Anda di halaman 1dari 26

PELARUT BUKAN AIR

FARIDA NURAENI,MSi
PELARUT
 Meskipun air dikenal sebagai pelarut paling penting, tetapi air
bukan hanya satu-satunya pelarut yang terpenting.

 Dalam kimia organik sering digunakan pelarut non polar


seperti CCl4 dan bensena untuk melarutkan senyawa-senyawa
non polar.

 Pelarut polar misalnya ammonia, asam sulfat, asam asetat


glacial dan belerang dioksida.

 Mempelajari tentang larutan secara kimia erat hubungannya


dengan teori asam basa.
TEORI ASAM BASA
J.N. Bronsted dan T.M. Lowry
 Asam : pemberi proton

 Basa : penerima proton

 Untuk larutan encer definisi asam basa menurut Bronsted-Lowry


tidak berbeda dengan definisi Arhenius bahwa asam mengandung
ion H+ dan basa mengandung ion OH-.
 2 H2O H3O+ + OH-
Pelarut murni asam basa

 Penggunaan definisi asam basa Bronsted-Lowry sangat terbatas


karena banyak pelarut yang terpolarisasi seperti larutan ammonia
atau asam sulfat
 NH4+ + NH2- 2 NH3
Asam basa netral
 
 H3SO4+ + HSO4- 2H2SO4
Asam basa netral

 Reaksi perpindahan proton dari molekul ion yang


bersifat sebagai pemberi proton ke molekul ion
yang bersifat sebagai penerima proton secara
umum dikatakan sebagai reaksi netralisasi.
Lux Flood
 Teori ini menggambarkan bahwa asam-basa berkelakuan dalam bentuk ion oksida.
Contoh : dalam logam-logam anorganik pada temperature tinggi :

 CaO + SiO2 CaSiO3


Basa asam

 Basa (CaO) adalah pemberi oksida dan asam (SiO2) adalah penerima oksida.
 Menurut Lux Flood basa adalah basa anhidrida :

Ca2+ + O2- + H2O Ca2+ + 2OH-

 Sedangkan asam adalah suatu asam anhidrida:

SiO2 + H2O H2SiO3


 
G.N. Lewis

 Teori ini banyak digunakan karena sederhana dan


luas pemakaiannya khususnya dalam reaksi
organic.

 Basa adalah pemberi pasangan electron .

 Asam penerima pasangan electron


Usanovich

 Asam : banyaknya species kimia yang bereaksi


dengan basa memberikan kation atau menerima
anion.

 Basa : banyaknya species kimia yang bereaksi


dengan asam, memberikan anion atau menerima
kation
Sistem pelarut
 Banyak pelarut mengalami autoionisasi membentuk kation dan
anion :
2 H2O H3O+ + OH-
2 NH3 NH4+ + NH2-
2 H2SO4 H3SO4+ + HSO4-

 Asam : pertambahan konsentrasi dan karakteristik pelarut kation

 Basa : pertambahan konsentrasi dan karakteristik pelarut anion.

 Suatu kelebihan dari konsep system pelarut bahwa kepekaannya


cukup tinggi pada reaksi ion dari larutan.
Pengamatan empiris yang dapat diamati
dari konsep asam-basa:
 Sifat kebasaan oksida logam :
Dalam sistem periodik sifat kebasaan dari oksida-oksida
logam cenderung untuk bertambah dalam satu golongan
dari atas ke bawah.

 Reaksi hidrasi dan hidrolisa :


Semakin besar ukuran muatan kation maka energi
hidrasinya semakin bertambah, sedangkan dalam reaksi
hidrolisa sifat keasaman dari kation lebih besar, sehingga
menyebabkan pemutusan ikatan O-H yaitu dengan
mengionisasikan hidrat untuk menghasilkan ion hidronium.
 Sifat kebasaan dari amina-amina yang tersubstitusi:

Dalam air, ammonia adalah basa lemah tetapi NF3 menunjukkan sifat
ketidakbasaan.

Dalam molekul NH3 N adalah bagian muatan negative dari pengaruh


induksi atom H.
Jika atom-atom H dalam molekul NH3 diganti dengan gugus penarik
electron seperti –OH atau –NH2 menunjukkan bahwa sifat kebasaan
dari NH3 berkurang,
sedang jika H diganti oleh gugus pemberi electron (mis : gugus alkyl)
maka sifat kebasaan dari N akan bertambah, karena substitusi dari
gugus alkyl untuk H dalam molekul NH3 menghasilkan pertambahan
kerapatan electron pada atom N sehingga meningkatkan sifat kebasaan.
 Sifat keasaman dari oksida asam:
Kekuatan dari oksida asam tergantung pada
berbagai faktor antara lain :Pengaruh induksi dari
atom pusat pada gugus hidroksil (elektronegativitas
terpadu dari atom pusat).
Misalnya : HClO4, HNO3 asam paling kuat
H2SO4 sedikit lebih rendah
H3PO4, H2CO3 asam lemah
Pengaruh induksi dari substituen

 Misal : CH3COOH adalah asam lemah , jika


dilakukan substitusi atom Cl pada gugus metil
maka keasaman akan bertambah, sehingga
CCl3COOH lebih kuat dari H3PO4.
 Dalam asam-asam oksida anorganik yang
terpenting adalah jumlah atom oksigen yang
mengelilingi atom pusat. Contoh :
 deretan asam oksiklorida kekuatan asam bertambah
dari :

 HClO < HClO2 < HClO3 < HClO4


LARUTAN
 Larutan terdiri dari solute (zat terlarut) dan solven (pelarut), pelarut dibedakan
antara pelarut non polar (CCl4, Benzena) dan pelarut polar (Amonia, Asam
Sulfat,Asam asetat glasial, SO2). Untuk menentukan pelarut kita harus mengetahui
sifat-sifat fisik dari pelarut, sifat yang mendasari sifat fisik pelarut adalah konstanta
dielektrikum. Jika konstanta dielektrikum tinggi maka pelarut tersebut akan
semakin tinggi kemampuannya melarutkan zat-zat yang bersifat ionik.

 Hubungan antara gaya Tarik Coulomb dengan ion-ion yang berlawanan adalah
sebagai berikut :
E = q + q - / 4Пrε

Dimana ε = konstanta dielektrikum.

 Pelarut dengan konstanta dielektrikum tinggi akan cenderung seperti air dalam hal
kemampuan untuk melarutkan garam-garam.
 
Pelarut

Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam
jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat
terlarut.

Beberapa sifat penting pelarut antara lain:

 Kemampuan melarutkan (solubility)


 Kecepatan menguap
 Trayek didih
 Berat jenis (specific gravity)
 Flashpoint
Berdasarkan sifat-sifat di atas, pelarut dapat dikategorikan
berdasarkan fungsinya sebagai berikut:

 True solvent, melarutkan dalam proses ekstraksi,


pemurnian dalam pembuatan emulsi dan suspense.
 Diluent, untuk pengencer. Misalnya pada industri cat.
 Latent solvent, meninggikan daya larut aktif pelarut.
 Media reaksi, reaksi akan berlangsung lebih cepat dalam
fase cair.
 Paint remover, untuk pembersih atau penghilang cat.
 Pelarut yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air.

 Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik
(mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.

 Pada proses ekstraksi, pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mempunyai
daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi.

 Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan
kepolaran senyawa yang diektraksi.

 Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar, dan
sebaliknya.

 Prinsip ini disebut dengan like dissolves like. Kepolaran suatu pelarut
ditunjukkan oleh momen dipol, konstanta dielektrik, dan kelarutannya di air.
AIR
 Salah satu sifat fisik air yang khusus adalah sifat permitivitas
(konstata dielektrikum) yang sangat tinggi, sehingga air dipakai
untuk pelarut yang baik untuk senyawa ionik dan polar.

 Sifat fisik air adalah sebagai berikut : titik didih 100º C, titik
beku 0o C, kerapatan 1,00 g cm -3 (PADA 4º c), permitivitas
(konstanta dielektrikum) = 81,7 εo (pada 18 o C).

 Sifat-sifat penting yang menentukan kegunaan pelarut adalah :


Range suhu dari cairan ,konstanta dielektrikum , sifat asam-
basa Lewis (sifat donor/ aseptor elektron), keasaman/ kebasaan,
autodisosiasi.
AMONIA
 Jika konstanta dielektrikum semakin rendah umumnya berkurang
kemampuan untuk melarutkan senyawa-senyawa ionik,khususnya
yang mengandung ion tinggi (karbonat, sulfat, fosfor) praktis tidak
larut.

 Stabilisasi interaksi antara zat terlarut dan pelarut (amonia) adalah


sebagai berikut :

Interaksi antara zat terlarut yang berisi ion logam seperti Ni2+ , Cu
2+, Zn 2+ dan molekul amonia (sebagai zat pelarut) dapat berlaku
sebagai ligan untuk membentuk kompleks amin yang stabil.

Amonia adalah molekul pelarut yang lebih besar daripada air


terhadap molekul yang kurang polar.
 Reaksi pengendapan terjadi dalam amonia seperti juga
dalam air, pengendapan terjadi dikarenakan perbedaan
kelarutan antara 2 pelarut.

 Contoh :
Dalam air : KCl + AgNO3 AgCl + KNO3
Dalam amonia : AgCl + KNO3 KCl + AgNO3
 
 Amonia dapat mengalami reaksi autodisosiasi dengan
pembentukan ion amoniun dan amida.

2 NH3 NH4 + + NH2-


 Reaksi netralisasi dapat terjadi seperti dalam air :
 
K+ NH2 - + NH4+ I- KI + 2NH3
 
 Pembentukan kompleks dengan amida berlebihan yang
berlaku juga dalam air dan hasil yang diperoleh
berkelakuan sebagai amfoter :

Zn 2+ + 2OH- Zn(OH)2 Zn (OH)4 2-


Zn 2+ + 2NH2- Zn(NH2)2 Zn(NH2)4 2-
 Semua asam yang kuat dalam air bereaksi sempurna dengan amonia untuk
meningkatkan pembentukan ion amonium.
 
HClO4 + NH3NH4+ + ClO4-
HNO3 + NH3 NH4 + + NO3 -

 Asam yang berkelakuan sebagai asam lemah dalam air (pKa diatas 12)
bereaksi secara sempurna dengan amonia dan dihasilkan asam kuat dalam
pelarut.

H2C2H3O2 + NH3 NH4 + + C2H3O2 -


 Molekul yang tidak berkelakuan asam dalam air dapat berkelakuan sebagai
asam lemah dalam amonia.
 
NH2C(O)NH2 + NH3 NH4 + NH2C(O)NH -
ASAM SULFAT
 Asam sulfat dapat mengalami autoionisasi menghasilkan ion hidrogen sulfat (bisulfat) dan
proton yang tersolvasi.
 
2 H2SO4 H3SO4 + + HSO4 –
 
 Informasi mengenai sifat larutan dalam pelarut H 2SO4 dengan mengukur penurunan titik beku,
dimana konstanta titik beku (k) untuk H2SO4 adalah 6,12 Kgo C mol -1, untuk larutan ideal
penurunan dari titik beku adalah ;
 
 ∆T=kmv dimana : m = molaritas stoikiometri (mol zat terlarut/ kg pelarut)
v = jumlah pelarut yang terbentuk bila 1 molekul dari zat
terlarut dilarutkan dalam pelarut.
 Misalnya :
 
C2H5OH + 2H2SO4 C2H5HSO4 + HSO4 - + H3O + v =3
 

 Semua species yang ditemukan bersifat basa dalam air juga bersifat basa dalam H 2SO4 :
 
OH - + 2 H2SO4 2 HSO4 - + H3O + v=3
NH3 + H2SO4 HSO4 - + NH4 + v=2
 Air berkelakuan sebagai basa dalam H2SO4 :

 H2O + H2SO4 HSO4 - + H3O + v=2


 
 Asam asetat adalah asam lemah dalam larutan encer dan HNO 3 adalah asam kuat tetapi
keduanya berkelakuan sebagai basa dan asam sulfat.
 
 CH3COOH + H2SO4 HSO4 - + CH5COOH v= 2
 
 HNO3 + 2H2SO4 2HSO4 - + NO2 - + H3O + v= 4
 
 H2SO4 adalah media yang sangat asam dan hampir semua bahan yang bereaksi dengan
H2SO4 terbentuk hidrogen sulfat dan bersifat basa, hal ini disebabkan karena molekul H 2SO4
mempunyai kecenderungan paling
 Asam perklorat adalah salah satu asam yang dikenal kuat
tetapi dalam H2SO4 praktis bukan elektrolit karena
berkelakuan sebagai asam yang sangat lemah.

HClO4 + H2SO4 H3SO4+ + ClO4 -

sebagai berikut :
 
2 HNO3 H2NO3+ + NO3 –
H2NO3+ NO2 - + H2O
HNO3

 Konsentrasinya 70%, dalam keadaan murni tidak berwarna tetapi dapat


mengalami dekomposisi fotokimia sehingga menghasilkan NO2 dan
warna menjadi kuning.

2 HNO3 2 NO2 + H2O + ½ O2

 Penyimpanan seharusnya pada suhu dibawah 0o C untuk menghindari


terjadinya dekomposisi termal. Dalam cairan murni terjadi kesetimbangan

 HNO3 merupakan pengoksidasi kuat.


S.E.L.E.S.A.I.........
TERIMA KASIH.........

Anda mungkin juga menyukai