Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN SENGKETA DALAM

ANTROPOLOGI HUKUM
Struktur Pembahasan

1. Lahirnya Kajian tentang Sengketa dlm


Antropologi Hukum;
2. Ruang Lingkup Kajian Sengketa;
3. Perbedaan Konflik dan Sengketa;
4. Kemunculan dan Tahap-Tahap Sengketa;
5. Forum Shopping dan Shopping Forums;
6. Akses terhadap Keadilan (Access to Justice).
Lahirnya Kajian tentang Sengketa (1)

 1960  kejenuhan thd fokus aliran klasik antropologi hukum


(sistem norma dan nilai dlm masy primitif/ tradisional/
pribumi);
 Aliran Klasik  evolusionisme, universalisme dan
sentralisme hukum;
 Sumber utama dlm aliran klasik  catatan lapangan/
perjalanan/ sumber sekunder;
 Karya penting dlm aliran klasik  Sir Henry Maine (1861,
Ancient Law)
 Beberapa fokus aliran klasik:
1. Law as a heritage of “civilized legal society”
2. Kekuatan mengikat hukum dalam masy primitif
Gambar manakah yg paling
mencerminkan sistem hukum di
Indonesia? GAMBAR 1

Hk. Hk. Hk.


Hk. Adat Hk. Raja
Agama Kolonial Negara

GAMBAR 2

Hk.
Hk. Raja
Kolonial

STATE
LEGAL Hk.
Hk. Adat SYSTEM Agama
Lahirnya Kajian tentang Sengketa (1)

 2 karya monumental pd awal aliran modern 


Hoebel (1954, The Law of Primitive Man)-
Cheyenne Tribal dan Bronislaw Malinowski
(1926, Crime and Custom in Savage Society)-
Trobriand Islands
 Aliran modern  mendorong diperiksanya
hukum yang melekat pd masy tertentu
 Aliran modern  membagi masy berdasarkan
fungsi2nya, termasuk dalam hal penyelesaian
sengketa;
Ruang Lingkup Kajian Sengketa

1. Bgmn para pihak menyelesaikan sengketa diantara


mereka?
2. Bgmn peran institusi negara (pengadilan, kejaksaan,
kepolisian, lembaga legislatif dan institusi formal
lainnya) dalam penyelesaian sengketa;
3. Saluran-saluran alternatif dalam penyelesaian
sengketa;
4. Pendekatan transformatif dlm mengkaji sengketa
(melihat sengketa sbg sebuah tahapan2 yg
bertransformasi)

KONFLIK

ESKALASI
Perbedaan Konflik dan Sengketa (1)

 Manusia memiliki kebutuhan di satu sisi dan kepentingan di sisi


lain;
 J. W. Burton menyebutkan terdapat 4 kebutuhan dasar yg tidak
dpt ditawar pemenuhannya:
1. Security or safety (ketahanan dan keamanan), meaning both stability
and freedom from fear;
2. Identity (identitas), defined by needs theorists as a sense of self in
relation to the outside world;
3. Recognition (pengakuan), including the recognition of one’s identity and
recognition from the others, family and community; and
4. Personal development (pengembangan diri), which includes a
dimension of personal fulfillment, or in other words “the need to
reach one’s potential in all areas of life.
 Keempatnya menuntut pemenuhan scr kumulatif.
Perbedaan Konflik dan Sengketa (2)

NO KONFLIK (CONFLICT) SENGKETA (DISPUTE)

1 resolution: outcome of a conflict settlement: refers to negotiated or arbitrated


situation that must satisfy the outcomes of disputes
inherent needs of all

2 not negotiable, issues that relate to negotiable interests


ontological human needs that cannot
be compromized

3 Tidak dapat hanya diselesaikan Diselesaikan melalui pihak ketiga yang


melalui intervensi dan paksaan dari otoritatif dan fungsional, seperti pengadilan
otoritas negara semata dan pemerintah.

4 Orientasi pada pemenuhan kebutuhan Orientasi pada pemenuhan kepentingan


(satisfaction of needs) (satisfaction of interest)
Perbedaan Konflik dan Sengketa (3)

 Penekanan utama pd obyek yg dpt/ tidak dpt


dikompromikan;
 Penyelesaian konflik membutuhkan
pemahaman yg lebih analitikal dan
komprehensif
 Sengketa  bentuk dri konflik yg sudah
terpublikasikan
 Krn banyak diselesaikan melalui peran
otoritas, disputes are “authoritatively settled”
rather than resolved
Faktor-faktor yg Memengaruhi Sengketa

 persepsi; pengalaman masa lalu; hubungan


antara pihak yang bersengketa;
kecenderungan psikologis; ruang lingkup
perselisihan; pilihan mekanisme penyelesaian;
ideologi; tujuan yang ingin dicapai dll

 Faktor2 ini bertransformasi terus-menerus


dalam setiap tahap sengketa.
Tahapan Konflik dan Sengketa
Nader and Todd (1978)
 the grievance or pre-conflict stage
 Persepsi thd adanya ketidakadilan, perasaan telah diperlakukan tidak
adil;
 Sepihak, baik dri perorangan atau kelompok

 the conflict stage


 Pihak yg merasa dirugikan menuntut pemulihan;
 Interaktif dan dua sisi;

 the dispute stage


 Konflik terpublikasi;
 Keterlibatan pihak ketiga;
 Melalui mekanisme formal atau informal
Tahapan Konflik dan Sengketa
William L.F. Felstiner, Richard L. Abel dan Austin Sarat, 1981
 Naming (menyebutkan atau memberi atribut)  seseorang sadar/
dapat merasakan dan menyatakan bahwa kepentingan yang
bersangkutan dirugikan atau mengalami kerugian.
 Blaming (menunjuk atau menyalahkan)  Seseorang yang merasa
dirugikan menunjuk orang lain atau entitas sosial lainnya sebagai
penyebab kerugiannya.;
 Claiming (mengklaim/ menuntut)  Pihak yang merasa dirugikan,
telah menunjuk pihak lain yang bertanggungjawab melalui keluhan,
dan kemudian menyampaikan tuntutan untuk memperoleh
pemulihan atas kerugiannya.
 Dispute (Sengketa). Ketika claiming telah dilakukan dan pihak yang
dituju oleh tuntutan pemulihan tersebut menolak sebagian maupun
sepenuhnya, maka claiming bertransformasi menjadi sengketa.
Penolakan tersebut dapat dilakukan dengan terbuka, maupun diam-
diam.
Yang mana Penegak Hukum?
Yang mana Penjamin Rasa Adil?
Bentuk-bentuk Penyelesaian Sengketa

a. interpersonal violence (kekerasan)


b. Dueling (duel)
c. Feuding (permusuhan)
d. Rituals (upacara2)
e. Shaming (mempermalukan)
f. Shunning or ostracism (dijauhkan atau pengucilan)
g. Banishment (dibuang dri komunitas)
h. appeals to the supernatural (trial by ordeal)  santet?
i. ‘lump it’ (merelakan, pasrah)
j. Avoidance (menghindar)
k. ignoring it (mengabaikan)
l. Negotiation (negosiasi)
m.Mediation (Mediasi)
n. Arbitration (arbitrase)
o. Adjudication (pengadilan)
Forum Shopping dan Shopping Forums (1)

 Diperkenalkan oleh Keebet von Benda-Beckman,


1981;
 Forum Shopping  (The conditions) when disputants
have a choice between different institutions and they
base their choice on what they hope the outcome of
the dispute will be.
 TERNYATA, tidak hanya disputants saja yg bisa
memilih forum, para aktor dalam forum2 yg tersedia
jg memilih dan memanipulasi sengketa dan cara
menyelesaikan sengketa yg datang kepadanya 
They shop for disputes as disputants shop for forums
Forum Shopping dan Shopping Forums (2)

 Mula-mula berkaitan dg institusi mana yg berwenang


menangani sengketa (yurisdiksi);
 Yurisdiksi bergantung pd aspek mana yg ditekankan dlm
sengketa (pidana, perdata, administrasi, adat, agama,
sosial, pemerintahan, dll);
 Banyak sengketa tidak terselesaikan krn dimanipulasi oleh
para aktor dlm institusi yg menangani sengketa;
 Institusi formal (pengadilan, kepolisian, pemerintah desa)
dan institusi informal (lembaga adat, tokoh masyarakat,
tokoh agama, preman, dll) “memperebutkan” wewenang
penyelesaian sengketa di satu sisi, dan “menghindarinya”
dalam kondisi yg lain;
Akses terhadap Keadilan (1)
 Sebelum 70-an  diasumsikan negara sebagai satu2nya
sumber keadilan, dg pengadilan sbg satu2nya salurannya;
 Pendekatan sentralistik  negara merupakan satu2nya
pemegang wewenang utk memproduksi dan
mendistribusikan keadilan.
 Pasca 70-an  negara (pengadilan) dianggap gagal dan
tidak akan pernah bisa mjd satu2nya saluran bagi keadilan;
 Indonesia (2008) melalui proyek World Bank
Commission of Legal Empowerment for The Poor (CLEP)
yang menginisiasi proyek Justice for The Poor di Indonesia;
dan UNDP melalui proyek Legal Empowerment and
Assistance for The Disadvantages (LEAD)
Akses terhadap Keadilan (2)
 UNDP memberikan definisi akses terhadap keadilan sebagai
“The ability of people to seek and obtain a remedy through
formal or informal institutions of justice, and in conformity with
human rights standards”
 Adriaan Bedner dan Jacqueline Vel:
Perorangan atau kelompok, terutama yang miskin dan
terpinggirkan (serta) mengalami ketidakadilan, memiliki
kemampuan untuk membuat keluhan mereka didengarkan dan
memperoleh penanganan yang layak terhadap keluhan mereka,
oleh lembaga negara atau non-negara yang menghasilkan
pemulihan dari ketidakadilan yang dialami, berdasarkan prinsip
atau aturan hukum negara, hukum agama atau hukum adat,
sesuai dengan konsep negara hukum
Akses terhadap Keadilan (3)

Anda mungkin juga menyukai