Anda di halaman 1dari 22

PENGANGKUTAN UDANG, KEPITING/RAJUNGAN

& KERANG-KERANGAN
Disusun Oleh :
Kelompok 3/Perikanan A

Ketua :
230110190030 M Fikri Pijar Anbiya

Anggota :
230110190002 Mayapada Fajarwati
230110190004 Dinda Ayu Febrianti
230110190011 Rizka Zahra Utami
230110190012 Asrina Desy Permata F
230110190016 Agnestha Aurellian Silvia H
230110190017 Nisa Nur Aidin
230110190024 Anindya Pratami Putri
230110190027 Syifa Masyitoh
230110190041 Marhadinda Auvira Binu
TOPIK BAHASAN

01 02 03 04

PENGANGKUTAN TAHAPAN TAHAPAN TAHAPAN


PENGANGKUTAN PENGANGKUTAN PENGANGKUTAN
UDANG RAJUNGAN KERANG-
KERANGAN
PENGANGKUTAN

Pengangkutan hasil perikanan yaitu


memindahkan hasil panen perikanan
baik budidaya maupun penangkapan
ke suatu tempat untuk
didistrubusikan, diolah dan
dikonsumsi.
TUJUAN
PENGANGKUTAN

Tujuan utama pengangkutan yaitu


agar hasil perikanan yang dibawa
bisa sampai di tempat tujuan dalam
keadaan utuh, atau tidak rusak atau
tidak berubah.
Udang, kepiting/rajungan dan kerang-kerangan
merupakan beberapa produk hasil perikanan.
Hasil perikanan merupakan bahan pangan yang
mudah rusak. Proses kerusakan hasil perikanan
dapat berlangsung sangat cepat. Salah satu
penyebab kerusakan ikan yaitu pengangkutan
hasil perikanan yang kurang tepat.
UDANG
Udang merupakan hewan yang hidup di perairan,
khususnya sungai, laut, atau danau. Udang dapat
ditemukan di hampir semua genangan air yang
berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air
asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan
hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.
Pengangkutan Udang

Pengangkutan untuk udang dapat dilakukan dengan dua


metode yaitu transportasi sistem basah dengan
menggunakan media air dan transportasi sistem kering
menggunakan media tanpa air (Wibowo et al. 1994). Masalah
yang dihadapi dalam pengangkutan ialah tingkat kematian
yang cukup tinggi akibat hasil metabolisme dan suhu yang
relatif tinggi pada saat pengangkutan sehingga
meningkatkan konsumsi oksigen pada saat pengangkutan.
SISTEM BASAH
Sistem basah dengan media air dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu pengangkutan secara tertutup dan terbuka.
Penggunaan sistem basah untuk transportasi yang dekat
karena semua aktivitas seperti metabolisme dan respirasi
sama dengan kondisi sebelum dilakukan transportasi. Namun
sistem ini memiliki kelemahan yaitu air yang digunakan
sebagai media memberikan tambahan beban selama
transportasi dan kualitas air juga harus terjaga.
SISTEM KERING
Pada pengangkutan udang sistem kering tidak
menggunakan media air sehingga lebih mudah, ekonomis, dan
tanpa harus menjaga kualitas airnya serta merupakan
alternatif yang paling baik untuk digunakan terutama untuk
kegiatan ekspor dibandingkan dengan transportasi sistem
basah. Transportasi hidup dengan media non air (sistem
kering) menggunakan prinsip hibernasi. Hibernasi dapat
dilakukan melalui teknik pembiusan (imotilisasi).
RAJUNGAN
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan
komoditas yang memilliki nilai ekonomis tinggi
yang diekspor terutama ke negara Amerika,
yaitu mencapai 60% dari total hasil tangkapan
rajungan. Rajungan akan mengalami penurunan
mutu dengan cepat dan waktu penyimpanan
akan singkat jika tidak ditangani dan disimpan
secara tepat (Ranoemiharjo dan Soeyanto
1991).
PENGANGKUTAN RAJUNGAN
- Jenis-jenis rajungan hasil tangkap Bubu Rajungan yang dipilih adalah ukuran
komersial (> 150 gram).
- Apabila kapal bubu rajungan berukuran kecil (< 5 GT), digunakan cold-box
portable.
- Bak pendinginan (chilling) dan pencuci rajungan ukuran 0,5 – 2 m3, sebagai
tempat mencuci sekaligus chilling rajungan setelah dilepas dari Bubu
Rajungan saat hauling, dimana bak ini akan diisi air laut yang diberi es.
- Keranjang plastik, terbuat dari bahan HDPE yang cukup kuat dengan
kapasitas maksimum 25-30 kg rajungan.
- Terpal untuk membuat pelindung dari panas matahari bagi area dek kapal
Bubu Rajungan
KERANG-KERANGAN
Kerang merupakan hewan laut yang tak
bertulang belakang dari kelompok hewan
bertubuh lunak memiliki 2 cangkang . Kerang
keras sebagai pelindung tubuhnya. Habitat
utama kerang yakni di perairan pantai yang
memiliki pasir berlumpur hingga kedalaman ±4-6
meter dan perairan yang relatif tenang.
PENGANGKUTAN KERANG-KERANGAN

Tahap awal sebelum pengangkutan kerang dilakukan


adalah kerang terlebih dahulu dikumpulkan. Kerang biasa
menempel di berbagai substrat seperti karang, pasir, atau
pada sektor budidaya, kerang akan disediakan sarana untuk
menempel yang biasa disebut kolektor.
Hal yang harus diperhatikan ketika akan melakukan pengangkutan kerang
adalah (Tim Perikanan WWF-Indonesia 2015) :
● Ruang khusus atau palka yang disediakan posisinya harus cukup jauh
dari kemungkinan kontaminasi bahan lain
● Palka diusahakan tidak terkena paparan sinar matahari langsung
● Keranjang berukuran besar disiapkan untuk wadah sementara hasil
tangkapan yang akan dicuci agar bersih dari pasir atau lumpur yang
melekat
● Karung goni sebagai tempat untuk menaruh hasil tangkapan
● Armada disesuaikan dengan kekuatan mesin kapal dan kebutuhan
penangkapan
Tahap-tahap pengangkutan kerang yang baik dan benar adalah
sebagai berikut (Tim Perikanan WWF-Indonesia et al., 2015):
● Kerang yang telah terkumpul dipindahkan ke darat
● Kerang-kerang tersebut kemudian disiram atau dialiri air
sehingga bersih dari kotoran seperti pasir atau lumpur
yang menempel
● Kerang yang telah bersih dari kotoran menempel akan
dimasukkan ke dalam styrofoam yang telah dialasi busa
basah atau karung goni basah
● Kerang dalam styrofoam disusun secara bertingkat
dengan setiap 10 cm tumpukan benih tersebut akan
kembali dialasi karung goni hingga styrofoam penuh
● Styrofoam-styrofoam berisikan kerang tersebut
kemudian diangkut ke truk pick-up kemudian ditutupi
dengan terpal sehingga terhindar dari paparan sinar
matahari secara langsung
● Kerang-kerang tersebut akan disiram setiap tiga jam
sekali apabila perjalanan yang ditempuh jauh jaraknya
● Waktu maksimal yang ditempuh kerang untuk
pengangkutan kering adalah selama 12 jam
KESIMPULAN
● Pengangkutan udang dapat menggunakan sistem basah dan sistem
kering. Untuk sistem basah dapat menggunakan dengan dua cara
yaitu pengangkutan secara tertutup dan terbuka. Sedangkan
untuk sistem kering meliputi teknik pembiusan dan pengemasan.
● Rajungan / kepiting yang dipilih berukuran komersial (> 150
gram), Rajungan/kepiting diangkut dan disimpan dalam bak/
keranjang terbuat dari bahan HDPE yang cukup kuat dan diisi air
yang diberi es.
● Kerang yang akan dipindahkan terlebih dahulu disiram atau dialiri
air sehingga bersih dari kotoran seperti pasir atau lumpur yang
menempel, kemudian dimasukkan ke dalam styrofoam yang telah
dialasi busa basah atau karung goni basah. Waktu maksimal yang
ditempuh kerang untuk pengangkutan kering adalah selama 12
jam.
REFERENSI

Andasuryani. 2003. Pengendalian suhu dan pengukuran oksigen peti kemas transportasi sistem kering udang
dan ikan dengan kendali fuzzy [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Hastarini E, Ikasari D, Suryaningr um Th D.2006. Karakterisasi Media Kering sebagai Bahan Pengisi untuk
Kemasan Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus) Sistim Kering. Makalah disampaikan pada
Deseminasi Teknologi Pengembangan Perikanan di Lampung 4 5 Desember 2006
Herodian S, Hariyadi S, Yamin M. 2004. Perancangan Sistem Transportasi Udang dan Ikan Hidup Metoda Kering
dengan Sistem Kendali Otomatik. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing X Tahun 2002-2004. Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor Institut Pertanian Bogor.
Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kumum. 2006. Pemuasaan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) dan kelulusan hidupnya selama
penyimpanan dalam media serbuk gergaji dingin [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor
Ning S. 2009. Studies on the giant freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii live transportation without using
water. Marine Sciences 5(9).
Nitibaskara R, Wibowo S dan Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk Konsumsi. Bogor:
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai