Anda di halaman 1dari 39

Learning

KAKI
BENGKAK-
BAHAS KASUS
2
6A
Imam adrian rakhman c011191014
Andi. Fitri Atiqah Rizki c011191036
Muh. Soultan Chaeran H. c011191056
Dzulkifli Lukman Bilondatu c011191074
Asty suci Ramadani c011191094
Ade Nurul c011191112
Raihan Ahman albiruni c011191132
Andi Rezkiana Ayunda c011191170
Siti Rehan Anshar c011191192
Pandi Prata Suanda c011191210
Michael Pinarto c011191228
Muh. Nur Fikri Samih c011191246
EVI Luviani c11116363
Reskiana Ridwan c11116348
Muh. Nur Fikri Samih c011191246
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN
SKENARIO &
3
KEYWORDS 1

Seorang pria usia 35 tahun dibawa ke RS dengan keluhan


bengkak pada kedua kaki dan tungkai bawah yang makin
2
membesar sejak 1 minggu lalu, disertai demam tinggi.
Nafsu makan turun, buang air kecil dan besar lancar.

3
4
Anamnesis yang akurat sangat penting. Gejala dan
tanda penyakit jantung, hati dan ginjal harus
ditanyakan. Dua pertanyaan kunci untuk

4 diagnosis : Apakah edema terjadi unilateral atau


bilateral? Adakah peningkatan tekanan vena
jugularis? Yang juga penting adalah menentukan
ada tidaknya edema di tempat lain. Edema yang
terjadi difus di seluruh tubuh menunjukkan kadar
albumin serum yang rendah, atau ‘kebocoran’
PEMERIKSAAN FISIS kapiler dan bukan gagal jantung.
• Inspeksi bagian tubuh yang biasa terjadi edema yaitu Sangat penting juga untuk mengetahui riwayat
kelopak mata, keempat ekstremitas, region lumbosacral medis pasien, termasuk obat- obatan yang pernah
pada pasien yang berbaring lama, vulva pada wanita atau di konsumsi
skrotum pria
• Pada regio tibia yang edema, dilakukan tekanan secara
ringan selama kurang lebih 10 detik
• Pada pasien yang sudah berbaring lama, tekan secara OBSERVASI
ringan region sakrum yang edema dengan ibu jari selama
10 detik PENUNJANG
• Melakukan pemeriksaan tekanan darah, serta kondisi
hati, ginjal dan jantung, karena kondisi tertentu pada ( catatan)
organ tersebut dapat menimbulkan gejala berupa edema.
• Melakukan pemeriksaan pembesaran hati
• Pemeriksaan foto thoraks
• Bagaimana asupan nutrisi pada pasien
ANAMNESIS/AJUKAN • Apakah ada riwayat sakit ginjal
• Apakah ada program diet yang dilaksanakan
5 PERTANYAAN
• Riwayat pekerjaan
• Riwayat berpergian keluar kota
• Riwayat lingkungan dan penyakit serupa
disekitar lingkungan tempat tinggal Pengajuan Untuk
• Riwayat Penyakit Hati pertimbangan Infeksi dan
• Sejak kapan bengkak terjadi causa menahun
• ada bengkak di daerah skrotum
• Ada bengkak di daerah mata (obstruksi
lokal)/periorbital Causa Sirosis
Causa Filiaris
• Apakah bengkaknya bila ditekan akan masuk HATI
ke dalam atau tidak
• Pemeriksaan Ikterus
• Apakah pasien alkoholisme
• Apakah pasien rajin minum air
• Apakah ada pembesaran perut
• Apakah pernah mengalami pembengkakan
kelenjar tiroid
KAUSA DAN PATOFISIOLOGI
6 EDEMA
A. Patofisiologi Ketidakseimbangan Cairan
sebagai kausa Edema
B. Patofisiologi Ketidakseimbangan
Natrium sebagai kausa Edema
C. Peran Infeksi Parasit dalam obstruksi
limfatik sebagai kausa Edema
D. Sindroma Nefrotik sebagai kausa Edema
E. Sirosis Hepatis sebagai kausa Edema
F. CHF sebagai kausa edema
G. PEM sebagai kausa edema
H. Hipoalbuminemia
7

PERTIMBANGAN
CAUSA
ETIOLOG
I
8
A. Patofisiologi Ketidakseimbangan Cairan sebagai kausa Edema
9
Tekanan Kapiler/Tekanan
Hidrostatik Kapiler
Cenderung mendorong cairan
ke luar melalui membran
kapiler.

Tekanan Osmotik Koloid


Plasma Kapiler
Cenderung menimbulkan
osmosis cairan ke dalam
melalui membran kapiler.

Tekanan Hidrostatik Tekanan Hidrostatik Interstisial


Interstisial Cenderung mendorong cairan ke
Cenderung menimbulkan dalam melalui membran kapiler bila
osmosis cairan ke luar melalui nilai Pif positif tetapi keluar bila nilai
membran kapiler. Pif negatif.
Lanjutan
10
Tekanan Hidrostatik Kapiler meningkat
(↑ ADH  Overhidrasi)

11 Tekanan Osmotik Kapiler menurun


(Proteinuria  Hipoalbuminemia)

Overhidrasi
Tekanan Hidrostatik Kapiler ↑ Carol Porth. The Essentials of Pathophysiology
12 LANJUTAN

Dehidrasi dan Overdehidrasi


B. Ketidakseimbangan Natrium
▹ Hiponatremia : Kelebihan Air atau Kehilangan
Natrium, menyebabkan pembengkakan sel
▹ Hipernatremia : Kehilangan Air atau Kelebihan
Natrium, menyebabkan sel menyusut
▹ Edema: Kelebihan Cairan dalam Jaringan
▹ Limfedema-Kegagalan Pembuluh Limfe
mengembalikan Cairan dan Protein ke dalam
Darah
Lanjutan
Homeostasis Elektrolit  Menjaga Osmolaritas Vaskuler

Pc ↑  Edema
Hipernatremi Hiponatremia
Normal a
Wanda Lovitz. Pathopharmacology of Fluid and Electrolit
Imbalances Carol Porth. The Essentials of Pathophysiology
C. Infeksi Parasit dalam kaitannya dengan Obstruksi Limfatik
Obstruksi Limfatik menyebabkan edema
Brugian
melalui gangguan aliran balik cairan Bancroftian
Filariasis
Infected by Filariasis
Obstruksi Limfatik paling umum disebabkan
Infected by
oleh infeksi parasit (Cacing Filaria) yang B. malayi
menyebabkan oedema tungkai B. timori Wuchereria bancrofti

Vektor:
Vektor:
Mansonia sp.
Anopheles sp.
Anopheles sp. Culex sp.
Aedes sp.

Brugian Filariasis Bancroftian Filariasis


C. Infeksi Parasit dalam kaitannya dengan Obstruksi
Limfatik

Kayser et al. Medical Microbiology


Siklus Hidup Brugian
malayi
Siklus Hidup Wuchereria
bancrofti
NEPHROLOGY
BASIC

RETENSI Natrium
D. Sindroma Nefrotik

Carol Porth. The Essentials of Pathophysiology


Stefan Silbernagl & Florian Lang : Color Atlas of Pathophysiology
LANJUTAN

Carol Porth. The Essentials of Pathophysiology

Stefan Silbernagl & Florian Lang : Color Atlas of Pathophysiology


SIROSIS HEPATIS
50% Alkoholisme
E. Sirosis Hepatis 20% Etanol
30-40% Hepatitis
Asites

Gartner. Color Text Book of Histology Stefan Silbernagl & Florian Lang : Color Atlas of Pathophysiology
FEVER

NAFSU
MAKAN ↓
E. Sirosis Hepatis –Hepatorenal Syndrome-

GANGGUAN BUANG AIR KECIL


F. Congestive Heart Failure / GJK

Lauralee Sherwood: Introduction to Human Physiology


F. Congestive Heart Failure / GJK
Hipertensi dan Jantung Koroner
(3/4 Kasus)

↓ Kinerja Miokardium

Adaptasi :Hipertrofi Miokardium

Gagal Jantung Kiri

Gagal Jantung Kanan Gangguan Edema Kedua


Venous Return Tungkai

Robbins & Cotran: Pathology Basics of Disease


G. Protein Energi Malnutrisi

Disebabkan oleh infeksi


atau penyakit kronik lainnya
Ditandai Hipoalbuminemia

Disebabkan oleh rendahnya


intake makanan  Tidak
nampak Edema
Kadar Albumin serum
NORMAL
HOSPITAL
MALNUTRITION
H. Hipoalbuminemia

Albumin merupakan protein plasma yang


mempertahankan tekanan onkotik vaskuler
Kausa utama Hipoalbuminemia  Inflamasi
Kurangnya Albumin  ↑ Tekanan Onkotik
Vaskuler  OEDEMA

Soeters et al: Hypoalbuminemia : Pathogenesis and Clinical Significance


H. Hipoalbuminemia
Penyebab lain Hipoalbuminemia:
▹ Kurang energy protein (PEM)
▹ Kanker
▹ Peritonitis
▹ Luka bakar
▹ Sepsis
▹ Sirosis Hepatis HIPOALBUMINEMIA
▹ Penyakit ginjal
▹ Penyakit saluran cerna kronik
▹ Diabetes mellitus dengan gangren
▹ TBC

Soeters et al: Hypoalbuminemia : Pathogenesis and Clinical Significance Robbins & Cotran: Pathology Basics of Disease
Berdasarkan Kasus
Oedema kedua tungkai disertai demam dan tanpa
gangguan BAB dan BAK memberikan gambaran hasil
patomekanisme SANGAT PERLU anamnesis
tambahan dan PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
A. Pemeriksaan Kadar Albumin
B. Urinalisis
C. Pemeriksaan kadar Eosinofil dan IgE
D. Pemeriksaan uji fungsi hati (untuk
eliminasi causa hipoalbuminemia)

E. Pemeriksaan Ureum, elektrolit, dan


kreatinin jika dicurigai gagal ginjal

F. Pemeriksaan Enzim jantung/TROPONIN T


A. Pemeriksaan Kadar Albumin
Kadar Albumin secara biokimia dapat ditentukan dengan
Metode Bromcresol Green
Albumin + Rg. Bromcressol Green  Kompleks Warna
yang intensitasnya sebanding dengan Kadar Albumin 
Diukur fotometrik
Nilai Normal = 3,5 – 5,5 gram/dL

< 3,5 gr/dL  Hipoalbuminemia


> 5,5 gr/dL  Hiperalbuminemia
B. Urinalisis

Bertujuan menilai fungsi ginjal dalam formasi urin


Dalam Kaitannya dengan edema, Urinalisis
dilakukan dengan Tes Protein
Menunjang diagnosis penyakit yang berhubungan
dengan Proteinuria
Pada urin Normal tidak memberi hasil positif terhadap
tes tes urinalisis protein, Jika + menandakan
PROTEINURIA
C. Kadar Eosinofil dan
IgE

Bertujuan menilai secara kualitatif kadar leukosit jenis


eosinofil dalam pemeriksaan darah dan juga melihat
kadar IgE
Sangat spesifik dalam menunjang diagnosis penyakit
akibat infeksi parasit termasuk Obstruksi Limfatik 
Filariasis

Jika kadar eosinofil dan IgE tinggi


Adanya infeksi Parasit
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN NON-
FARMAKOLOGIS
Secara non farmakologi
dapat dilakukan dengan
mengurangi asupan
natrium, dan dapat
menaikkan kaki diatas
level atrium kiri.

Perlu monitoring pernafasan karena


dapat memperparah udem paru
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGIS
Pemberian FUROSEMIDE 40
mg

https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk942014.pdf
RELATED SOURCE
RELATED SOURCE

Anda mungkin juga menyukai