Anda di halaman 1dari 42

SEMINAR NASIONAL

K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Nasrul Sjarief, SE, ME.


Direktur Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Di Golden Boutique Hotel - Jakarta


Pada tanggal 4 September 2007
Tema Pokok

“PENERAPAN K3 DALAM UPAYA


PENANGGULANGAN KEBAKARAN PADA
INSDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG”
Sub tema :
Kebijakan K3
Penanggulangan Kebakaran

Menuntut koordinasi lintas sektor, kepedulian,


kemandirian dan tanggung jawab masyarakat
Kondisi Saat ini
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemakaian berbagai
jenis bahan kimia di berbagai sektor kegiatan baik industri dan
bangunan gedung semakin meningkat.
 Dengan semakin kompleknya bahan dan peralatan yang digunakan,
maka potensi bahaya kebakaran khususnya pada industri dan
bangunan gedung menjadi lebih besar.
 Pengetahuan dan kesadaran pengusaha dan tenaga kerja mengenai
penerapan K3 di industri dan bangunan gedung belum memadai.
 Industri dan bangunan gedung banyak yang belum memenuhi
standar K3, baik dalam kualitas bangunan maupun peralatan, sarana
dan sistem penanggulangan kebakaran.
 Sistem dan prosedur tanggap darurat dalam menghadapi bahaya
kebakaran, belum sepenuhnya dimilliki oleh setiap gedung
 Tidak semua gedung-gedung dan tempat kerja mempunyai personil di
bidang penggulangan kebakaran yang telah memenuhi standar
kompetensi
 Kebakaran yang terjadi sebagian besar terjadi di tempat kerja dan
mengakibatkan kerugian jiwa dan materi yang cukup besar.
Pengentasan
kemiskinan

KETENAGAKERJAAN KETRANSMIGRASIAN

Peran Binwasnaker
Hub.
Penempatan Perlindungan
Industrial Pengawas

Pengangguran Daya Saing Jam Sosial


Norma Kerja

Norma K3
Efektifitas Pembinaan &
Pengawasan
Norma PA

1. Pengawas
Pemberdayaan
2. Q Pengawas Pengawasan KK
3. Struktur Orgn Daerah
4. - Laporan & Informasi
- Kendali pengawasan
5. Anggaran & Sarana
Unit
Kebijakan Pengawasan JEJARING KERJA
Kab/Kota
BNSP
Terwujudnya Pengawasan Departemen
UU No.13/2003 Terkait
Propinsi Ketenagakerjaan Secara
UU No.1/1970
UU No.21/2003 Pusat Mandiri (Independent), Tidak BSN Internal
Depnakertrans
Memihak, (Fair Treatment),
UU No.32/2005
Lembaga Profesional dan Seragam PT. Jamsostek
Hyperkes (Equal Implementation)
PMP di Seluruh Indonesia Perguruan
No.14/1957 Tinggi
DK3N
dgn
perubahannya
P2K3
Tujuan
PMP Kebijakan
No.7/1965 Lembaga
Auditor
Pengawasan SMK3
Per.Men No.05/
Kep.Men PJK3 Inspeksi 1996
No.155/1984 SDM Pengawasan
UU No.13/2003
Per.Men PJ Diklat K3 Pengawas UU No.1/1970
No.04/1987 Strategi Ketenaga UU No. 3/1992
Per.Men 1. Peningkatan kerjasama dengan instansi kerjaan UU No.21/2003
Asosiasi K3 terkait baik dalam / luar negeri
No.04/1995 UU No.32/2005
2. Pengembangan budaya dan etos kerja Korwas UU No. 8/1981
Profesional 3. Pemberdayaan Stake Holder dalam PPNS
AD/ART K3 pengawasan ke TK an
PP. No 19/1974

4. Pemantapan sistem pengawasan ke-


Keppres No. Per.Men
KAN TK-an Ahli K3
No.04/1987
12/2001 5. Pengembangan strategi dan program
Keppres No. dalam rangka pencapaian penanganan Per.Men No.02/
JARAK substansi teknis Pengawasan Ke-TK-an 1992
59/2002
.
AD/ART LSM (anak)
KEBIJAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
NASIONAL

TERWUJUDNYA BUDAYA
K3 DI INDONESIA

Impian masa depan yang ingin diwujudkan untuk


waktu yang tidak terbatas dan menjangkau
masyarakat luas
KEBIJAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
NASIONAL

 Peningkatan pengawasan dalam menjamin


perlindungan K3;
 Peningkatan penerapan norma K3 dan
pelaksanaan K3 secara mandiri;
 Pengembangan kebijakan K3 sesuai
kemajuan Iptek

Elemen elemen fungsional teknis yang harus dikembangkan


KEBIJAKAN
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
NASIONAL

1. Pemantapan peraturan perundang-undangan,


standar, pedoman K3
2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja;
3. Peningkatan pembangunan SMK3 di tempat kerja;
4. Pelaksanaan kerjasama antar negara, antar
daerah dan dengan pihak-pihak terkait;

Kegiatan jangka pendek yang harus dikerjakan untuk


mengatasi masalah aktual
 Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan keselamatan dan kesehatan
kerja
 Peningkatan pelaksanaan K3 meliputi kualitas dan kuantitas penerapan SMK3.
 Peningkatan fungsi pembinaan manajemen, dukungan administratif,
sumberdaya, perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih, transparan,
akuntabel dan bebas KKN,
 Pembinaan dan sosialisasi pelaksanaan norma K3;
 Penyediaan sarana dan prasarana pengawasan K3;
 Penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan, standar,
pedoman keselamatan dan kesehatan kerja;
 Pengembangan dan penyempurnaan sistem, mekanisme dan prosedur
pengawasan K3;
 Penegakan norma K3;
 Pelaksanaan analisa informasi K3;
ARAH
ARAH KEBIJAKAN
KEBIJAKAN K3
K3

• Aman
• Sehat
TERSELENGGARANYA • Ramah lingkungan
• Nihil Kecelakaan

Peningkatan
Di Tempat Kerja produktifitas
Tujuan K3
Ref.
Ref. UU
UU No
No 11 th
th 1970
1970
• Melindungi para pekerja dan orang
lainnya di tempat kerja
• Menjamin setiap sumber produksi
dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar
OUT COME
 Proses produksi lancar
 Produktivitas meningkat
 Kesejahteraan meningkat
U
UU No.13 Tahun 2003
KUM
H
DA
S AR
tentang
Ketenagakerjaan
1. Dalam pembangunan Nasional, tenaga kerja
mempunyai peranan & kedudukan yg penting
sebagai pelaku & tujuan pembangunan
2. Perlindungan tenaga kerja dimaksudkan utk
menjamin hak-hak dasar pekerja, kesamaan
kesempatan & perlakuan tanpa diskriminasi utk
mewujudkan kesejahteraan & keadilan
3. Untuk menjamin pelaksanaan perlindungan
pekerja, ditetapkan peraturan per-UU-an
ketenagakerjaan
KUM UU No.13 Tahun 2003
H U
AR tentang
S
DA
Ketenagakerjaan

Pasal 2 :
Pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar R.I tahun
1945.
KUM UU No.13 Tahun 2003
H U
AR tentang
S
DA
Ketenagakerjaan
Pasal 4
Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :

Membudayakan & mendayagunakan tenaga kerja secara


optimal dan manusiawi,
Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja & penyedian
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan nasional nasional dan daerah,
Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam
mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja,
Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan
keluarganya.
UM UU No.13 Tahun 2003
U K
R
H tentang
S A
DA Ketenagakerjaan

Pasal
Pasal35
35
(1)
(1)Pemberi
Pemberikerja
kerjayang
yangmemerlukan
memerlukantenaga
tenagakerja
kerjadapat
dapatmerekrut
merekrutsendiri
sendiri
tenaga
tenaga kerja
kerja yang
yang dibutuhkan
dibutuhkan atau
atau melalui
melalui pelaksana
pelaksana penempatan
penempatan
tenaga
tenagakerja
kerja
(2)
(2) Pelaksana
Pelaksana penempatan
penempatan tenaga
tenaga kerja
kerja sebagaimana
sebagaimana dimaksud
dimaksud pada
pada
ayat
ayat (1)
(1) wajib
wajib memberikan
memberikan perlindungan
perlindungan sejak
sejak rekruitmen
rekruitmen sampai
sampai
penempatan
penempatantenaga
tenagakerja
kerja
(3)
(3) Pemberi
Pemberi kerja
kerja sebagaiamna
sebagaiamna diamksud
diamksud pada
pada ayat
ayat (1)
(1) dalam
dalam
mempekerjakan
mempekerjakan tenaga
tenaga kerja
kerja wajib
wajib memberikan
memberikan perlindungan
perlindungan yang
yang
mencakup
mencakup kesejahteraan,
kesejahteraan, keselamatan
keselamatan dan
dan kesehatan
kesehatan baik
baik mental
mental
maupun fisik tenaga kerja
maupun fisik tenaga kerja
UM UU No.13 Tahun 2003
U K
R
H tentang
S A
DA Ketenagakerjaan

Pasal
Pasal86
86
(1)
(1) Setiap
Setiap pekerja
pekerja // buruh
buruh mempunyai
mempunyai hak
hak untuk
untuk memperoleh
memperoleh
perlindungan
perlindunganatas
atas::
a.
a.keselamatan
keselamatandan
dankesehatan
kesehatankerja
kerja
b.
b.Moral
Moraldan
dankesusilaan
kesusilaan
c.c.Perlakuan
Perlakuanyang
yangseuai
seuaidengan
denganharkat
harkatdan
danmartabat
martabat
manusia
manusiaserta
sertanilai-nilai
nilai-nilaiagama.
agama.
(2)
(2) Untuk
Untuk melindungi
melindungi keselamatan
keselamatan pekerja
pekerja // buruh
buruh guna
guna mewujudkan
mewujudkan
produktivitas
produktivitaskerja
kerjayang
yangoptimal
optimaldiselenggarakan
diselenggarakanupaya
upayaK3.
K3.
(3)
(3) Perlindungan
Perlindungansebagaimana
sebagaimanapada padaayat
ayat(1)
(1)dan
danayat
ayat(2)
(2)dilaksanakan
dilaksanakan
dengan
denganperaturan
peraturanperundangan
perundanganyangyangberlaku.
berlaku.
UM UU No.13 Tahun 2003
U K
R
H tentang
S A
DA Ketenagakerjaan

Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan

(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
K3 Penanggulangan
Kebakaran
Undang undang No 1 tahun 1970

 Upaya untuk melindungi tenaga kerja, asset


perusahaan dan lingkungan dari bahaya kebakaran
Keselamatan Kerja

 Penyediaan sdm, sarana dan prasarana


pengendalian potensi bahaya kebakaran

OUT COME
 Mencegah & Menekan resiko
kerugian
(SEBELUM)
(SEBELUM) (SELAMA)
(SELAMA) (SESUDAH)
(SESUDAH)
SISTEM PENCEGAHAN
KEBAKARAN INVESTIGASI
INVESTIGASI
SISTEM PROTEKSI DETEKSI ALARM
ANALISIS
ANALISIS
• PASSIF PEMADAMAN
KOMPARTEMENISASI REKOMENDASI
REKOMENDASI
SARANA EVAKUASI LOKALISIR
• AKTIF REHABILITASI
REHABILITASI
FIRE SAFETY EVAKUASI &
EQUIPMENT RESCUE

• FIRE EMERGENECY PENGAMANAN


RESPONS PLAN
PEMBINAAN &
LATIHAN
Pasal 3 ayat (1).
Undang-undang No 1 Th 1970

Dengan peraturan perundangan ditetapkan


PENGENDALIAN
syarat syarat keselamatan kerja untuk :
ENERGI
Keselamatan Kerja

• mencegah, mengurangi, dan memadamkan


kebakaran,
tentang

• mencegah, mengurangi peledakan


SARANA
• PROTEKSI jalan
memberikan kesempatan
menyelamatkan KEBAKARAN
diri dalam bahaya
kebakaran
• pengendalian penyebaran asap, gas dan
suhu
MANAJEMEN
Pasal 9 ayat (3).
K3
Pengurus wajib membina K3 penanggulangan
kebakaran
Kepmenaker No. 186/Men/1999,

Unit Penanggulangan Kebakaran di


Pasal 2 (1) dan (2) mewajibkan kepada
pengurus/ pengusaha untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran,
melalui :
No Kep 186/Men/1999

a) Pengendalian setiap bentuk energi


KEPMENAKER

b) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam


Tempat Kerja

kebakaran dan sarana evakuasi


Tentang

c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan


gas
d) Pembentukan unit penanggulangan
kebakaran di tempat kerja
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi
penanggulangan kebakaran secara berkala
f) Memiliki buku rencana penanggulangan
keadaan darurat kebakaran bagi tempat kerja
yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima
puluh )orang tenaga kerja dan atau tempat
kerja yang berpotensi bahaya kebakaran
sedang dan berat.
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
•KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK
Pengendalian •PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
ENERGI •KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
•PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

SARANA •PERMENAKER 04/80 Persyaratan pemasangan APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/83 Persyaratan ALARM Otomatik
KEBAKARAN •INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997 Tata cara
Pengawasan K3 Peng. Kebakaran

• PERMENAKER 04/87 P2K3


MANAJEMEN • PERMENAKER 05/96 SMK3
K3 • KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
PERATURAN K3 PENGENDALIAN ENERGI
• Undang-Undang No 1 th 1970
• KEPMEN 187/MEN/1999
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

• PERATURAN KHUSUS “EE”


SYARAT-SYARAT K3 BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR
* Ketentuan umum
* Bahan cair dan gas
* Bahan kapuk

• PERATURAN KHUSUS “K”


SYARAT-SYARAT K3 BAHAN YANG MUDAH MELEDAK
* KETENTUAN UMUM
* DYNAMID (TRINITROTOLUENE)
* PETASAN (BUBUK ARANG + BELERANG + SENDAWA)
* ANFO (AMMONIUM NITRATE + FUEL OIL)
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN BAHAYA
BAHAYA
BAHAN
BAHAN MUDAH
MUDAH MELEDAK
MELEDAK
KEPMEN
KEPMEN 187/MEN/1999
187/MEN/1999

Lembar Data Keselamatan Bahan

Label & Symbol bahaya

Risk assessment /HAZOPS

Penunjukan petugas & ahli K3


Lembar
Lembar Data
Data Keselamatan
Keselamatan Bahan
Bahan
Nama, rumus kimia, kode produksi, synonim sifat fisika/kimia
• Pembuat, distributor,importir
• Komposisi bahan
• Identifikasi bahaya - kesehatan (bahaya - akibat - P3K)
• Pemajanan & APD
• Identifikasi bahaya kebakaran (Flash Point, Ign. Point,
Flam. Range
• Media pemadam, Bahaya khusus, Prosedur pemadaman
• Penyimpanan dan penanganan
• Reaktifitas dan stabilitas (pengaruh kondisi dan bahan)
• Toksikologi
• Ekologi
• Limbah
• Pengankutan
 Sistem deteksi, alarm yang mampu memberikan
informasi tanda bahaya yang cepat dan akurat.
 Untuk Mendeteksi Kebakaran Seawal Mungkin,
Sehingga Tindakan Pengamanan Yang Diperlukan
Dapat Segera Dilakukan
 Perencanaan, Pemasangan Pemeriksaan Pengujian
Pemeliharaan sistem deteksi otomatik diatur dalam
Permen NO. 02/Men/1983 ttg Sistem deteksi otomatik.
 Tersedianya Peralatan atau Sistem proteksi yang dapat
menghambat terjadi dan menjalarnya kebakaran, asap,
panas dan gas, Contohnya : penggunaan Fire retardant
dan kompartemenisasi dll
Sistem Proteksi Kebakaran

 Tersedianya peralatan atau system proteksi kebakaran


yang sesuai dengan jenis potensi bahaya kebakaran
yang ada di gedung / perusahaan. sesuai dengan
standar K3)
Contoh :
Persyaratan APAR sebagaimana diatur dalam Permenaker No.
04/Men/1980 tentang persyaratan APAR :
 Harus siap pakai pada waktunya
 Jenis dan ukurannya sesuai
 Mudah dilihat dan mudah diambil
 Kondisi baik
 Setiap orang dapat mengoperasikan dengan benar, tidak
membahayakan dirinya.
 Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala.
 Sistem pemadam yang dapat mengatasi meluasnya bahaya
kebakaran. (Springkler, Hydrant )
PERATURAN
PERATURANMENTERI
MENTERITENAGA
TENAGAKERJA
KERJARI
RI
NO.
NO.PER-02/MEN/1983
PER-02/MEN/1983
TENTANG
TENTANG
INSTALASI
INSTALASIALARM
ALARMKEBAKARAN
KEBAKARANOTOMATIK
OTOMATIK

Ruang lingkup
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
ALAT PEMADAM API RINGAN
Ref :
Pert. Menaker No Per-04/Men/1980

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA

• JENIS DAN UKURANNYA SESUAI


• MUDAH DILIHAT DAN MUDAH DIAMBIL
• KONDISI BAIK
• SETIAP ORANG DAPAT
MENGOPERASIKAN DENGAN BENAR,
TIDAK MEMBAHAYAKAN DIRINYA.
• Dilakukan pemeriksaan dan pengujian
secara berkala
 mengidentifikasi bahaya kebakaran di tempat
kerja
 mampu dan kompeten untuk menghadapi
bahaya kebakaran.
 memelihara peralatan / sistem proteksi
kebakaran, sehingga peralatan/sistem siap pakai
 memimpin dan berkoordinasi dalam keadaan
darurat.
Kepmennaker No186/Men/1999

Tk. Ahli
Tk. Ahli Madya
Pratama
Tk. Dasar II
Tk. Dasar I

PET. PERAN REGU KOORD. PEN. JAWAB


KEBAKARAN PENANGG. UNIT TEKNIK K3
KEBAKARAN PENANGG. PENANGG.
KEBAKARAN KEBAKARAN
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN
URAIAN TUGAS
TUGAS
ORGANISASI
ORGANISASI TANGGAP
TANGGAP DARURAT
DARURAT KEBAKARAN
KEBAKARAN

(Lini I)
PET. PERAN KEBAKARAN (KLAS D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Merupakan tugas tambahan selain tugas pokoknya


Pada waktu jam kerja

• Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot.


kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi
kebakaran dan memandu evakuasi
• Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.

Psl 7
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN
URAIAN TUGAS
TUGAS
ORGANISASI
ORGANISASI TANGGAP
TANGGAP DARURAT
DARURAT KEBAKARAN
KEBAKARAN

(Lini II)
ANGG. REGU PEN. KEBAKARAN (KLAS C)

TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)

Tugas :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau
semua aspek pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi
kebakaran agar selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan
darurat kebakaran untuk pemadaman dan
penyelamatan

Psl 8
Ref. Kepmennaker No 186/1999

URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN

KLAS B :
KOORDINATOR SUB UNIT PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di unit kerja tertentu

Tugas :
 Mengkoordinasikan program
penanggulangan kebakaran (inspeksi &
latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan
kebakaran
Psl 9
Ref. Kepmennaker No 186/1999

URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
KEBAKARAN
KLAS A :
PENANGGUNG JAWAB TEKNIK
PEN. KEBAKARAN
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja

Tugas:
• Menyusun, melaksanakan dan evaluasi
program kerja pengendalian kebakaran
• Melakukan audit internal dan pengawasan
langsung
• Mempertanggung jawabkan pelaksanaan
syarat K3
Psl 10
PERMEN NO. 05/MEN/1996
dilaksanakan oleh perusahaan disemua sektor
dan terintegrasi dgn sistem Manajemen
Perusahaan
Harus Memenuhi Persyaratan Minimum :
- 5 prinsip dasar
- 12 unsur/elemen

Untuk perusahaan-2 di sektor kegiatan usaha tertentu dapat merubah atau


menambah unsur-unsur sesuai jenis dan tingkat resiko bahaya yg ada atas
persetujuan Menteri

Pasal 5 ayat (3)


Dalam penerapan SMK3 perusahaan wajib melaksanakan
ketentuan :

Peningkatan
Berkelanjutan Penetapan
Kebijakan K3
Peninjauan Ulang dan menjamin
Peninjauan Komitmen
& Peningkatan
Ulang&
SMK3 oleh
Peningkatan
Manajemen
oleh manajemen
Perencanaan
K3
Pengukuran
dan
Evaluasi Penerapan
K3
POLA PENGAWASAN K3
UU No. 1 TAHUN 1970

MENAKER
1. UU No. 1 TAHUN
1970 DIREKTUR

Pasal 5
PEG. AHLI
PENGA DOKTER P2K3
K3 PRSH
WAS

Kab/Kota LUAR - POLI PRSH Perusahaan


DEPNAKER - JASA KESEH

- INDUSTRI
PEMERINTAH SWASTA
- JASA ----PJIT
Sanksi Pelanggaran K3
1. UU No 1 Tahun 1970 : Rp. 100.000 dan
atau kurungan 3 bulan
2. UU No. 13 Tahun 2003 :
 Pasal 186 : pelanggaran pasal 35 ;sanksi pidana
paling singkat 1 bulan dan paling lama 4 tahun
dan atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000 dan
paling banyak Rp. 400.000.000
 Pasal 190 : pelanggaran pasal 87 sanksi
administratif : teguran – peringatan tertulis, pembatasan -
pembekuan kegiatan usaha – pembatalan persetujuan – pembatalan
pendaftaran – penghentian sementara – pencabutan ijin.
PENUTUP
 Kebakaran memiliki potensi resiko tinggi (people,
property & environment), karena itu penanganan
K3 harus mendapat perhatian serius.
 Kebakaran dapat diprediksikan, resikonya dapat
diperhitungkan, oleh karena itu upaya
penanggulangannya dapat direncanakan;
 Dalam situasi darurat, semua penghuni akan
terlibat dalam situasi ancaman bahaya, karena itu
setiap tempat kerja harus memiliki buku panduan
tanggap darurat dan disosialisasikan serta dilakukan
gladi simulasi darurat secara berlaka.
 Sarana proteksi kebakaran setiap saat harus siap
pakai, karena itu harus dilakukan pemeliharaan,
pemeriksaan, dan pengujian.
 Kesiapan Personil dan Penerapan SMK3 merupakan
upaya dalam mencegah, mengurangi dan menekan
resiko akibat kebakaran

Anda mungkin juga menyukai