Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KASUS

PT JAPFA COMFEED
KELOMPOK 2
• Fransiska Marta (2007612001)
• Ratna Ayu Annisa Saleh (2007612004)
• Fitri Aprilia Sari (2007612007)
• Dewa Ayu Manik Wulandari (2007612010)
• Ayu Evitasari (2007612014)
KASUS
Dirjen Pajak mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) dan dikabulkan oleh Mahkamah
Agung (MA) sehingga PT. Japfa Comfeed tetap wajib untuk membayar kekurangan pajak
penghasilan (PPh) sebesar Rp23,944,297,022 atas sengketa kepemilikan manfaat yang
sesungguhnya (beneficial owner) antara PT Japfa Comfeed Indonesia dengan Comfeed Finance
BV,Belanda. PT Japfa Comfeed Indonesia sebagai pemegang saham 100% dari Comfeed Finance
BV.
Comfeed Finance BV didirikan (incorporated) di Belanda dengan hukum negara yang bersangkutan
(sebagai subsidiary company) yang juga merupakan pemegang saham 100% Comfeed Trading BV. 
Sumber: Sindonews.com
ANALISIS KASUS

Dalam salinan putusan PK Nomor: 2666/B/PK/Pjk/2020, majelis hakim yang diketuai M Hary Djatmiko
berkesimpulan alasan-alasan permohonan PK Dirjen Pajak cukup berdasar dan dapat dibenarkan.
Sedangkan, putusan Pengadilan Pajak yang mengakibatkan tunggakan pajak Japfa Comfeed menjadi
nihil bertentangan dengan Pasal 91 huruf e Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan
Pajak.
Alasan Mahkamah Agung (MA) mengabulkan PK Dirjen Pajak sekaligus membatalkan putusan
Pengadilan Pajak dikarenakan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Pasal
26 Masa Pajak April 2014 Nomor: 00001/204/14/092/16 tertanggal 15 Desember 2016 telah sesuai
dengan kewenangan hukum, telah dilakukan secara terukur, serta memenuhi asas-asas umum
pemerintahan yang baik.
DASAR HUKUM DAN PEMBAHASAN

a. Putusan Pengadilan Pajak yang mengakibatkan tunggakan pajak PT.Japfa Comfeed menjadi nihil
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dengan pertimbangan:
Dalam kasus ini sengketa atas PPh Pasal 26 terjadi karena perbedaan “beneficial owner” dimana
Majelis Hakim Agung dalam kasus ini mendapat petunjuk meyakinkan bahwa “beneficial owner” yang
sesungguhnya bukan Comfeed Trading BV melainkan PT.Japfa Comfeed. Maka Majelis Agung
mengambil alih pendapat hukum yang berbeda:
1. “orang/badan dari negara lainnya yang memperoleh fasilitas P3B adalah orang/badan dari pemilik
yang sebenarnya atau beneficial owner dari penduduk negara lain” ini merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk memperoleh fasilitas P3B sesuai dengan Pasal 11 ayat (2) dan (4) P3B Indonesia-
Belanda.
DASAR HUKUM DAN PEMBAHASAN

2. Dirjen Pajak Mengatur ketentuan “benerficial owner” lebih


lanjut dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) huruf (g) PER 62/2009
yang telah diubah dengan PER 25/2010,Pasal 4 ayat (1) “Yang
dimaksud dengan pemilik yang sebenarnya atas manfaat
ekonomis dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf c adalah penerima penghasilan dan Pasal 4 ayat (2)
huruf g angka 2; bagi perusahaan yang menerima atau
memperoleh penghasilan yang di dalam pasal P3B terkait
mengatur persyaratan beneficial owner,
DASAR HUKUM DAN PEMBAHASAN

3. Surat Keterangan Domisili (SKD) atau Certificate of Residence (COD) digunakan


hanya untuk membuktikan penerima penghasilan bunga tersebut terdaftar sebagai
Wajib Pajak luar negeri (resident) seperti dalam ketentuan Pasal 4 P3B Indonesia-
Belanda.
4. PT.Japfa Comfeed Indonesia merupakan pemegang saham 100% dari dari Comfeed
Finance BV, Belanda adalah Beneficial Owner yang merupakan pemilik modal
sesungguhnya dan menikmati hasil bunga pinjaman melalui pembagian dividen dari
Comfeed Finance BV, Belanda.
DASAR HUKUM DAN PEMBAHASAN
5. PT.Japfa Comfeed Indonesia telah melengkapi persyaratan formal berupa Surat Keterangan
Domisili (SKD), hanya saja Ditjen Pajak telah membuktikan jika beneficial owner dari bunga
pinjaman yang diperoleh dari Comfeed Trading, BV Belanda adalah PT.Japfa Comfeed Indonesia

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Pasal 26 Masa Pajak April 2014 telah sesuai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 29 ayat (2)
Alinea Ketiga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pasal 26 Undang-Undang Pajak
Penghasilan, dan Pasal 11 ayat (2) dan ayat (4) P3B Indonesia-Belanda.
DASAR HUKUM DAN PEMBAHASAN
b. Terdapat putusan Pengadilan Pajak jelas bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 91 huruf e Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak. Berikut rincian Pajak yang masih harus dibayar:
 
Penghasilan Kena Pajak Rp 80.892.895.344,00
PPh yang terutang (20%) Rp 16.178579.069,00
Kredit Pajak Rp 0,00
PPh Kurang/ (Lebih) bayar
Sanksi Administrasi Rp 7.765.717.953,00
Jumlah PPh yang masih harus/(lebih)dibayar Rp 23.944.297.022,00
KESIMPULAN
Kasus pajak terkait beneficial owner diatas adalah antara PT.Japfa Comfeed Indonesia dengan Comfeed
Finance BV didirikan (incorporated) di Belanda dengan hukum negara yang bersangkutan (sebagai
subsidiary company). PT.Japfa Comfeed Indonesia berpendapat bahwa Comfeed Finance BV memenuhi
kriteria beneficial owner, karena Comfeed Finance BV dapat dikategorikan Wajib Pajak Luar Negeri
(resident), dimana berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (4) P3B Indonesia-Belanda,
dapat menikmati fasilitas "reduced rate".
Comfeed Finance BV sama sekali tidak menikmati dan juga tidak memiliki penguasaan penuh atas bunga
pinjaman, melainkan PT.Japfa Comfeed Indonesia yang menikmati sebagai pemilik modal. Maka dari itu,
PT.Japfa Comfeed Indonesia tidak berhak atas fasilitas penurunan tarif pemotongan dalam P3B Indonesia-
Belanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) P3B Indonesia-Belanda. Dengan demikian, tarif
pemotongan PPh atas pembayaran bunga dari PT.Japfa Comfeed Indonesia tersebut tunduk sepenuhnya
kepada ketentuan domestic Indonesia, yakni Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan tarif sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan, yakni sebesar 20%.

Anda mungkin juga menyukai