Anda di halaman 1dari 2

 Setidaknya berikut ini adalah kewajiban yang harus dipenuhi bagi Sobat Klikpajak yang

memiliki CV:

1. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


2. Jika omzet sudah lebih dari Rp4,8 miliar setahun, wajib menjadi Pengusaha Kena
Pajak (PKP)
3. Bisa memilih mengajukan untuk dikukuhkan sebagai PKP meski omzet setahun masih
kurang dari Rp4,8 miliar, misalnya karena akan menjadi rekanan pemerintah
4. Menyelenggarakan pembukuan bagi CV yang sudah PKP
5. Menghitung besar pajak terutang PPh secara mandiri sesuai prinsip self-assessment
6. Memperhitungkan besarnya pajak-pajak yang telah dipungut/dipotong pihak lain
sesuai ketentuan UU PPh
7. Memungut atau memotong PPh atas transaksi yang menjadi kewajiban sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
8. Menyetor atau membayar pajak terutang ke kas negara sesuai tata cara pembayaran
pajak
9. Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) pajak dengan benar sesuatu ketentuan
dalam UU KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

 Tarif Pajak CV & Ketentuan Pajak Badan Usaha CV


Sama seperti bentuk usaha lainnya, badan usaha CV juga memiliki kewajiban perpajakan
lainnya khususnya PPh.
Karena CV bukan merupakan Badan Hukum, maka apabila pendiri CV menerima
penghasilan atas usaha yang dijalankan, itu bukan merupakan gaji, melainkan berupa
laba.
Laba yang dihasilkan CV hanya dikenakan pajak satu kali saja, yaitu pada saat CV
memperoleh laba.
Hal inilah yang dinilai sebenarnya mendirikan CV di Indonesia lebih menguntungkan
ketimbang Badan Usaha lainnya, seperti misalnya berupa Perseroan Terbatas (PT).
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) PP No. 23 Tahun 2018, jangka waktu tertentu pengenaan
PPh bersifat final dengan tarif 0,5% dari omzet bruto ini paling lama:
 7 tahun untuk WP Orang Pribadi
 4 Tahun untuk WP Badan berbentuk Koperasi, CV, atau Firma
 3 tahun untuk WP Badan berbentuk Perseroan Terbatas (PT)

 Secara umum, dari berbagai transaksi yang dilakukan, kewajiban pajak badan usaha CV di
antaranya:
1. PPh Pasal 21
Apabila CV membayarkan penghasilan atau gaji karyawan (baik tetap maupun tidak
tetap), CV harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21.
Kemudian menyetorkan atau membayarkan hasil pemungutan/pemotongan PPh 21
atas gaji karyawan tersebut ke kas negara.
2. PPh Pasal 22
Nah, ketika CV melakukan transaksi yang berkaitan dengan PPh Pasal 22, maka akan
dipungut/dipotong atau harus memotong/memungut PPh 22.
3. PPh Pasal 23
Jika CV bertransaksi dengan bendaharawan pemerintah, maka Badan Usaha CV juga
akan dipungut PPh 23 atau pun juga harus memungut PPh Pasal dengan lawan
transaksinya.
4. PPh Pasal 4 ayat (2)
Badan Usaha CV yang juga melakukan penjualan/penyewaan tanah dan/atau
bangunan, maka CV harus memotong/menyetor PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final.
5. PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan pembayaran angsuran pajak penghasilan
terutang.
6. PPN
Begitu juga dengan Badan Usaha CV yang sudah berstatus PKP, maka dalam
transaksi barang/jasa kena pajak pasti harus memungut Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) atau sebagai pihak yang dipotong PPN.
7. Pengkreditan PPh Pasal 24
Apabila CV memperoleh penghasilan dari luar negeri dan telah dipotong pajak di
negara tersebut, maka pajak yang telah dipotong tersebut dapat dijadikan kredit
pajak sesuai dengan mekanisme pengkreditan pajak Pasal 24 UU PPh.

Anda mungkin juga menyukai