Anda di halaman 1dari 16

BAB 4

UNSUR - UNSUR NEGARA

A. Pengantar

Negara merupakan suatu organisasi dalam masyarakat yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Dengan kata lain, sesuatu organisasi masyarakat baru dapat disebut negara
apabila organisasi itu telah memenuhi semua unsur yang harus ada dalam suatu negara.
Secara umum, unsur-unsur negara dapat dibedaka menjadi: unsur negara secara
klasik, unsur negara secara yuridis, unsur negara secara sosiologis, dan unsur negara menurut
konsep hukum internasional.

B. Unsur Negara secara Klasik

Secara klasik, suatu negara harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:


1. Wilayah tertentu
2. Rakyat
3. Pemerintahan yang berdaulat
C. Unsur Negara secara Yuridis
Unsur-unsur negara secara yuridis dikemukakan oleh Logemann, yang terdiri dari:
1. Gebiedsleer (wilayah hukum) yang meliputi darat, laut, udara, serta orang dan batas
wewenangnya,
2. Persoonsleer (subyek hukum) yaitu pemerintahan yang berdaulat,
3. De leer van de rechtsbetrekking (hubungan hukum) yaitu hubungan antara penguasa
dan yang dikuasai, termasuk hubungan hukum keluar dengan negara lainnya secara
internasional. (Abu Daud Busroh, 2001:82).

D. Unsur Negara secara Sosiologis

Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang melanjutkan ajaran Ratzel dalam
bukunya Der Staat als Lebensform. Menurutnya, unsur-unsur negara itu adalah (Abu Daud
Busroh, 2001:82):
1. Faktor sosial, yang meliputi:
a. Unsur masyarakat,
b. Unsur ekonomis, dan
c. Unsur kultural
2. Faktor alam, yang meliputi:
a. Unsur wilayah
b. Unsur bangsa

E. Unsur Negara menurut Konsep Hukum Internasional


Menurut Konvensi Montevideo (Uruguay) tahun 1933, yang merupakan konvensi
hukum internasional, dimana negara harus mempunyai empat unsur konstitutif sebagai
berikut (Samidjo, 1986:34):
1. Harus ada penghuni (rakyat, penduduk, warga negara)
2. Harus ada wilayah (tertentu) atau lingkungan kekuasaan
3. Harus ada kekuasaan tertinggi (penguasa yang berdaulat), pemerintahan yang berdaulat
4. Kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lainnya
5. Pengakuan (deklaratif)
Keempat unsur tersebut, yaitu penghuni, wilayah, pemerintah, dan kesanggupan
berhubungan dengan negara-negara lainnya merupakan unsur konstitutif. Sedangkan unsur
kelia, yaitu pengakuan, merupakan unsur deklaratif.

F. Unsur negara menurut beberapa Pemikir

Fenwick
Fenwick mengemukakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada suatu negara ialah:
1. Ada masyarakat politik yang diorganisir secara tetap,
2. Masyarakat politik itu menduduki suatu daerah tertentu,
3. Masyarakat politik itu menikmati dalam batas-batas daerah tersebut suatu
kemerdekaan dari pengawasan negara lain,
4. Dengan kemerdekaan dari pengawasan negara lain, maka masyarakat politik itu dapat
bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia. (M. Solly Lubis, 1990:6).
Wright
Wright mengemukakan bahwa syarat/unsur yang harus ada dalam suatu negar ialah:
1. Harus ada daerah dengan batas-bats yang ditentukan secara tegas dengan prospek
yang wajar untuk mempertahankannya.
2. Harus ada kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk memerintah daerha itu.
3. Harus ada undang-undang dan lembaga-lembaga yang dapat memberikan
perlindungan yang layak kepada orang-orang asing dan golongan minoritas, dan dapat
menjamin ukuran-ukuran keadilan yang patut diantara segenap penduduk.
4. Harus terdapat pendapat umum dengan lembaga-lembaga untuk menyalurkannya,
yang memberikan petunjuk yang layak mengenai keinginan untuk merdeka dan
jaminan yang wajar bahwa syarat-syarat yang terpenting yang dikemukakan di atas ini
mempunyai sifat yang tetap. (M. Solly Lubis, 1990:6).

G. Pengertian-pengertian dari berbagai Unsur Negara

Setelah diuraikan unsur-unsur negara, maka sek.arang akan dipaparkan pengertian-


pengertian dari unsur-unsur negara tersebut.

1. Penghuni (penduduk, rakyat)

Yang merupakan penduduk suatu negara, dimaksudkan semua orang yang ada pada
suatu waktu mendiami suatu wilayah negara. Mereka itu secara sosiologis lazim dinamakan
rakyat dari negara tersebut. Rakyat dalam hubungan ini diartikan sebagai sekumpulan
manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu. (Samidjo, 1986:35).

Jellinek meng

emukakan empat macam status bangsa, yaitu:

1) Status Positif
Status positif seorang warga negara diberi hak kepadanya untuk menuntut tindakan
positif dari negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga, milik kemerdekaan, dan
sebagainya.
2) Status negatif
Status negatif seorang warga negara akan dijamin kepadanya bahwa negara tidak
boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga negaranya, itu tidak terbatas untuk
mencegah timbulnya tindakan yang sewenang-wenang dari negara.
3) Status aktif
Status aktif memberikan hak kepada setiap warga negaranya untuk turut serta dalam
pemerintahan. Dalam mewujudkan hak, setiap warga negaranya diberi hak untuk memilih
dan dipilih sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.
4) Status pasif
Status pasif merupakan kewajiban bagi setiap warga negaranya untuk menaati dan
tunduk kepada segala perintah negaranya.

2. Wilayah

Wilayah merupakan unsur mutlak (unsur konstitutif) dari negara. Jikapenghuni


merupakan dasar personil suatu negara makawilayah merupakan landasan material atau
landasan fisik dari suatu negara. Suatu bangsa nomaden (yang selalu hidup mengembara,
berpindah-pindah tempat) tidak mungkin mempunyai negara, walaupun mereka mempunyai
warga dan penguasa sendiri. (Samidjo, 1986:46).

3. Pemerintah yang Berdaulat

Adanya suatu pemerintahan yang berkuasa terhadap seluruh wilayahnya dan segenap
rakyatnya, merupakan syarat mutlak bagi adanya negara. Pemerintah lain, negara lain, tidak
berkuasa di wilayah dan terhadap rakyat negara itu. Kekuasaan yang demikian disebut
kedaulatan.
Organisasi negara mempunyai badan pimpinan dan badan pengurus yang memimpin
dan mengurus negara. Badan tersebut disebut pemerintah, dan fungsinya disebut
pemerintahan.

4. Kesanggupan berhubungan dengan negara-negara lainnya


Yaitu kesanggupan mengadakan hubungan dengan negara-negara lain, misalnya dalam
bidang ekonomi, politik, keamanan, dan sebagainya (Samidjo, 1985:50).

5. Pengakuan

Pengakuan negara yang satu terhadap negara yang lain adalah untuk memungkinkan
hubungan anatara negara-negara itu (misalnya hubungan diplomatik, hubungan perdagangan,
hubungan kebudayaan, dan lain-lain).
Pengakuan ada due jenis, yaitu:
a. Pengakuan de facto
Ialah pengakuan atas fakta adanya negara. Pengakuan itu diberikan berdasarkan realita
bahwa suatu masyarakat politik itu telah memenuhi syarat utama sebagai sebuah negara.
b. Pengakuan de jure
Pengakuan de jure ialah pengakuan akan sahnya suatu negara berdasarkan
pertimbangan yuridis menurut hukum. Dengan memperoleh pengakuan de jure, suatu negara
mendapat hak-haknya di samping kewajibannya sebagai anggota keluarga bangsa-bangsa
sedunia.

Dalam lapangan hukum internasional, dikenal due teori tentang pengakuan suatu
negara baru oleh negara lain yang telah ada sebelumnya, yaitu:

1) Teori Deklaratif (Declaratory Theory, Evidentiary Theory)

Berdasarkan teori deklaratif, jika suatu masyarakat politik telah memiliki ketiga unsur
pokok tentang negara, maka dengan seandainya ia telah merupakan sebuah negara, yang
karenanya patut diperlakukan sebagaimana mestinya perlakuan tersebut oleh anggota
keluarga sedunia dari yang satu terhadap yang lainnya.

2) Teori Konstitutif (Contitutive Theory)

Penganut teori konstitutif berpendirian bahwa betapapun unsure-unsur kenegaraan


telah dimiliki oleh suatu masyarakat politik, tidaklah ia secara otomatis diterima sebagai
negara di tengah-tengah masyarakat internasional. Alasannya, bahwa suatu masyarakat
politik justru baru dapat diketahui apakah ia telah memenuhi unsur-unsur negara atau tidak
melalui unsur pengakuan oleh negara lain.
BAB 5

TEORI-TEORI PEMBENARAN LEGITIMASI

KEKUASAAN NEGARA

A. Pengantar

Teori Pembenaran/Penghalalan Negara atau Legitimasi Kekuasaan Negara disebut juga


dengan istilah Rechtvaardigings Theorieen membahas mengenai dasar-dasar yang dijadikan
alasan sehingga tindakan negara dapat dibenarkan. Oleh karena itu, teori ini juga menjawab
tentang sumber kekuasaan negara.

B. Teori-teori Pembenaran/Legitimasi Kekuasaan Negara


1. Teori Teokrasi
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara itu selalu benar, sebab
didasarkan negara itu diciptakan oleh Tuhan. Dalam teori ini, dikenal ada due teori teokrasi,
yaitu (Max Boli Sabon, 1994:112);

- teori teokrasi langsung


Teori teokrasi langsung mengajarkan bahwa orang yang berkuasa itu dipandang
sebagai Tuhan itu sendiri, misalnya Raja Firaun, atau setidak-tidaknya anak Tuhan, misalnya
Tenno Heika, Kaisar Jepang yang dipandang sebagai turunan dari Dewa Matahari.

- teori teokrasi tidak langsung


teori teokrasi tidak langsung memandang bahwa yang berkuasa atau raja ap kekuasaan
karena mendapat izin dari Tuhan. Contohnya adalah Ratu Juliana yang memerintah
berdasarkan karunia Tuhan (bij de gratie Gods).

2. Teori Kekuatan

Berikut ini akan diuraikan beberapa pendukung atau penganut teori kekuatan, antara
lain:

Ludwin Gumplowicz (1838-1909)


Menurut Ludwin Gumplowicz, negara tidak lain merupakan eine Organisation den
Herrschaft einer Minoritat uber eine Majoritat. Hukum berstandar pada penaklukan yang
lemah oleh yang kuat. (Samidjo, 1986:121).

Voltaire (1694-1778)
Ungkapannya yang sangat terkenal adalah raja yang pertama ialah pahlawan yang
menang.
Karl Marx (1818-1883)
Dalam bukunya Das Kapital Marx mengatakan bahwa kelas pemenang produksi
menghisap kelas lainnya. Bentuk p dari penghisap itu adalah negara pemerintahan. (Samidjo,
1986:121).

3. Teori Hukum

Teori ini mengajarkan bahwa tindakan negara/pemerintah itu dibenarkan karena


didasarkan kepada hukum. Dalam teori ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa teori, yaitu
teori hukum patriarki (keluarga), teori hukum patrimonial (kebendaan), teori hukum
perjanjian.

a. Teori Hukum Patriarki (kekeluargaan)

Teori patriarki ini berdasarkan hukum keluarga. Zaman dahulu ketika masyarakat
masih sangat sederhana dan pada waktu negara itu belum ada, masyarakat itu hidup dalam
kesatuan-kesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Tentunya
yang diangkat sebagai kepala keluarga adalah orang yang kuat, yang berjasa, dan bijaksana
dalam sikap bagi keluarganya (Primus Interpares).
b. Teori Hukum Patrimonial (Kebendaan)

Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang artinya adalah hak milik. Oleh
karena raja mempunyai hak milik terhadap daerahnya, maka semua penduduk di daerahnya
itu harus tunduk kepadanya. Sebagai contoh dari negara pada abad pertengahan, dimana hak
untuk memerintah dan menguasai timbul dari pemberian tanah. Dalam keadaan perang sudah
menjadi kebiasaan bahwa raja-raja menerima bantuan dari kaum bangsawan untuk
mempertahankan negaranya dari serangan-serangan musuh dari luar.

c. Teori Hukum Perjanjian

Tokoh dari teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jacques Rousseau.
Ketiga-tiganya hendak mengembalikan kekuasaan raja pada waktu pemindahan manusia-
manusia yang hidup dalam status naturalis kepada status civilis melalui suatu peerjanjian
masyarakatnya yang memindahkan manusia dalam status naturalis kea rah status civilis.
Perbedaannya hanya terletak pada isi dan akibat dari perjanjian masyarakat tersebut.

4. Teori-teori Lainnya
1. Teori Etika
Dalam teori ini akan diulas pendapat dari beberapa pemikir, yaitu:

a. Plato dan Aristoteles


Mereka mengatakan bahwa manusia tidak akan ada artinya bila manusia itu belum
bernegara. Negara merupakan hal yang mutlak. Tanpa negara maka tidak ada manusia.
Dengan demikian, segala tindakan negara dibenarkan. (Abu Daud Busroh, 2001:42).

b. Immanuel Kant
Beliau berpendapat bahwa tanpa adanya negara, manusia itu tidak dapat tunduk pada
hukum-hukum yang dikeluarkan. Menurut Kant, negara itu adalah ikatan-ikatan manusia
yang tunduk pada hukum. Akibatnya, tindakan negara tadi dibenarkan. (Abu Daud Busroh,
2001:42).

c. Wolf
Wolf menyatakan keharusan untuk membentuk negara. Membentuk negara merupakan
keharusan moral yang tertinggi. (Abu Daud Busroh, 2001:42)

2. Teori Absolut
Menurut Hegel, tujuan manusia itu adalah untuk kembali pada cita-cita yang absolut,
dan penjelmaan dari cita-cita yang absolut dari manusia itu adalah negara. Tindakan dari
negara itu dibenarkan karena negara adalah yang dicita-citakan oleh manusia-manusia
tersebut. (Abu Daud Busroh, 2001:42-43).

3. Teori Psikologi
Teori ini mengatakan bahwa alasan pembenaran negara itu adalah berdasarkan pada
unsur psikologi manusia, misalnya karena rasa takut dan rasa kasih sayang. Dengan
demikian, tindakan negara tadi dibenarkan. (Abu Daud Busroh, 2001:43).

BAB 6
TEORI TENTANG AWAL DAN BERAKHIRNYA NEGARA

A. Teori Asal Mula Terjadinya Negara


1. Teori perjanjian masyarakat
Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak social menganggap perjanjian
sebagai dasar negara dan masyarkat.Negara dan masyarakat yang di bentuk
berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat adala teori asal mula negara yang di
temukan dalam tulisan-tulisan sepanjang zaman,sejak pemikiran politik yang rasional
mulai,dalam tulisan-tulisan filosof yunani-purba sampai pada teori teori Rouseau
dalam abad XVIII.teori perjanjian tersebut merupakan salah satu teori yang terpenting
mengenai asal mula negara.

Plato(429-347 S.M.)
Menurut plato ,asal mula dan terbentuknya negara yaitu(samidjo,1986;60-61)
a. Karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia yang beraneka macam,yang
menyebabkan mereka harus bekerja sama,untuk memenuhi kebutuhan mereka
b. Karena masing-masing orang itu secara sendiri-sendiri tidak mampu
memenuhi kebutuhannya,lalu terjadilah pembagian pekerjaan di mana masing-
masing menghasilkan lebih dari keperluannya sendiri untuk di
pertukarkan,dan demikian bersirilah desa.
c. Antara desa dengan desa terjadi pula hubungan kerja sama maka berdirilah
masyarakat negara9masyarakat=negara).

Kautilya(321-300 S.M.)
Seperti halnya di dunia barat,juga di dunia timur,negara dan pemerintah di
bentuk untuk memenuhi keperluan-keperluan umat manusia.di dunia timur,ide
tentang adanya semacam perjanjian masyarakat di temukan dalam
bukuArthasastra yang di tulis oleh kautilya kira-kira dalam tahun 321-300
S.M.ucapan kautilya inilah yang di anggap sebagaibukti dari pada dasar
kontraktuil dari negara.

Aristoteles (384-322 S.M)


Asal mula negara menurut Aristoteles,mula-mula bahwa manusia itu berbeda-
beda dengan hewan.hewan dapat hidup mandiri tanpa bantuan hewan
lainnya,sedangkan manusia menurut kodratnya hidup selalu membutuhkan
bantuan atau hubungan dengan orang lain guna memenuhi kepentingan
hidupnya.manusia itu merupakan zoon politicon,manusia menurut kodratnya
hidup berkelompok.

Epicurus
Asal mula negara menurut Epicurus adalam merupakan hasil dari perbuatan
manusia ,yang di ciptakan untuk melaksanakan kepentingan anggota-
anggotanya.negara tidak mempunyai dasar kehidupan sendiri.manusia sebagai
individu dan sebagai anggota masyarakat/negara yang mempunyai dasar-dasar
kehidupan yang mandiri,dan yang merupakan realita.(Samitjo,1986:81)

Thomas Hobbes(1588-1679)
Hobbes merupakan orang pertama dalam teori perjanjian masyarakat dan
mengikuti jalan pikiran teori-teori kontrak social pada umumnya tentang
kehidupan manusia yang terpisah dalam due zaman yaitu :
- Keadaan selama belum ada negara(staat naturalis,state or nature),dan
- Keadaan sesudah bernegara
Keadaan alami tersebut merupakan suatu keadaan social yang kacau
balau,tanpa hukum dan tanpa pemerintah,tanpa ikatan-ikatan social antara
individu.dalam keadaan demikian itu,hukum di buat oleh mereka yang
mempunyai fisik terkuat seperti halnya suatu keadaan di hutan rimba raya.
Ajaran Hobbes bertolak pada keadaan manusia sebelum ada negara(dalam
keadaan alamiah).di sini manusia bebas tanpa ikatan .dalam keadaan ini
mereka di sebut manusia in abstracto, karena manusia saling bermusuhan,
maka terjadilah selaku perlawanan atau peperangan orang melawan
orang,seorang melawan semua orang,semua orang melawan semua
orang.keadan inilah di namakan bellum omnium contra omnes(perang
antara semua,melawan semua.jadi dalam keadaan tersebut tidak ada
pengertian adil dan tidak adil,tetapi yang berlaku adalah nafsu-nafsu
manusia belaka.sebab untuk terciptalah keadilan harus ada peraturan yang
mengatur serta mengukur perbuatan manusia.dengan demikian harus ada yang
membuat peraturan,yaitu negara.

John locke(1632-1704)
Teori perjanjian masyarakat locke berbeda dengan teori perjanjian masyarakat
dari Hobbes.dasar teori dari joh locke adalah:
a. Dalam keadaan alamiah ini sudah ada perdamian (tidak kacau),dan akal
pikirannya seperti halnya dalam negara.sedangkan menurut Hobbes,dalam
keadaan alamiah itu tidak ada aturan(kacau),tidak ada
perdamaian.jadi,keadaan berbeda dengan keadaan dalam negara
b. Menurut John Locke,dalam keadaan alamiah (keadaan alam
bebas)manusia telah mempunyai hak-hak alamiah yang demikian secara
pribadi,yaitu hukum kodrat,yang berupa hak hidup,kesehatan,kemerdekaan
dan harta bendanya.
c. John Locke memandang perjanjian masyarakat dalam fungsi
rangkap.pertama,individu-individu lainya mengadakan suatu perjanjian
masyarakat untuk membentuk suatu masyarakat politik,yaitu negara
.kedua,setelah membuat pactum unionis di susul dengan pembuatan
pactum subjectionis.bberdasarkan pactum subjectionis perrjanjian ini
dengan sukarela menyerahkan segala haknya,kecuali hak kodrat(hak asasi
yang berupa empat macam yang satu jenis perjanjian saja,yaitu pactum
subjectionic (perjanjian penyerahan)
Jaen Jacques Rousseau(1712-1778)
Rosseaue berpendapat bahwa yang di serahkn itu memang benar seluruh
hak(alamiah) yang di punyai oleh manusia,tetapi hak itu kemudian di
kembalikan oleh pemerintah kepada manusia dalam bentuk hak
warga.jadi,dengan di selenggarakannya perjanjian masyarakat itu,berarti
bahwa tiap-tiap orang melepaskan dan menyerahkan semua haknya kepada
kesatuannya,yaitu masyarakat.

Imanuel Kant (1724-1804)


bukunya yang berjudul :metaphysische anfangsgrunde der
Rechtslehre(1971),Kant menguraikan bahwa mula-mula manusia hidup
dengan manusia lain dalam suatu pergaulan yang sama sekali tidak mengenal
peraturan apapun jugaa.dalam pergaulan manusia sekarang ini dengan
tesendirnya berlakulah kehendak dari yang paling kuat.kehendak manusia di
damping oleh keinginannya untuk mempertahankan dirinya.dalam suatu
masyarakat yang tidak mengenal peraturan apapun juga,maka anggotanya
menjadi binatang buas yang saling membunuh,apabila yang satu berani masuk
ke dalam lingkungan kepentingan yang lain.agar dapat membatasi akibat
perasaan egonya,dan agar dapat di lahirkan suatu masyarakat yang damai dan
tenteram,maka manusia yang mempunyai rasio bersama-sama mengadakan
suatu perjanjian,yaitu negara.

2. Teori Ketuhanan
Thomas AquqAines(Aquino) (1225-1274)
Sehubungan dengan hukum alam ,maka asas-asas hukum alam itu di bagi
menjadi due yaitu:
a. Principia prima (asas-asas umum) yaitu asas-asas yang dengan sendirinya di miliki
oleh manusia yang ber ratio sejak saat kelahirannya,dan mutlak di terima karena hal
tersebut tidak dapat di pisahkan dari manusia
b. Principia secundaria(asas-asas yang di turunkan dari asas-asas umum) yaitu di
turunkan oleh rasio manusia dari principia prima, sehingga merupakan tafsiran prima
yang di lakukan oleh manusia sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut,maka Aquinas membagi hukum menjadi 4
golongan hukum.(recbtscategorie),yaitu :
a. Lex aeterna (hukum abadi)
Yaitu rasio Tuhan sendiri,yang mengatur segala hal yang ada sesuai dengan tujuan dan
sifatnya.karena itu merupakan sumber dari segala hukum.
b. Lex divina (hukum keTuhanan)
Sebagian kecil dari rasio tuhan yang di wahyukan kepada manusia

c.Lex Naturalis (Hukum Alam)


Yaitu bagian dari lex divina yang dapat di tangkap oleh rasio manusia atau
merupakan perjelmaan dari lax Aeterna di dalam rasi manusia berkat rasio
manusia.
d. Hukum Positif
e.Yaitu hukum yang berlaku sungguh-sungguh di dalam masyarakat.

3. Teori Patriarki dan Matriarki


Wilken (samidjo,1986:123-125) menguraikan tentang evolusi masyarakat
manusia,bahwa semua bangsa di muka bumi iniberkembang melalui 4 tingkat tertentu
:
Di jaman yangtelah lampau,di dalam masyarakat manusia itu ada promiscuiteit,di
mana manusia hidup seperti kawanana binatang berkelompok,laki-laki dan
perempuan bersetubuh(memiliki keturunan)tanpa ikatan kelompok nuclear
family(keluarga batin=seisi rumah menjadi tanggungan seseorang ),sebagian inti
masyarakat waktu itu belum ada.keadaan ini di anggap merupakan tingkat pertama di
dalam proses.
Lama kelamaan manusia sadar akan hubungan anatara siibu dan anak-anaknya
sebagai suatu kelompok keluarga inti di dalam masyarakat,karena anak-anak hanya
mengenal ibunya,tetapi tidak mengenal ayahnya.di dalam kelompok keluarga batin
yang baru ini,ibulah yang menjadi kepala keluarga.perkawinan antara ibu dan anak
laki-laki di hindari,dengan demikian timbul adat perkawinan di luar batas suatu
kelompok keluarga,timbulah adat exogami.ini merupakan tingkat kedua di dalam
proses perkawinan kebudayaan manusia.
Tingkat berikutnya terjadi karena para laki-laki,tidak puas dengan keadaan ini,mulai
mengambil calon istri mereka dari kelompok lain dan membawa gadis-gadis itu ke
kelompok mereka sendiri.demikian keturunan yang di lahirkan mereka juga tetap
tinggal di dalam kelompok si laki=laki.
Tingkat terakhir terjadi waktu perkawinan di luar kelompok(exogami),berubah
menjadi endogamy,karena berbagai sebab.endogami(perkawinan di dalam batas-batas
kelompok) menyebabkan bahwa anak-anak berhubungan langsung di dalam waktu
seluruh hidupnya dengan anggota keluarga ayah maupun ibu.
Apabil keadaan tersebut di hubungkan timbulya negara ,dari teori patriarki maka
kelompok keluarg patriarchaat merupakan kesatuan social yang paling utama dari
masyarakat primitive.karena lancarnya perhubungan ini maka,timbul pula masalah
masalah baru yang memperluas fungsi kepala-kepala keluarga.suku menjadi
persekutuan-persekutuan etnis yang bercorak ragam dan inilah benih-benih
pertamadari negara,jadi negara adalah perkelompokan suku.

4. Teori Organis
Kelompok organis tentang hakikat dan asal mula negara adalah suatu konsep biologis
yang melukiskan negara dengan istilah istilah ilmu alam.negara di anggap atau di
persamakan dengan mahluk-mahluk hidup(misalnya sebagai manusia atau
binatang).individu(orang-orang) yang merupakan kelompok kelompok negara di
anggap sebagai sel sel dari mahluk hidup tersebut,fisiologi negara di samakan
dengan fisiologi mahluk hidup,dengan mengalami kelahiran,pertumbuhan,perkawinan
dan kematiannya.
Teori organisasi ini dapat di bagi menjadi :
a. Teori organiasi secara kronologis,yaitu:
1. Zaman yunani Kuno (Purba)
2. Zaman Romawi Kuno
3. Abad Pertengahan(abad V-XV)
4. Zaman Perkembangan Hukum Alam
b. Teori Organisasi Menurut Isinya,yaitu:
1. Teori organisasi moral
2. Teori organisasi psikis
3. Teori organisasi biologis
4. Teori organisasi social

5. Teori Pertentangan Kelas

Menurut teori pertentangan kelas,negara baru ada setelah masyarakat terbagi ke


dalam keals-kelas yang bertentangan.pertentangan kelas ini di mulai ketika terjadinya
pemilikan perseorangan alat-alat produksi,sehingga menimbulkan due kelas dalam
masyarakat,yaitu kelas pemilik alat-alat produksi dan kelas yang tidak memiliki alat-
alat produksi.kelas yang memiliki alat-alat produksi,belum merasa aman dengan
kelebihannya dalam bidang ekonomi.untuk mempertahankan kedudukannya dan
untuk menggiatkan pemerasannya atas kelas yang tidak memiliki alat-alat produksi,di
bantulah satu organisasi dalam bidang politik,yang di lengkapi dengan kekuasaan dan
alat-alatnya.organisasi ini adalah negara.jadi,negara itu suatu organisasi politik dari
kelas terkuat ekonominya dalam masyarakat.

6. Teori Positivisme
Menurut Hans Kelsen,ilmu negara harus melepaskan diri atau melepaskan pemikirannya
secara principal dari setiap percobaan untuk menerangkan negara serta bentuk-bentuknya
secara kausal(sebab-musabab) yang bersifat abstrak,dan mulai unutk mengarahkan
pemikiran secara yuridis murni.
Tiap negara hanya dapat di pelajari dan di pahami di dalam system hukumya itu
sendiri.ursprungsnorm dari tiap negara telah menetapkan dan membatasi kontruksi atau
bentuknya.sedangkan masalah adanya ursrungnorm adalah masalah mata yuridis.karena
merupakan masalah mata yuridis,maka tidak termaksud ke dalam obyek pembicaraan
ilmu negara,melainkan masuk ke dalam obyek pembicaraan filsafat hukum.
Selanjutnya Hans Kelsen mengatakan bahwa negara itu sebenarnya adalah suatu tertib
hukum,yang timbul karena di ciptakan oleh peraturan-peraturan hukum,yang menentukan
bagaimana orang dalam negara itu bertanggung jawab terhadap perbuatannya.peraturan
hukum itu bersifat mengikat,artinya setiap orang harus menaatinya,dan harus
menyesuaikan sikap,perilaku,dan perbuatannya dengan peraturan hukum yang
berlaku.jadi sebenarnya negate adalah tertib hukum yang memaksa di katakana tertib
hukum karena di dalam negara terdapat suautrangkaian peraturan hukum yang beraneka
ragam jenisnya,bentuknya,jumlahnya,akan tetapi semua itu berakar dari satu sumber.

7. Terjadinya Negara Secara Primer dan Sekunder

a. Terjadinya negara secara primer (primaire staats wording)


Yang di mansud terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang
terjadinya negara yang tidak di hubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini,perkembangan secara primer melalui empat fase yaitu:
1. Fase Genootshap(genossenschatf)
Pada fase ini merupakan perkelompokan dari orang-orang yang menggabungkan
dirinya untuk kepentingan bersama,dan di sandarkan pada persamaan.
2. Fase reich(rijk)
Pada fase ini,kelompok orang-orang menggabungkan diri tadi telah sadar akan hak
milik atas tanah,sehingga munculah tuan yang berkuasa atas tanah dan orang dan
orang-orang yang menyewa tanah.
3. Fase staat
Pada fasi ini,masyarakat telah sadar dari tidak bernegara menjadi bernegara dan
mereka telah sadar bahwa mereka berada pada satu kelompokjadi yang penting pada
fase ini adalah bahwa ketira ungsur dari sebuah negara,yaitu:bangsa,wilayah,dan
pemerintahan yang berdaulatsudah terpenuhi
4. Sebagai kelanjutan dari tahap terjadinya negara secara promer ini,maka di
jumpai due fariasi yaitu:
a) Fase democratische natie
Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase staat,di mana
democratische natie terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional,kesadaran
akan adanya kedaulatan di tangan rakyat.
b) Fase dictatuur(dictatum)
Mengenai fase ini dictatuur ini,timbul due pendapat,yaitu:
-menurut sarjana jerman
Mereka berpendapat bahwa bentuk dictator ini merupakan perkembangan lebih
lanjut dari democratische natie.
-menurut sarjana lainnya
Mereka berpendapat bahwa dictator ini bukanlah merupakan perkembangan lebih
lanjut dari democratische natie,tetapi meupakan variasi atau penyelewengan dari
democratische natie,tetapi merupakan variasi atau penyelewengan dari
democratische natie.

b. Terjadinya negara secara sekunder(scundaire staats wording)


b.Terjadinya negara secara sekunder (scundaire staats wording)

yang dimaksud dengan terjadinya negara secara sekunder adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada
sebelumnya.Jadi,yang penting dalam pembahasan terjadinya negara sekunder ini adalah
masalah pengakuan atau erkening.

Mengenai masalah atau erkening ini terdapat tiga macam,yaitu:

1) Pengakuan de facto (sementara)


Yang dimaksud dengan pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat sementara
terhadap munculnya atau terbentuknya,suatu negara baru,karena kenyataan negara
baru itu memang ada,namun apakah prosedurnya melalui hukum,hal ini masih dalam
penelitian sehingga akibatnya pengakuan yang diberikan adalah bersifat
sementara.Pengakuan de facto ini dapat meningkat kepada pengakuan de jure apabila
prosedur munculnya negara baru itu melalui prosedur hukum yang sebenarnya.
2) Pengakuan de jure (pengakuan yuridis)
Yang dimaksudkan dengan pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya
dan yang bersifat tetap terhadap munculnya atau timbulnya atau terbentuknya suatu
negara,dikarenakan terbentuknya suatu negara baru tersebut berdasarkan yurudis atau
berdasarkan hukum.
3) Pengakuan atas pemerintahan de facto
Pengakuan atas pemerintahan de facto ini diciptakan oleh seorang sarjana Belanda
yang bernama Van Haller pada saat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Yang dimaksudkan dengan pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah suatu
pengakuan hanya terhadap pemerintahan dari suatu negara.Jadi,yang diakui hanya
terhadap pemerintahan,sedangkan terhadap wilayahnya tidak diakui.

B.Teori Berakhirnya Negara

Mengenai berakhirnya negara tersebut,masih terdapat dua pandangan,yaitu (Max Boli


Sabon,1994:38):

Pendapat pertama,bahwa negara itu kekal,tidak akan pernah lenyap.Contoh: Negara


cina itu ada dari dulu hingga sekarang,dan tetap akan ada di masa datang.Demikian
pula halnya dengan Mesir,Turki,Spanyol,Portugal,Prancis,Jerman,Rusia,betapapun
revolusi-revolusi telah membawa perubahan-perubahan di negara itu.
Jadi,adanya negara itu kekal dan abadi,ia tidak pernah runtuh,lenyap,atau
ditiadakan.Yang dapat timbul,tenggelam,muncul dan lenyap,hanya pemerintahanya
saja,sedangkan daerahnya dan bangsanya tetap ada,sehingga hakikat negara tetap ada
untuk selama-lamanya.
Pendapat kedua,bahwa kenyataannya tidak hanya pemerintahannya yang dapat
lenyap,melainkan juga bangsanya (rakyatnya) dan daerahnya (wilayahnya).Contoh:
Negara Tarumanegara,Negara Majapahit,Negara Sriwijaya,adalah negara-negara
yang pernah ada,namun sekarang sudah tidak ada karena negara-negara itu sudah
lama lenyap.
Dari dua pendapat tersebut,berpandangan bahwa suatu negara dapat saja lenyap atau
berakhir.Apabila ada negara yang sejak dulu ada dan masih tetap ada sampai
sekarang tentunya hal itu terjadi karena negara tersebut mampu untuk mengantisipasi
atau menghindari faktor-faktor penyebab keruntuhan atau lenyapnya suatu
negara.Oleh karena itu,yang utama adalah mengetahui faktor-faktor penyebab
keruntuhan/lenyapnya suatu negara tersebut.
Dalam membahas lenyapnya suatu negara,maka ada beberapa teori yang perlu
dicermati,yaitu:
1. Teori Organis
Teori ini memandang negara sebagai suatu organisme yang diliputi oleh hukum
perkembangan hidup,sejak dilahirkan,berkembang mulai dari masa kanak-kanank,lalu
menjadi dewasa,menjadi tua,dan akhirnya mati.Contohnya adalah Negara
Babilonia,Paris,Romawi.Demikian pula tidak semua organisme mati karena tua,maka
negara pun demikian.Ada yang hancur karena peperangan kendatipun belum
tua.Penganut-penganut teori organis ini antara lain F.J.Schmitthenner,Heinrenich
Ahrens,Constantin Frantz,dan Herbert Spencer.(Max Boli Sabon,1994:79).
2. Teori Anarkis
Teori ini mengajarkan bahwa negara adalah suatu bentuk tata paksa yang
sebenarnya hanya sesuai bagi masyarakat primitif,dan tidak sesuai dengan masyarakat
yang beradab.Oleh karena itu,penganut aliran ini berpendapat bahwa pada suatu saat
negara ini akan lenyap,dan akan datanglah masyarakat yang tanpa perkosaan,tanpa
paksaan,tanpa pemerintahan,dan tanpa negara.(Max Boli Sabon,1994:79).
Terhadap teori ini ada dua pandangan,yaitu:
a. Tata paksa itu sebagai kejahatan yang dibuat oleh manusia guna melindungi
kelazimannya.Maka tindakan untuk menghapus tata paksa itu pun dengan kekerasan
juga,yaitu dengan menghancurkan organisasi kekuasaan itu.Pelopor ini antara lain
adalah Joseph Proudhon;
b. Yang berpandangan bahwa masyarakat yang diperlukan itu tidak perlu dicapai
dengan kekerasan,melainkan dengan pendidikan dan evolusi.Penganutnya antara lain
ialah Leo Tolstoy.(Max Boli Sabon,1994:78-80).
3. Teori Marxis
Teori ini berpendapat bahwa negara sebagai suatu susunan tata paksa,tidak
perlu diperangi,dan tidak perlu dihapus,karena ia datang dan ia lenyap dengan
sendirinya menurut syarat-syarat bagi adanya dan hidupnya negara itu sudah tidak ada
lagi.Penganut teori tersebut adalah Karl Marx,Friedrich Engels,dan Lenin.(Max Boli
Sabon,1994:80).
4. Daerah,Bangsa,Pemerintah,dan Hidup Matinya Negara
Max Boli Sabon (1994:80-82) menguraikan panjang lebar mengenai hubungan
antara unsur-unsur pokok negara dengan pertumbuhan dan keruntuhan suatu
negara.Daerah,bangsa,dan pemerintah,adalah unsur pokok terbentuknya negara.Jika
ketiga unsur pokok tersebut dirawat dengan baik sehingga tumbuh dan
berkembang,maka semakin besar dan jayalah negara itu.Akan tetapi sebaliknya,jika
tidak dirawat dengan baik maka negara itu akan lenyap.
Peranan daerah bagi kelangsungan hidup suatu negara,terletak pada kekayaan
alamnya,struktur geografisnya,dan posisi geologisnya daerah yang bersangkutan.Hal-
hal ini yang diperhitungkan dalam pengembangan ketahanan ekonomi,politik,dan
militer.Ketahanan Ekonomi,Politik,dan Militer,sumbernya adalah dari kekayaan alam
itu sendiri.Maka menjadi kewajiban oleh setiap warga negara untuk membangun
daerahnya itu sendiri dengan sebaik-baiknya untuk diwariskan kepada generasi yang
akan datang.(Max Boli Sabon,1994:80).
5. Perang dan Hidup Matinya Negara
Sejarah telah membuktikan bahwa negara itu timbul karena peperangan,dan negara itu
lenyap karena peperangan,kendati pun tidak semata-mata muncul dan tenggelamnya
suatu negara adalah akibat dari peperangan an sich,melainkan faktor-faktor yang lain
juga.Akibat peperangan,negara yang kalah perang akan hancur dan muncul negara
baru,demekian seterusnya,maka faktor peperangan merupakan faktor yang turut
menentukan hidup matinya suatu negara.(Max Boli Sabon,1994:82).

Anda mungkin juga menyukai