeriksaan Neurologis
• GCS : E4M6V5
• Rangsang Meninges : Kaku kuduk Neg,
Kernig Sign : Neg/Neg
• FKL : terganggu (retardasi mental)
• Nn. Cranialis : pupil bundar isokor, diameter
2.5 mm, Refleks cahaya +/+
• Nn. Cranialis lain : Normal
• Motorik
Pergerakan Tonus Reflex Fisiologis

N N N N N N

N N N N N N

Kekuatan Reflex Patologis


 
5 5 Neg Neg
 
5 5 Neg Neg
 

• Sensorik : Normal

• Autonom : Normal
PEMERIKSAAN EEG

• Klasifikasi EEG : Abnormal III, tampak


gelombang lambat dengan ampliduto
sedang-tinggi yang generalized dan
intemitten.
• Kesan : Temuan EEG sesuai dengan
Epilepsi Lobus Temporal
• Usul : Terapi dengan obat anti
epilepsi
DIAGNOSIS
D/ Klinis : Partial Complex Seizure
D/ Topis : Cerebral Hemisphere
D/ Etiologis : Epilepsi Lobus Temporal

TERAPI
• Clobazam 20mg (2x1)
• Topiramat (Topamax) 50mg (2x1)
• Carbamazepin 200mg (2x3)
• Vitamin B1 B6 B12 (2x1)
DISKUSI
• Pasien laki-laki berusia 21 tahun dengan
serangan pingsan berulang yang dialami setiap
hari sejak usia 4 tahun. Frekuensi serangan
awalnya sekitar 10-20 kali dalam sehari. Durasi
kurang dari 1 menit. Serangan muncul tidak
tentu waktu. Menurut keluarga pasien
serangan lebih sering terjadi saat emosi pasien
sedang tidak stabil.
Diagnosa Epilepsi
hingga sekarang

Kelas 4 SD :
Putus sekolah

Usia 4 tahun :
Serangan
pertama kali

Lahir :
- riwayat apnoe
- Rawat
inkubator
VIDEO
• Bengong

• Terjatuh (bila serangan terjadi saat


sedang berdiri) dengan kedua
lengan kaku,

• mata mendelik ke arah atas

• Serangan selesai ditandai dengan pasien


berusaha memperbaiki posisi badan,
mengusap hidung, terbatuk-batuk, dan
berteriak.
• Saat terjadi serangan pasien dalam keadaan
tidak sadar, tidak menjawab bila dipanggil.
• Langsung sadar dan bisa bicara seperti biasa.
• Pola serangan pertama kali sama sampai
dengan serangan yang terakhir.

• *pasien tidak ingat bila ditanya mengenai


serangan yang baru saja dialami
Postictal nose rubbing
• Tanda lateralisasi yang sering dan mudah dinilai pada
pasien dengan epilepsi lobus temporal (Geyer et al., 1999;
Leutmezer et al., 1998a; Wennberg, 2001).

• Tangan yang digunakan untuk menggosok hidung


adalah ipsilateral ke hemisfer onset serangan di 45,2-
97,3% dari semua pasien dengan epilepsi lobus
temporal (Hirsch et al., 1998; Leutmezer et al., 1998a; Wennberg, 2001)
dengan tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik, antara epilepsi lobus temporal kanan dan kiri.
• Tangan ipsilateral paling mungkin digunakan karena
paresis ringan atau pengabaian lengan kontralateral.
(Leutmezer et al., 1998a). (1)
Postictal coughing
• Didapatkan pd 9-13% pasien TLE dan tampaknya
dikaitkan dengan postictal nose rubbing (Gil-Nagel dan
Risinger, 1997; Wennberg, 2001 )
• Hal ini tidak lazim ditemukan pada pasien dengan
epilepsi ekstratemporal (Fauser et al., 2004; Wennberg, 2001)
• Sebelumnya, batuk postiktal dianggap sebagai tanda
kejang mesiotemporal kanan tanpa signifikansi
statistik (Gil-Nagel dan Risinger, 1997; Wennberg, 2001)
• Fauser et al. baru-baru ini menerbitkan dominasi
signifikan secara statistik dari serangan kejang
temporal kiri pada kejang dengan batuk postiktal. Nilai
lateralisasi batuk postiktal masih belum jelas. (1)
Fitur semiology serangan lobus temporal dan frontal (2)
Fitur Temporal Frontal
 Frekuensi serangan Lebih jarang Biasanya setiap hari

 Onset serangan Lebih lambat Tiba-tiba, meledak

 Aktivasi tidur Jarang Sering/ khas


 Progresi Lebih lambat Cepat
 Automatisme Lazim terjadi, lebih lama Tidak lazim
 Diawali tatapan diam Lazim Tidak lazim
(Initial motionless stare)

 Complex postures Terlambat, kurang sering, kurang Sering. Menonjol, dan lebih awal
menonjol
 Hypermotor Jarang Lazim
 Bipedal automatisms Jarang Khas

 Somatosensory Sx Jarang Lazim

 Vokalisasi Bicara (non dominan) Keras, bukan bicara (mendengus,


menjerit, merintih)

 Durasi serangan Lebih lama Singkat

 Secondary generalization Lebih jarang Lazim

 Postictal confusion Lebih menonjol, lebih lama Kurang menonjol, singkat

 Postictal aphasia Lazim pada hemisfer dominan Jarang, kecuali menyebar ke


lobus temporal
 
FAKTOR Temuan pada focal seizure dari lobus temporal bagian Temuan pada focal seizures yang berasal dari lobus
medial temporal bagian lateral.

GAMBARAN KLINIS • Riwayat kejang demam yang lama (pada pasien- • Biasanya tidak ada riwayat kejang demam
pasien yang mengalami sklerosis temporal medial)
• Kejang lebih lama dari kejang lobus frontal
(biasanya> 2 menit), dengan evolusi yang lebih lambat
dan onset / offset lebih bertahap

AURA • Aura biasa terjadi. Khas pada medial temporal • Aura, biasa terjadi. Halusinasi (terutama pendengaran) atau
(bukan yang berasal dari temporal lateral) adalah ilusi lebih mengarah ke lateral dibandingkan epilepsi
visceral, cephalic, gustatory, afektif, aura perceptual temporal-medial, tetapi aura lobus temporal lainnya dapat
atau otonom terjadi
• Kesadaran parsial umumnya dipertahankan, • Tatapan tak bergerak dan automatisme mirip dengan yang
terutama pada tahap awal, dan evolusi kejangnya ada pada epilepsi lobus temporal medial
lambat
• Ciri yang menonjol berupa fungsi motorik yang
tertahan disertai hilang kesadaran ('tatapan tidak
bergerak')
• Sering terjadi post-ictal confusion dan post-ictal
dysphasia
• Perubahan otonom (mis. Pucat, kemerahan, dan
takikardia)
• Automatisme. Seringkali lebih ringan dari pada
epilepsi lobus frontal, dan biasanya oro-alimentary
(bibir mengecap-ngecap, mengunyah, menelan), atau
gestural (mis. meraba-raba, gelisah, tindakan motorik
berulang-ulang, membuka baju, berjalan, berlari) dan
kadang-kadang berlangsung lebih lama. Vokalisasi juga
biasa terjadi. Automatisme motorik lain dapat terjadi.
 

*Tabel ini termasuk fitur-fitur klinis terutama karakteristik epilepsi lobus temporal. Namun, dalam banyak kasus, fitur-fitur ini tidak muncul. (4)
FAKTOR Temuan pada focal seizure dari lobus temporal Temuan pada focal seizures yang berasal dari lobus
bagian medial temporal bagian lateral.

EEG EEG EEG


Inter-ictal : • Spike dan focal discharge dari bagian temporal
• Kelainan epileptiformis: Gelombang spike/sharp • Spike maksimum mungkin terjadi pada bagian lateral
anterior atau mid-temporal (paling jelas (posterior) area temporal, dibandingkan temporal /
ditunjukkan pada elektroda sphenoidal) sphenoidal anterior. Polyspike lebih sering terlihat dengan
• Kelainan non-epileptiformis: perlambatan regional generator neokortikal (with neocortical generators)
di daerah lobus temporal (tanda-tanda EEG bisa  
unilateral atau bilateral)
Ictal:
• Aktivitas alfa atau theta temporal yang ritmik
dalam waktu 30 detik dari onset (pada ~ 80% kejang
MTLE)
 
Imaging • Sklerosis hipokampus (dapat dibuktikan dengan • Perubahan struktural (terutama malformasi
penurunan unilateral volume hipokampus dan perkembangan kortikal, tumor jinak, glioma, perubahan
peningkatan sinyal pada pemindaian MRI T2- pasca trauma, angioma kavernosa)
weighted)
• Lesi struktural (paling sering: hamartoma, tumor
jinak lainnya, glioma, angioma kavernosa,
malformasi perkembangan kortikal)

*Tabel ini termasuk fitur-fitur klinis terutama karakteristik epilepsi lobus temporal. Namun, dalam banyak kasus, fitur-fitur ini tidak
muncul. (4)
TATA LAKSANA
• AOE pertama kali diberi Depacote kaplet 1x1.
(tidak dilanjutkan karena kondisi pasien semakin lemah
disertai gelisah, dan seperti orang yang tidak sadar.)
• Selanjutnya pengobatan diganti dengan
Bamgetol 2x500mg, Clobazam 2x20mg,
Topamax 2x50mg, Vitamin B6 1x1. Selama
rutin minum obat, serangan dinilai semakin
berkurang (3-4 kali sehari) namun tidak
pernah bebas dari serangan.
… TATA LAKSANA
Penanganan non-farmakologis :
• Vagal Nerve Stimulation (VNS); disetujui untuk pengobatan
epilepsi parsial yang intractable pada pasien yang berusia 4
tahun ke atas
• Responsive Neurostimulation (RNS) ; stimulasi fokus kejang
ketika kejang terjadi adalah tujuannya
• Deep Brain Stimulation (DBS) ; sedang menunggu
persetujuan FDA namun sudah tersedia di beberapa negara
lain
• Temporal Lobektomi (pengobatan definitif untuk epilepsi
lobus temporal yang intractable dengan tingkat bebas
kejang tinggi)
• Terapi diet bersifat tambahan seperti diet ketogenik dan
modifikasi diet Atkins.(3)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai